Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)
Masih lanjut baca nih, gimana kabarnya readers hari ini, sehat, bahagia, masih semangat untuk mengkaji Islam (ngaji) lagi? Atau sudah mulai jenuh? Uring-uringan karena teman-teman pada menjauh, di bully dan dibilang sok suci? Hmmm, atau setelah sedikit mengkaji Islam malah tahu banyak, ini dan itu ternyata haram semua, gini nggak boleh, gitu nggak boleh, sehingga mau milih berhenti ngaji saja? Ooooh noooo!
Please, jangan berhenti ngaji redears, eman bangets, dan bangets! Kesempatan itu tidak akan datang dua kali, sekali saja kita menyia-nyiakan kesempatan, akan menyesalnya seumur hidup, bahkan penyesalannya dunia akhirat
Kalian tahu nggak sih, ketika kita sudah memutuskan untuk berubah maka disitulah datangnya hidayah. Hidayah? Ya, hidayah alias petunjuk yang Allah anugrahkan kepada kita, karena kita istimewa dan dianggap layak untuk mendapat petunjuk. Nggak nyadar kan, bahwa Allah telah mengirimkan hidayah untuk kita? Itu artinya kita adalah pemenang, yeeaaah. Kok bisa? Bisalah! Karena yang namanya hidayah itu tidak diberikan ke sembarang orang, hanya orang-orang terpilih yang akan diberikan hidayah oleh Allah.
Allah berfirman:
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapatkan petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat), dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)”. (TQS. Al A’raf 178)
Hidayah secara bahasa berarti petunjuk atau bimbingan. Hidayah secara istilah adalah penjelasan atau petunjuk jalan yang akan mengantarkan pada tujuan, sehingga manusia mampu meraih kemenangan di sisi Allah. Tuh, kan bener? Kemenangan itu hanya untuk orang yang terpilih dan yang mau usaha sekaligus mau membuka hati dan pikirannya. Sebagaimana kalau kita ikut kompetisi, pasti kita berusaha maksimal kan untuk meraih kemenangan.
Ini hidayah gengs, hidayah ini bukan serta merta turun di depan mata kita. Hidayah itu dari Allah, untuk seseorang yang Allah kehendaki. Ingat nggak nih saat hidayah turun kepada Sayidina Umar Bin Khatab.
Umar bin Khatab dikenal sebagai sosok yang temperamental dan jago gulat. Pasar Ukaz menjadi saksi ketangguhannya kala itu. Sifatnya berubah tatkala ia memeluk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun 6 kenabian.
Umar bin Khattab termasuk orang yang menentang ajaran Rasulullah SAW. Diceritakan dalam buku Kisah Hidup Umar ibn Khattab oleh Mustafa Murrad, saat Rasulullah SAW mengumumkan misi kenabiannya, Umar saat itu tengah berusia 27 tahun. Sebagaimana para pembesar Quraisy lainnya, Umar menganggap seruan kenabian sebagai kegilaan yang menentang kepercayaan nenek moyang.
Sehingga tidak heran jika pada masa awal dakwah Rasulullah SAW, Umar sangat membenci dan memusuhi Rasulullah serta para pengikutnya.
Pada suatu hari, Umar bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah saat dalam perjalanan ingin membunuh Nabi Muhammad SAW. Nu'aim yang melihat kerut dan muram di wajah Umar kemudian bertanya, "Ada apa denganmu, Umar?"
"Aku mencari dan menginginkan Muhammad, lelaki yang mencerai-beraikan keturunan Quraisy, yang meruntuhkan impian mereka, menghilangkan agama leluhur mereka, menyerapahi tuhan-tuhan sesembahan mereka. Aku akan membunuh Muhammad," jawab Umar geram.
"Demi Allah, nafsumu telah menipu dirimu sendiri. Tidakkah kau melihat bahwa anak cucu Bani Manaf tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Mereka masih ada di atas bumi ini. Lalu kau akan membunuh Muhammad, salah seorang cucu Bani Manaf itu? Tidakkah kau melihat sanak keluargamu sendiri dan kepada merekalah seharusnya kau tegakkan perkaramu itu?"
Mendengar hal itu Umar lantas berkata, "Siapa kau maksud dari sanak keluargaku?"
"Anak pamanmu, Sa'd bin Zaid dan saudari kandungmu, Fathimah. Demi Allah, keduanya telah memeluk Islam dan mengikuti ajaran agama yang dibawa Muhammad. Temuilah keduanya," seru Nu'aim.
Umar sempat tak percaya mendengar sepupu dan adik kandungnya telah masuk Islam. Tanpa berpikir panjang, ia pulang dan mencari Fathimah.
Begitu sampai di rumah, ia mendapati Fathimah bersama Sa'd bin Zaid dan Khabbab bin al-Art tengah membaca lembaran-lembaran Al-Qur'an. Khabbab sedang membacakan surah Thaha di hadapan keduanya.
Mengetahui Umar datang, Khabbab lantas bersembunyi ke samping rumah. Fathimah pun bergegas menyembunyikan lembaran-lembaran suci itu di bawah pahanya.
Umar yang sempat mendengar lantunan ayat yang dibaca Khabbab lantas bertanya, "Suara apa yang baru saja aku dengar?"
"Kami tidak mendengar apa-apa," jawab keduanya.
"Tidak, aku mendengarnya. Jangan sembunyikan apapun dariku. Demi Tuhan, akau mendengar kabar jika kalian berdua telah mengikuti ajaran Muhammad dan mengingkari ajaran leluhur kita," ucap Umar.
Umar lalu mendekati Sa'd bin Zaid yang juga suami adiknya itu dan memukulnya hingga terpelanting. Fathimah yang saat itu melihatnya kemudian berdiri melindungi dan memeluk suaminya. Umar lantas memukul adiknya sampai bersimpah darah.
"Ya! Kami berdua telah memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Umar, lakukan saja apa yang kau mau. Islam tetap tidak akan pernah lepas dari hati kami," tegas Fathimah.
Umar lalu tertegun mendengar kata-kata Fathimah. Ketika melihat darah bercucuran dari tubuh adiknya itu, ia menyesali perbuatannya dan menahan amarahnya. Ia kemudian meminta lembaran-lembaran Al-Qur'an yang dibaca Fathimah dan suaminya.
Fathimah sempat menolak untuk memberikan lembaran tersebut karena khawatir akan dihancurkan oleh kakaknya. Kemudian, Umar pun berjanji tidak akan merusak dan akan mengembalikannya begitu selesai membacanya.
Ketika Umar hendak mengambil dan membaca lembaran itu, Fathimah berkata, "Saudaraku! Engkau dalam keadaan tidak suci atas kemusyrikan dan kekafiranmu. Dan tidaklah menyentuh lembaran itu kecuali orang-orang yang tersucikan."
Umar lantas mandi besar dan mengambil lembaran Al-Qur'an lalu membaca surah Thaha. "Alangkah eloknya kalimat-kalimat ini, betapa mulianya ajaran-ajaran yang dikandungnya. Sungguh tak ada manusia yang mampu membuat kalam seindah ini," tutur Umar yang cakap dalam sastra Arab ini.
Mendengar perkataan Umar tersebut, Khabbab yang semula bersembunyi lalu keluar dan berkata, "Demi Allah, wahai Umar, sesungguhnya aku sangat berharap engkaulah lelaki yang dimaksud dalam doa Rasulullah. Kemarin aku mendengar Muhammad berdoa, 'Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua lelaki ini, al-Umar al-Hakam ibn Hisyam atau Umar ibn Khattab.”
Umar yang mendengar ucapan Khabbab itu lantas bergegas ingin menemui Rasulullah SAW dan memeluk Islam di hadapannya. Tak lupa ia mengambil pedangnya dan menyarungkannya.
Pada waktu itu, Rasulullah SAW tengah berada di rumah Arqam (Bait al-Arqam) di Bukit Shafa bersama Hamzah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa sahabat.
Betapa terkejutnya Hamzah melihat dari celah pintu ada Umar yang sedang berdiri menjinjing pedangnya. Hamzah lantas mengatakannya kepada Rasulullah SAW.
"Izinkanlah dia masuk. Bila bermaksud baik, kita akan menyambutnya. Bila bermaksud buruk, kita akan memenggalnya dengan pedangnya sendiri," kata Rasulullah SAW saat itu.
Hamzah kemudian membukakan pintu dan masuklah Umar dengan menyampaikan niatnya untuk memeluk Islam.
"Wahai Muhammad, aku datang untuk beriman kepada Allah, juga kepada rasul-Nya, dan kepada ajaran yang ia bawa dari-Nya," kata Umar.
Rasulullah SAW lantas bertakbir dan diikuti para sahabat. Takbir tersebut menggetarkan rumah Arqam dan seluruh sahabat di rumah itu mengetahui bahwa Umar telah masuk Islam. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah Hamzah memeluk Islam.
Luar biasa bukan kisah Sayidina Umar menjemput hidayah? Beliau tidak segan-segan menangkap hidayah itu tanpa nanti, tanpa tapi. Kalau Allah sudah berkehendak memberikan hidayah, segarang apapun manusia akan tunduk di hadapan Allah. Yang perlu kita pahami disini, kesempatan yang Allah berikan itu tidak pasti datang dua kali, lho! Sehingga jika sudah dikasih Allah kesempatan, jangan pernah menunda, apalagi mengabaikan untuk menangkapnya.
Btw, bagaimana kita tahu kalau kita ini sedang mendapatkan petunjuk? Kemudian lewat apa petunjuk atau hidayah itu datang?
Pelan-pelan aja, kita bahas satu per satu, tandanya orang-orang yang mendapat hidayah dari Allah. Jika redears mengalami atau merasakan hal-hal di bawah ini, bisa jadi redears terpilih menjadi orang yang mendapat hidayah dari Allah. Cekidot kita simak!
Pertama, tidak mau jauh-jauh dari Allah. Artinya, si dia merasa ibadah itu nikmat banget, yang sebelumnya kalau salat selesai salam langsung lari, sekarang menjadi betah berdzikir, rajin tadarus Al-Qur’an. Juga aktivitas-aktivitas yang mendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Mengkaji Islam, aktivitas sosial, apa saja, yang di situ kental banget dengan taqarub ilallah-nya. Great banget kan!
Kedua, hatinya lembut dan mudah tersentuh. Bukan melo ya, apalagi dibilang terlalu main perasaan, tapi real menyentuh relung hati yang paling dalam. Ketika diperdengarkan ayat-ayat Allah, cerita-cerita tentang Rasulullah dan sahabat, ataupun kisah-kisah heroik masa kini yang penuh hikmah, mudah sekali hati mereka tersentuh.
Ketiga, ada rasa takut jika berbuat maksiat. Maksiat itu adalah perbuatan yang melanggar perintah dan larangan Allah. Artinya jika kita tidak menjalankan perintah Allah, tapi justru menjalankan apa-apa yang dilarang oleh Allah itulah yang disebut maksiat. Nah, seorang hamba yang mendapatkan hidayah dari Allah maka dia akan sangat takut jika berbuat kemaksiatan. Karena dalam dirinya mulai ada kesadaran sedikit demi sedikit tetang pahala dan dosa.
Keempat, ada keinginan untuk berubah. Ada keinginan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Keinginan itu begitu kuat, meskipun si dia malu-malu untuk menunjukkan perubahan itu. Tapi si dia tidak bisa terus bertahan untuk tidak berubah. Biasanya diawali dengan perilaku. Yang awalnya cuek, menjadi lebih care, dulunya lasak menjadi lebih kalem, yang awalnya alergi sama yang bau-bau agama jadi suka mencari-cari, hingga kadang orang yang berada disekitarnya merasa aneh dengan perubahan tersebut. Sampai gongnya adalah taraaa, perubahan casing (luarannya alias penampilannya). Yang perempuan pelan namun pasti mulai menutup aurat, yang laki mungkin yang awalnya jungkies jadi lebih rapih dan santun.
Aihh, yang baca buku ini mulai meraba-raba, ”Apa aku udah dapat hidayah ya, kok kayaknya tanda-tandanya semua ada padaku, sih.” Waah asyik dong kalau redears yang setia nyimak buku ini sudah mulai ada tanda-tanda dapat hidayah. Pasti prosesnya tidak mudah, iya kan?
Tapi jangan khawatir, dalam surat Al Insyirah ayat 5-6 Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan, dan sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan.”
Itu jaminan yang diberikan oleh Allah, lho. Jika suatu hari nanti ketika kita berubah karena hidayah, kemudian ketika sedang menjalankan perintah Allah, tiba-tiba berbagai masalah datang, tetap tenang. Stay cool, karena Allah pasti akan membantu kita! Entah bantuan itu datang dari mana, yakinlah Allah akan memberikan solusi terhadap setiap masalah yang kita hadapi. Jangan terburu-buru bersu’udzon sama Allah, apalagi sampai meninggalkan hidayah yang sudah kita dapat. Ingat! Kesempatan itu belum tentu datang dua kali.
Sehingga jika memang hidayah itu telah datang kepada kita, jangan pernah disia-siakan, jangan diabaikan. Tangkaplah hidayah tersebut dengan posisi terbaik, sambutlah dengan kondisi ternyaman yang bisa kita suguhkan, agar Allah tidak kecewa telah memilih kita menjadi salah satu hamba yang patut mendapatkan hidayah.
Ketika masa itu datang, maka disitulah kita telah menjadi pemenang. Kita menang telah menundukkan hati dan akal kita untuk menerima kebenaran. Kita menang diantara para kontestan pemburu hidayah, karena kita telah dipilih Allah untuk mendapatkan hidayah. Selamat untuk diri kita! []