Dalam Sistem Kapitalisme, Keluarga Tidak Lagi Cemara

 


Oleh: Ghaziyah Zaahirah

(Anggota Komunitas Muslimah Cinta Qur’an)


Memilukan! Keluarga sejatinya adalah tempat kita bisa merasakan kenyamanan, ketenangan, dan kebersamaan. Tapi hari ini, justru keluarga menjadi tempat yang menyeramkan, penuh konflik, dan kekerasan. Akhir-akhir ini begitu banyak berita yang menayangkan kejadian penganiayaan, pencabulan, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota keluarga antara suami dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak dan lain sebagainya. 


Masih hangat, baru-baru ini dikutip dari bangkapos.com bahwa seorang suami membunuh istrinya. Motif masih belum jelas, namun pelaku akhirnya ikut bunuh diri dengan menenggak racun lalu tidak sadarkan diri dan dibawa ke rumah sakit. dan tentu masih banyak lagi berita lain yang kasusnya mirip dan hampir sama. 


Sistem Kapitalisme-Sekuler telah berhasil merusak pemikiran setiap orang yang tinggal didalamnya. Asas kebebasan yang dianut membuat orang berpikir tidak logis, pendek akal dan menempuh jalan pintas. Tidak lagi peduli benar atau salah, halal atau haram, hanya mengikuti keinginan hawa nafsu. 


Belum lagi masalah himpitan ekonomi yang kerap menjadi alasan terjadinya segala bentuk kriminal. Negara sebagai regulator nyaris tidak peduli apakah rakyatnya makan atau tidak, sehat atau sakit. Bahkan mati karena kelaparan pun nyatanya sudah menjadi hal biasa. Kebutuhan hidup yang kian mahal membuat rakyat seperti tercekik dan tidak tahu harus mencari pertolongan kemana selain berusaha sendiri. 


Hal ini tentu minim terjadi jika Sistem Islam diterapkan secara kaffah di negeri ini. Hanya dengan penerapan aturan Islam terwujud keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah, jauh dari pertengkaran, apalagi sampai berakhir dengan kekerasan.  Islam menetapkan bahwa kehidupan rumah tangga adalah kehidupan persahabatan. Agar persahabatan suami istri menjadi persahabatan yang damai dan tenteram (sakinah), syariat Islam menjelaskan hak istri atas suaminya dan hak suami atas istrinya.


Islam memerintahkan pergaulan yang makruf (baik) antara suami dan istri. Dalam rumah tangga Rasulullah saw., beliau merupakan sahabat karib bagi istri-istrinya, bergaul dengan mereka dengan pergaulan yang sangat baik. 


Lalu Islam menetapkan kepemimpinan suami atas istri dalam rumah tangga. Dalam kehidupan suami istri, adakalanya terjadi masalah yang membuat suasana tidak baik. Untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut, Allah Swt. menetapkan kepemimpinan rumah tangga (qiyadah al-bayt) berada di tangan suami. Allah Swt. berfirman, “Kaum laki laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.


Kemudian, Islam menetapkan mekanisme penyelesaian masalah dalam rumah tangga. Ketika dalam kehidupan suami istri terjadi persengketaan yang dapat mengancam ketenteraman, Islam mendorong mereka bersabar memendam kebencian yang ada. Ini karena bisa jadi pada kebencian itu terdapat kebaikan.


Maka sudah saatnya negeri ini menerapkan Islam. Menjadikan Islam sebagai aturan yang tidak hanya dipakai dalam ibadah ritual semata melainkan diterapkan dalam seluruh lini kehidupan. Wallahu’alam.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama