Rakyat Sengsara, Judol Merajalela

 


Oleh: Niken Lestari


Judol alias judi online menjadi momok sekaligus racun berbalut madu di negeri ini. Pasalnya korban yang terjangkit judol ini tidak memandang usia. Mulai dari anak-anak, remaja, pengusaha, anggota kemiliteran bahkan sampai pengangguran pun ikut terjerat judi online ini. Penyebab awal orang-orang mendekati judi online ini adalah tergiur uang yang besar tanpa perlu kerja banting tulang. 


Uang yang bisa didapatkan secara instan membuat masyarakat berbondong-bondong mencoba keberuntungan mereka. Madu yang mereka lihat, dengan cepat berubah menjadi racun bahkan monster mengerikan tatkala mereka kalah dalam permainan. Uang yang mereka pertaruhkan hilang begitu saja. Entah itu uang hasil tabungan, penjualan dari perhiasan, bahkan hasil dari meminjam lewat pinjol yang bunganya sangat tinggi. Tidak hanya itu, semua barang berharga yang ada di rumah pun rela dipertaruhkan demi iming-iming uang yang akan berkali-kali lipat didapat. Itupun jika menang. 


Hari demi hari korban terus berjatuhan efek dari judi online ini. Tak sedikit yang mengakhiri hidup mereka bahkan dihabisi dengan sadis oleh orang terdekat, perceraian, pertengkaran antara anak dan orang tua pun tak terelakan. Meski sudah nampak jelas judi online ini tidak membawa manfaat bahkan banyak yang sudah terenggut nyawanya, tapi masih banyak masyarakat yang tersihir untuk terus menjadikan judi online ini sebagai sahabat karibnya. Mereka Terus menyempatkan waktu untuk melihat hp-nya agar terus bisa mencoba dan terus mencoba keberuntungannya.


Anehnya meski korban dan problem terus nampak ke permukaan akibat judi online ini, pemerintah masih diam seolah enggan menyikapinya bahkan untuk menutup akses judi online pun belum ada tanda-tandanya. Memang berat beban yang harus dipikul masyarakat saat ini. Di saat pekerjaan sulit didapat, pemerintah terus saja memberi "hadiah" dengan naiknya berbagai harga kebutuhan pokok masyarakat, pendidikan pun kian memberatkan baik dari sisi materi sampai biayanya, gaya hidup hedonisme terus dipertontonkan.


Alhasil banyak yang mencari hiburan yang sia-sia berharap mampu melepaskan penat untuk sesaat. Namun bukan rileks atau solusi yang didapat justru jebakan demi jebakan kian dirasakan masyarakat termasuk judi online salah satunya. Seolah sudah tidak ada solusi lagi untuk bisa lepas dari keterpurukan, kesengsaraan dan penatnya hidup saat ini. 


Mereka tidak berpikir bahwa agama mereka mampu menyelesaikan dan memberi jalan keluar dari berbagai masalah. Agama yang hanya berhenti di lembar KTP. Mereka semakin jauh dari syariat Islam yang menjadi satu-satunya solusi atas segala masalah di negeri ini. Islam hanya dipakai saat bayi lahir, nikah, dan pemakaman saja. Padahal jika dipahami lebih dalam lagi Islam mampu membentuk pribadi yang berbudi luhur dan berakhlak luhur, mampu menciptakan generasi cerdas lagi takwa dan yang mampu membuat para penguasa negeri ini memiliki tanggung jawab atas amanah yang dipikulnya serta membuat masyarakat menjadi pribadi yang cerdas membedakan mana yang baik, sia-sia, dan mana yang buruk. 


Semua itu berdasarkan atas syariat Islam, yang memiliki detail aturan untuk membimbing manusia menjadi sebaik-baik manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 110 yang artinya:


"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah."


Itulah pentingnya keyakinan yang dengannya akan mengarahkan seseorang untuk beriman pada penciptanya yaitu Allah, dan dengan keimanan itu mampu mendorong seorang hamba pada kedudukan atas syariat-Nya. Syariat Islam mengatur pemenuhan setiap nafsu dengan tepat dan selamat. 


Jika nafsu diumbar atau dibiarkan tanpa kontrol maka yang terjadi adalah kerusakan dan kehancuran baik dari manusia itu sendiri maupun alam. Benarlah hadis Rasulullah tentang pengaruh seorang pemimpin kepada yang dipimpinnya.

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: 


"Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara. Lalu beliau ditanya, Apakah Ruwaibidhah itu? beliau menjawab: Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” 

(HR. Ibnu Majah).


Maka sudah saatnya masyarakat  kembali pada Islam dengan ketaatan dan ketundukan terhadap Allah secara Kaffah (menyeluruh). Masyarakat juga harus sadar bahwa pentingnya satu perasaan, peraturan dan pemikiran atas kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Khalifah inilah yang nantinya akan menjadi perisai bagi masyarakat baik muslim maupun non muslim untuk keluar dari kubangan permasalahan yang tidak berujung saat ini. Khalifah inilah yang akan menjaga ketakwaan di setiap individu terjaga. Dan khalifah inilah yang nantinya akan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan yang diimpikan masyarakat saat ini.


Wallahu'alam bishshawwab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama