Oleh: Khusnul
Konser musikal ini merupakan salah satu implementasi program Merdeka Belajar yang bertujuan untuk mengekspresikan karya melalui pembelajaran yang relevan dan menyenangkan. Dalam kegiatannya, anak-anak dari SMKN 2 Kasihan berkolaborasi dengan seniman-seniman dari dunia hiburan profesional, membentuk pertunjukan yang apik dan menghibur. Sementara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek Nadiem Makarim menyatakan menyambut menyambut baik dan mendukung penuh pertunjukan musikal tersebut. "Melalui pertunjukan ini, adik-adik murid SMKN 2 Kasihan memperoleh pengalaman langsung mengenai proses penggarapan sebuah pertunjukan musikal, mulai dari kerja artistik sampai kerja manajemen yang dilakukan secara profesional," katanya secara tertulis.
Pertunjukan ini merespons konsep-konsep tentang cinta, pilihan bebas, dan perayaan-perayaan akan kehidupan, seperti yang ditunjukkan dalam repertoar lagu klasik yang dibawakan oleh siswa-siswi SMK Negeri 2 Kasihan. Perjalanan Larasati dan setiap tokohnya menunjukkan usaha setiap manusia yang sedang berjuang merumuskan cita-cita hidupnya, menemukan makna di balik kegagalan, dan bangkit kembali untuk meraih mimpi-mimpinya.
Kebijakan pendidikan di Ibu Kota Nusantara (IKN) mengadopsi program Merdeka Belajar Plus, yang dirancang untuk menjadi lebih padat dan sederhana dalam penyampaian materinya. Dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com, Kamis, 25 April 2024, tujuan utama dari program Merdeka Belajar Plus adalah untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahaman mereka terhadap pelajaran yang diajarkan. "Kebijakan pendidikan di IKN adalah Merdeka Belajar Plus, yang dirancang untuk menjadi lebih padat dan sederhana," ujar Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat (Sosbudpemas) Otorita IKN Alimuddin, dikutip Senin, 22 April 2024.
Alimuddin menambahkan, saat ini Otorita IKN menyusun peta jalan pendidikan yang merupakan inisiatif pertama di Indonesia. Peta jalan itu diharapkan selesai pada Mei 2024. Ia mengklaimnya sebagai langkah signifikan mengingat sebelumnya kebijakan pendidikan dilaksanakan tanpa panduan peta jalan yang jelas. "Kita menyadari bahwa dalam sektor pendidikan, banyak aspek kebijakan pemerintah yang belum diperbaiki. Hal ini terjadi karena kita selalu terikat dengan berbagai regulasi, termasuk petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis), yang membuat perubahan sering kali sulit dilakukan tanpa melanggar aturan yang ada," ungkapnya. (liputan6.com, 26/4/24)
Kemendikbudristek akan segera mengesahkan Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional (Kurnas). Namun, tak semua pihak setuju, seperti organisasi nirlaba Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik) misalnya. Bajik menilai Kurikulum Merdeka tak layak jadi Kurnas. Mereka juga meminta agar Kurikulum Merdeka dievaluasi secara total dan menyeluruh. Menurut Direktur Eksekutif Bajik Dhita Puti Sarasvati, Kurikulum Merdeka masih compang camping. Maka dari itu, banyak kelemahan yang harus diperbaiki. Kurikulum Merdeka belum layak menjadi Kurikulum Resmi Nasional. Hal yang paling esensial yang harusnya ada dalam kurikulum resmi malah belum ada yakni kerangka kurikulumnya," ungkap Puti.
Puti menilai Kurnas apa pun haruslah berdasarkan filosofi pendidikan dan kerangka konseptual yang jelas. Filosofi pendidikan dan kerangka konseptual tersebut haruslah tertuang dalam naskah akademik. Dalam naskah akademik pun perlu dijelaskan berbagai argumen lain soal dasar-dasar pemikiran terkait Kurikulum Merdeka. "Sampai saat ini Kurikulum Merdeka belum ada naskah akademiknya. Tanpa adanya naskah akademik ini sulit untuk memahami apa yang menjadi dasar pemikiran dari Kurikulum Merdeka," kata Puti. Menurutnya kurikulum resmi biasanya terdiri dari beberapa komponen, misalnya filosofi kurikulum (termasuk tujuan kurikulum dan prinsip-prinsip dasar kurikulum), kerangka kurikulum secara keseluruhan, serta bidang studi.
Setiap bidang studi pun dinilai harus ada tujuan lintas kelasnya, kerangka bidang studi, tujuan pembelajaran umum (dalam Kurikulum Merdeka dinamakan Capaian Pembelajaran yang biasanya mencakup tujuan pembelajaran dalam 1 atau 2 tahun, serta tujuan pembelajaran instruksional yang jadi acuan dalam merancang kegiatan harian.
Puti menambahkan, hal esensial lain yang juga perlu diingat adalah pemerintah perlu serius dalam mempersiapkan sekolah dan semua guru supaya dapat memahami, menginterpretasi, dan mengkritisi kurikulum resmi apa pun. Sehingga, dapat menjadi dasar dalam merancang kurikulum operasionalnya sendiri sesuai konteks dan kebutuhan sekolah maupun kelasnya. "Artinya guru perlu punya kesempatan mempelajari pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan kurikulum resmi apapun secara kritis. Bukankah hal ini yang juga dicita-citakan sejak adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)," pungkasnya. (detik.com, 26/2/24)
Selama sepekan terakhir, kasus bullying atau perundungan marak terjadi di sejumlah daerah. Pelaku dan korban merupakan anak sekolah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Aksi kekerasan yang dilakukan anak-anak di bawah umur itu bahkan viral di media sosial. (tribunnews.com, 8/3/24)
Dari berita yang ada diatas nampak sekali bahwa gagasan yang di usung oleh Kurikulum Merdeka sangat bagus, tapi ternyata juga masih banyak yang mengkritisi. Faktanya Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional 2024 dianggap masih belum memberi kejelasan sebagai kurikulum. Secara konseptual masih banyak hal yang perlu ditambahkan seperti yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Bajik Dhita Puti Sarasvati. Ternyata tidak hanya tujuan yang bagus tapi detailnya juga harus jelas, karena kemampuan guru Indonesia tidak sama sehingga jika Kurikulum Merdeka diterapkan harus guru diberi kesempatan mempelajari pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan kurikulum resmi apapun secara kritis. Agar memperoleh hasil yang maksimal seperti yang diharapkan oleh semua pihak dan tidak menyulitkan serta memberatkan baik bagi guru maupun peserta didik.
Dalam Kurikulum Merdeka peserta didik diarahkan kepada kompetensi atau daya saing atas sesuatu yang bersifat materi, namun melupakan aspek pembinaan agama atau mental. Sehingga tidak aneh kalau faktanya hari ini makin banyak potret buram Pendidikan dalam semua aspek, baik guru maupun siswa yang melakukan berbagai kemaksiatan dan kejahatan serta pelanggaran hukum. Kondisi ini sangat tidak sesuai dengan harapan dari pencapaian Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka yang diterapkan saat ini justru akan menguatkan sekulerisme dan kapitalisme dalam kehidupan, melahirkan generasi yang buruk kepribadiannya, dan menjadikan generasi terjajah budaya barat yang rusak dan merusak. Sehingga Kurikulum Merdeka saat ini harusnya dipersiapkan semarang mungkin agar benar-benar mampu mencetak generasi muda terbaik untuk masa depan negeri ini. Karena pendidikan adalah salah satu aspek strategis yang menentukan generasi masa depan.
Dalam pendidikan Islam mentargetkan terbentuknya generasi berkualitas, beriman, bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin serta menjadi problem solver dalam masalah yang dia hadapi bahkan bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi bisa sampai tataran masyarakat dan negara. Pendidikan dalam islam benar-benar bertujuan untuk mencetak generasi terbaik. Dan negara menyiapkan mulai dari Kurikulum, tenaga pendidik bahkan sarana dan prasarana yang terbaik dan bisa dijangkau oleh masyarakat. Dan kalaupun rakyat harus mengeluarkan biaya administrasi benar-benar tidak memberatkan dan itu untuk semua lapisan masyarakat. Semua sangat kondusif dan baik guru, murid maupun orang tua benar-benar menjalankan perannya dengan baik. Sehingga akan sangat minim kekerasan serta kerusakan moral bagi generasi muda.
Islam juga memiliki sistem pendidikan terbaik berbasis akidah Islam yang terbukti berhasil melahirkan generasi berkualitas, menjadi agen perubahan dan membangun peradaban yang mulia. Bahkan dulu masyarakat dari belahan bumi manapun berbondong-bondong belajar di wilayah negri islam, tanpa memandang mereka muslim atau non muslim. Semua mendapat kesempatan belajar yang sama. Sehingga nampak kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat luar biasa tanpa ada kesenjangan sedikitpun. Dan Negara memiliki tanggungjawab penuh untuk mewujudkannya, bukan hanya sebagai regulator dalam hal pendidikan khususnya. Semoga Kurikulum Merdeka bisa disempurnakan lebih baik lagi sehingga bisa mencetak generasi terbaik yang akan menjadi Khoiru Ummat dengan meniru contoh terbaik yang pernah ada dan pernah diterapkan.