Pembentukan Majelis Ulama Perempuan Internasional, Menyuburkan Paham Feminisme



Oleh : Nina Iryani S.Pd

Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan satu sama lain untuk saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak akan pernah sama kodrat keduanya namun saling mendukung dan menjaga wibawa serta kebaikannya dengan perannya masing-masing.

Pasca-Konferensi Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), muncul gagasan pembentukan Majelis Ulama Perempuan Global (internasional). Bahkan, wakil presiden Ma'aruf Amin mendukung pembentukan majelis tersebut. Keberadaan majelis itu dimaksudkan sebagai upaya memberikan ruang bagi perempuan menggali potensi untuk ikut andil dalam isu-isu global, serta mendukung kesetaraan gender yang sesuai dengan syariat Islam. Hal ini disampaikan Wapres saat menerima cendikiawan perempuan Mesir Nahla El-Sabry di kediaman resmi Wapres. (Republika, 21-12-2023).

Sebelumnya, (KUPI) I digelar di Cirebon pada 25 April 2017. Dalam seminar yang merupakan bagian dari acara KUPI menampilkan penuturan ulama perempuan di Pakistan, Nigeria dan Kenya yang notabene para feminis muslimah. Mereka menuturkan upaya menghadapi masalah radikalisme di negaranya.

Semangat pembentukan Majelis Ulama Perempuan Global sama dengan KUPI di Indonesia, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II diselenggarakan pada 23-26 November 2022, di UIN Walisongo Semarang di Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Kongres ini menggandeng berbagai perguruan tinggi dan pesantren. Kegiatan ini diikuti perwakilan dari 20 negara dengan total 1.600 orang. Antara lain dari Kanada, Mesir, Firlandia, Prancis, Jerman, Hongkong, Hungaria, India, Kenya, Malaysia,  Maroko, Pakistan, Filipina, Suriah, Sri Lanka, Thailand, Belanda, Tunisia, Turki dan Amerika Serikat. Turut hadir Ma'aruf Amin Wakil Presiden RI dan Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama RI dalam kongres tersebut. Kegiatan ini dilakukan tentu dengan sebuah tujuan. 

"Bagaimana gerakan ulama ini, bisa tumbuh untuk perlindungan hak-hak asasi perempuan, tak hanya perempuan muslim, tapi juga lintas agama" kata Ruby Kholifah Direktur Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Senin (21/11/2022) seperti dilansir Antara.

Visi Misi akhir gerakan KUPI yaitu:

"Terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera, serta terbebas dari segala bentuk kedzaliman sosial terutama yang berbasis gender" agar:

"Terwujudnya pengakuan publik terhadap ulama perempuan."

Ini adalah bentuk perombakan perempuan yang ingin berperan aktif setara dengan laki-laki namun dibalut dengan kata-kata:

"Ulama perempuan"

Padahal Islam sudah memuliakan perempuan dengan perannya sebagai istri dan ibu yang baik patuh pada suaminya tanpa perlu banyak keluar rumah untuk perkara mubah apalagi yang tidak penting. Islam pun membuat laki-laki berwibawa agar mampu menjadi pemimpin yang mampu melindungi anak istrinya, menjaga martabat keluarga, negara dan agamanya.

Allah SWT berfirman:

"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki mukmin dan perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan yang lain bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh ia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata." 
(TQS. Al-Ahzab ayat 36).

Allah SWT juga berfirman:

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian ayang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu." 
(TQS. An-Nisa ayat 32).

Disisi lain Allah SWT berfirman:

"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." 
(TQS. An-Nahl ayat 97).

Demikian Allah SWT jelaskan bahwa bentuk keinginan atau iri terhadap peran laki-laki, hingga berusaha menyamai mereka apalagi hingga melanggar syariat Islam dilarang secara terang-terangan oleh Allah, sebab melawan fitrah. Apalagi tujuan ke ruang publik hanya untuk setara dengan laki-laki dalam hal finansial. Lebih parah lagi bila kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melindungi muslimah dan agama lain dari paham radikalisme.

Sangat jelas orang-orang dibalik ini semua bermaksud menyuburkan ide sekulerisme - liberalisme ke tubuh Islam namun mengemasnya dengan dalih ulama perempuan terjun ke paham feminisme. Lebih jauh dari itu semua bahwa, mereka berusaha membuat muslimah tidak peduli terhadap fitrahnya sebagai istri dan ibu yang baik. Bahkan di ajang ini, muslimah dididik agar tidak peduli dengan muslimah lain saudara yang lain seperti kedzaliman di Palestina, India, Xinjiang China dan sebagainya. Karena mereka dibina agar sibuk membuat diri muncul dan berperan aktif di depan publik, menimba finansial setara bahkan lebih dari suaminya, mendapatkan popularitas dan sebagainya yang condong terhadap eksploitasi perempuan. 

Saatnya kembali pada sistem Islam, lanjutkan kembali kehidupan Islam seperti masa Rasulullah SAW, tinggalkan penyimpangan-penyimpangan terhadap hukum-hukum Allah, raih mulia bersama Islam.

Wallahu'alam bissawab.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama