Penulis: Naila Zayyan (Forum Muslimah Indonesia ForMInd)
Berbagai kasus di dunia pendidikan baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun pendidik disebabkan jauhnya Islam dari fondasi pendidikan yang ada. Saat ini perspektif pendidikan menggunakan kapitalisme sebagai ruhnya. Ujungnya adalah materi. Mindsetnya adalah hasil dan nilai di atas kertas, bukan pada proses berpikir anak didik.
Pendidik pun tidak jauh beda permasalahannya, kapitalisme membuat para pendidik disibukkan dengan urusan administrasi dan jenjang karir. Mereka dibingungkan dengan kurikulum yang senantiasa berubah dan tidak jelas mau mencetak anak didik yang seperti apa. Prinsip kapitalisme hanya menginginkan anak didik dan pendidik pada akhirnya menjadi penggerak roda ekonomi melalui pendidikan. Kesemuanya dipaksa sistem kapitalisme melakukan transaksi pendidikan yang harganya hanya di atas kertas. Lo jual, gua beli, begitu kira-kira. Yang katanya sepenuh hati mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi barang langka.
Dalam dunia pendidikan, terdapat perbedaan mendasar antara perspektif Pendidikan Islam dan Kapitalisme. Pendidikan Islam menekankan pembentukan kepribadian Islami, pengembangan potensi, dan penguasaan keterampilan hidup, sementara Kapitalisme lebih menekankan pada pencapaian keuntungan materi. Namun, dalam situasi keterbatasan, prioritas utama Pendidikan Islam adalah menanamkan nilai-nilai agama sebagai fondasi kehidupan.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan utama Pendidikan Islam adalah untuk membentuk kepribadian Islami pada diri peserta didik. Ini meliputi penanaman nilai-nilai akhlak, keteladanan Rasulullah, serta pemahaman dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Pendidikan Islam juga bertujuan untuk menggali, menumbuhkan, dan merawat bakat, minat, serta potensi unik yang dimiliki oleh setiap siswa. Tujuan lainnya adalah membekali siswa dengan keterampilan hidup, baik soft skills maupun hard skills, agar mereka dapat mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat.
Membentuk Kepribadian Islam
Inti dari Pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam pada diri peserta didik. Hal ini dilakukan melalui pembiasaan dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dibiasakan untuk melaksanakan ibadah, berperilaku jujur, disiplin, dan santun. Guru dan orang tua juga berperan penting sebagai teladan yang menginspirasi. Dengan demikian, siswa tidak hanya mengetahui ajaran Islam, tetapi juga mampu mengamalkannya dalam kehidupan nyata.
Menggali dan Merawat Bakat-Minat- Potensi Siswa
Pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada transfer ilmu, tetapi juga pada pengembangan potensi unik setiap siswa. Guru harus mampu menggali, menumbuhkan, dan merawat bakat, minat, serta potensi yang dimiliki oleh setiap anak didiknya. Hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti asah otak, pengayaan, dan pendampingan intensif. Dengan demikian, siswa tidak hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat menyalurkan dan mengembangkan potensi terbaiknya.
Membekali Siswa dengan Soft dan Hard Skills
Selain menanamkan nilai-nilai Islam dan mengembangkan potensi, Pendidikan Islam juga bertujuan untuk membekali siswa dengan keterampilan hidup, baik soft skills maupun hard skills. Soft skills mencakup kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kreativitas, dan kerja sama. Sedangkan hard skills meliputi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan vokasional. Dengan bekal ini, siswa akan memiliki daya saing dan mampu berkontribusi secara nyata dalam kehidupan masyarakat. Soft skills berupa Komunikasi, Kepemimpinan, Kreativitas, Kerja Sama. Sedangkan hard skills berupa Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Keterampilan Vokasional.
Prioritas Utama dalam Keterbatasan
Meskipun Pendidikan Islam memiliki tujuan yang luas, dalam situasi keterbatasan sumber daya, prioritas utama yang harus dicapai adalah penanaman kepribadian Islam. Hal ini dikarenakan pembentukan kepribadian Islami merupakan fondasi yang akan mempengaruhi keberhasilan pengembangan potensi dan penguasaan keterampilan hidup. Ketika sumber daya terbatas, penekanan harus diberikan pada internalisasi nilai-nilai agama, keteladanan, dan pembiasaan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya Kembali ke Ajaran Agama
Dalam era globalisasi dan kapitalisme, banyak nilai-nilai Islami yang mulai terkikis. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk kembali memperkuat dan memperdalam pemahaman terhadap ajaran agama. Hal ini tidak hanya untuk mempertahankan identitas dan jati diri sebagai Muslim, tetapi juga untuk mengarahkan tujuan hidup sesuai dengan panduan agama. Dengan demikian, Pendidikan Islam dapat menjadi benteng yang kokoh dalam menghadapi arus globalisasi dan pengaruh kapitalisme yang cenderung materialistis. Jadi, setidaknya ada tiga akuntabilitas /kemampuan sistem pendidikan Islam:
1. Kembali ke Ajaran Agama. Memperkuat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam
2. Mempertahankan Identitas. Menjaga identitas dan jati diri sebagai umat Muslim
3. Mengarahkan Tujuan Hidup. Menyelaraskan tujuan hidup dengan panduan agama
Kesimpulan dan Refleksi
Pendidikan Islam memiliki tujuan yang jauh lebih luas dan mendalam dibandingkan dengan sistem pendidikan berbasis kapitalisme. Tujuan utama Pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islami, menggali dan merawat potensi siswa, serta membekali mereka dengan soft dan hard skills. Meskipun dalam situasi keterbatasan, prioritas utama tetap pada penanaman nilai-nilai agama sebagai fondasi kehidupan. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk kembali memperkuat pemahaman dan pengamalan ajaran agama, agar dapat menjadi benteng dalam menghadapi arus globalisasi dan pengaruh kapitalisme yang cenderung materialistis.[]