PHK Mengintai di Tengah Klaim Pertumbuhan Ekonomi



Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)


Mengutip dari laman kemenkeu.go.id di triwulan pertama tahun 2024, perekonomian Indonesia kembali tumbuh kuat di tengah stagnasi ekonomi global dan gejolak pasar keuangan. Pada triwulan I 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,1% (yoy), terutama ditopang oleh permintaan domestik yang kuat dan dukungan APBN. 


Menurut Sri Mulyani, "Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia terus dapat menunjukkan resiliensinya, terlihat dari capaian pertumbuhan pada triwulan I ini. Kualitas pertumbuhan juga meningkat signifikan tercermin dari penciptaan lapangan kerja yang cukup tinggi sehingga mampu menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ke level dibawah prapandemi. Ke depan APBN akan terus dioptimalkan untuk menjaga stabilitas ekonomi, mendorong akselerasi pertumbuhan, dan penciptaan lapangan kerja."


Namun sayangnya di lapangan bukan bukan penciptaan lapangan pekerjaan yang bertambah justru pemutusan hubungan kerja (PHK) yang naik secara signifikan. Bisa dibilang gelombang PHK tengah meledak. 


Data kementerian ketenagakerjaan (kemnaker) mencatat jumlah pekerja yang ter-PHK pada periode Januari-Juni 2024 mencapai 32.064 orang. Angka tersebut naik 21,4% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 26.400 orang. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya lowongan pekerjaan sehingga gelombang PHK menjadi penyumbang angka pengangguran yang cukup tinggi di Indonesia.


Beberapa provinsi menyumbang kasus PHK terbesar, di antaranya adalah Jakarta dan Bangka Belitung. Jumlah pekerja yang mengalami PHK di Jakarta pada Januari-Juni 2024 menembus 7.469 orang. Jumlah tersebut bertambah 6.786 orang atau 994% atau hampir 1.000% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.


Bagaimana bisa, satu lembaga tinggi negara dengan lembaga tinggi yang lain justru menunjukkan fakta yang berlawanan? Apakah parameter yang mereka pakai berbeda, sehingga menunjukkan data yang berbeda? Tapi faktanya memang PHK ada dimana-mana. 


Klaim Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Meledaknya Pengangguran


Menurut Syahputra (2017) dan diambil dari sumber lainnya, berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi: 


1. Produk Domestik Bruto Poin ini mengacu pada penjelasan di situs Badan Pusat Statistik (BPS) yang menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara. Termasuk juga jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unik ekonomi. PDM menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahunnya. PDB juga bisa digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.


2. Politik Faktor pertumbuhan ekonomi ini berkaitan dengan pemerintah yang mengatur tatanan negara, maka sangat erat kaitannya dengan ekonomi. Ketika situasi politik mendukung, perekonomian juga akan meningkat pesat. Contohnya saham-saham tertentu akan naik. Demikian juga dengan hal sebaliknya.


3. Ekspor Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean. Sedangkan pihak yang melakukan ekspor disebut dengan eksportir, bisa berupa perseorangan atau badan usaha. Asfia (2006) juga menambahkan bahwa ekspor sangat mungkin untuk dilakukan karena komoditas yang dihasilkan belum tentu bisa langsung dipakai. Melainkan harus diolah terlebih dahulu, yaitu dengan mengekspornya ke negara lain yang akan melakukan produksi.


4. Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perusahaan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, dijelaskan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


5. Sumber Daya Alam dan Manusia Faktor pertumbuhan ekonomi satu ini berpengaruh terhadap proses produksi. Sebut saja SDA akan menentukan jumlah bahan baku. Sedangkan SDM akan berperan dalam hal operasional dan aspek penunjang lainnya. 


6. Akumulasi Modal Melansir dari Dictio, akumulasi modal atau modal accumulation adalah pengumpulan keseluruhan aset yang bernilai yang akan digunakan sebagai investasi dengan tujuan meningkatkan pengembalian nilai aset. Pengembalian tersebut dapat berupa bunga, keuntungan, sewa, keuntungan modal, royalti dan lain-lain. disebutkan juga bahwa akumulasi modal fokusnya adalah pada pertumbuhan kekayaan yang menekankan pada investasi dari keuntungan dan tabungan yang diperoleh.


7. Inflasi dan Suku Bunga Ebert dan Griffin (2007) menjelaskan bahwa inflasi merupakan kondisi di mana jumlah barang beredar lebih sedikit dari jumlah permintaan dan menyebabkan terjadinya kenaikan harga secara menyeluruh di sistem perekonomian. Inflasi juga menyebabkan suku bunga naik. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi yang membuat tingkat suku bunga meningkat sehingga membuat pendapatan masyarakat juga cenderung naik. 


8. Nilai Tukar Nilai tukar juga biasa disebut dengan kurs. Kurs didefinisikan sebagai nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan nilai mata uang negara yang lain. Perlu diketahui bahwa nilai tukar dapat menyebabkan pergeseran tingkat permintaan dan penawaran. Winardi (20016) menerangkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga domestik produk ekspor, kenaikan harga luar negeri produk impor, perubahan tingkat harga keseluruhan, arus modal dan perubahan struktural.


Total ada 8 faktor yang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dan parahnya tingginya angka PHK/pengangguran dan angka kemiskinan tidak berpengaruh apa-apa. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang diklaim oleh pemerintah juga tidak berpengaruh apa-apa terhadap perekonomian rakyat Indonesia.


Dampak Meledaknya Jumlah Pengangguran 


Semakin tinggi angka pengangguran suatu negara, tentu akan berdampak buruk bagi negara itu sendiri.


Sehingga dampak pengangguran bagi masyarakat di antaranya:


1. Meningkatkan kemiskinan.


2. Memicu tindakan kriminalitas atau kejahatan.


3. Munculnya ketidaksetaraan politik dan sosial.


4. Menjadi beban psikologis bagi pengangguran itu sendiri atau keluarga yang bersangkutan.


5. Keterampilan menurun karena lama tidak digunakan.


Sementara bagi negara, banyaknya jumlah pengangguran bisa menimbulkan dampak negatif sebagai berikut:


1. Rendahnya pendapatan rata-rata penduduk per kapita.


2. Biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah semakin tinggi.


3. Berkurangnya sektor pajak yang diterima negara sehingga pendapatan negara turun.


4. Hutang negara meningkat

Daya beli menurun sehingga menyebabkan investasi dan pertumbuhan ekonomi menurun.


Strategi Islam dalam Mengatasi Pengangguran


Tingginya angka pengangguran ini adalah sinyal gagalnya negara menciptakan lapangan kerja. Untuk itu, negara semestinya berupaya mencegah bertambahnya angka pengangguran. Hal ini karena keberadaan lapangan kerja sesungguhnya salah satu standar untuk mengukur kesejahteraan ekonomi rakyat di satu negara.


Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan adanya relevansi hubungan antara individu rakyat dan pemerintah sebagai pengelola negara. Negaralah yang bertugas membuka lapangan kerja agar individu rakyat dapat memenuhi kebutuhannya.


Sayangnya saat ini kita hidup dalam sistem kapitalisme, yang menjadikan negara tidak lebih hanya sebagai regulator antara rakyat dan pengusaha. Sehingga kebijakan yang ada justru hanya menguntungkan pihak pengusaha saja, misalnya dalam menetapkan UU Omnibus low. 


Selain itu, salah urus SDA menyebabkan rakyat sebagai buruh di negeri sendiri. Hingga kesejahteraan rakyat hanya menjadi ilusi di negeri kaya ini. Tak ayal, pertumbuhan ekonomi Indonesia dianggap klaim sepihak oleh rakyat. 


Mengutip dari muslimah news com, Islam sebagai agama sempurna dan paripurna mewajibkan negara mengurus rakyat dengan pengurusan yang sempurna pula. Rangkaian konsep Islam untuk mengurai problem pengangguran dapat dijabarkan sebagai berikut: 


Pertama, salah satu mekanisme untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan bekerja. Dengan begitu, negara berperan penting untuk membuka lapangan kerja, terutama bagi para ayah/wali yang mengemban kewajiban dari Allah Swt. untuk mencari nafkah.


Pada tataran ini, negara juga akan mengedukasi dan memotivasi para ayah/wali itu untuk memaksimalkan upaya dalam memenuhi kewajiban atas nafkah tersebut. Jadi jelas, penyelesaian benang kusut ketenagakerjaan pada dasarnya bertumpu pada upaya pemenuhan kebutuhan hidup serta upaya meningkatkan kesejahteraan hidup.


Kedua, negara bertanggung jawab membuka lapangan kerja untuk menunaikan amanah sebagai pengurus rakyatnya. Selain membuka lapangan kerja, negara dapat memberi modal kepada para ayah/wali itu untuk mengembangkan usaha dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya.


Inilah mekanisme sistemis sebagai wujud relasi antara rakyat dan negara. Relasi ini akan menstimulasi produktivitas negara untuk mengelola SDA maupun aset negara, yang notabene akan membuka banyak lapangan kerja.


Ketiga, adanya SDM dengan skill (keahlian, keterampilan) yang negara butuhkan tentu melalui proses yang tidak bisa instan. Di sinilah peran negara untuk mempersiapkan SDM. Hal itu bisa negara lakukan melalui pendidikan formal seperti mendirikan sekolah maupun pendidikan tinggi dengan berbagai jurusan. Juga berupa pelatihan, pembekalan skill, maupun program belajar dari negara lain. Ini sebagaimana yang pernah Rasulullah saw. lakukan saat mengutus beberapa sahabat untuk mempelajari teknologi perang di Yaman.


Inilah rangkaian kebijakan makro yang merupakan politik ekonomi Islam dalam upaya menciptakan lapangan kerja sehingga dapat memutus rantai pengangguran di masyarakat. Politik ekonomi Islam ini merupakan penerapan berbagai kebijakan yang menjamin tercapainya pemenuhan semua kebutuhan pokok setiap individu masyarakat, bukan sebatas suatu komunitas yang hidup dalam sebuah negara.


Islam memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan) secara personal individu per individu, bukan secara kolektif. Sehingga masing-masing kepala akan dipastikan tercukupi kebutuhannya. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi baru kebutu sekundernya. Dengan mekanisme yang anti ribet. 


Sedangkan dalam memantau perkembangan perekonomian, Khalifah sebagai kepala negara bukan hanya berpatokan pada data statistik semata. Sehingga pertumbuhan ekonomi bukan hanya klaim tapi memang nyata.


Khatimah 


Di tengah meledaknya PHK dan meningkatnya angka pengangguran justru pemerintah mengklaim bahwa ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan. Ternyata angka pengangguran tidak menjadi indikator dalam menentukan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan naiknya angka pertumbuhan ekonomi juga tidak berpengaruh pada perekonomian rakyat. Justru tingginya angka pengangguran akan berpengaruh negatif pada masyarakat.


Islam sebagai agama paripurna memiliki strategi khusus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nyata dan menyelesaikan masalah pengangguran. Negara akan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar serta membuka lapangan pekerjaan. 



*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama