Banjir Menghadang Butuh Solusi Cemerlang



Oleh: Ramsa

Hujan itu membawa berkah. Namun, jika curah hujan tinggi dan daerah resapan air tak memadai maka bersiaplah hadapi banjir. Maka di wilayah tertentu banjir seolah jadi langganan. Mengapa setiap musim penghujan datang banjir pun menyapa?

Banjir itu datang lagi. Beebrapa hari terakhir ini daerah Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin tengah Sidoarjo menjadi sasaran banjir. Tak hanya di satu wilayah,  banjir juga menggenang Demak,  Bandar Lampung dan daerah lainnya. 

Dilansir Radar Sidoarjo (JawaPos Grup), Sabtu  (17/2), banjir kali ini menggenangi tiga sekolah negeri yang berada di wilayah tersebut. Ketinggian banjir bervariasi. Banjir ini menggenangi banyak rumah warga di desa ini. 

Kenapa Banjir Berulang?

Banjir yang berulang mestinya bisa diantisipasi. Dengan menganalisa penyebab utama banjir. Apakah karena kurangnya daerah resapan air, tidak adanya drainase atau saluran air yang luas untuk lalu lintas air,  alih fungsi lahan yang semakin ganas,  ataukah pemukiman yang terlalu padat? Jika semua pertanyaan tersebut bisa terjawab dan diberi solusi maka banjir berulang tak akan jadi ancaman. 

Sering kali banjir datang tak hanya menerjang kawasan rawan banjir, namun merembet ke daerah yang analisanya tidak rawan banjir. Daerah yang relatif tinggi atau tak pernah kebanjiran pun bisa kebanjiran. Pada kondisi demikian sangat dibutuhkan analisa dan masalah dampak lingkungan atau survei Amdal sebelum suatu pembangunan dilakukan. Selain survei Amdal yang jujur, akurat, juga sangat penting ada program mitigasi bencana dari pemerintah. Baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.  

Sebagian besar penyebab banjir di berbagai kota hari ini karena maraknya pembangunan pemukiman,  baik berbentuk real estate, pemukiman sederhana dan pembangunan pusat belanja. Pembangunan ini sering kali hanya mempertimbangkan faktor strategis dan nilai komersial, minim perhatian terhadap dampak atau bencana yang bisa mengenai kawasan sekitar, seperti banjir. 

Hal ini disebabkan oleh paradigma atau cara berpikir kapitalis yakni mengejar untung yang setinggi-tingginya. Minim perhatian dampak negatif apa yang bisa menimpa warga sekitar pembangunan.  Jelas konsep ini jauh dari mitigasi bencana. 

Ketika bencana melanda maka tidak hanya faktor alam yang disalahkan.  Tapi mesti lebih jeli memandang segala sesuatu di sekitar masalah tersebut. Sehingga dibutuhkan keahlian manusia untuk mengantisipasinya.  

Islam Solusi Cemerlang Mengatasi Banjir 

Ketika musibah datang maka kita mesti bersikap bijak.  Melihat dan menganalisa masalah dengan cemerlang. Jika murni masalah atau faktor alam maka sebagai manusia tugas kita adalah sabar dan tawakal. Tapi sering kali masalah banjir lebih besar dipengaruhi oleh faktor di luar faktor alam.  Maka disinilah peran penting adanya sistem kehidupan yang mampu memberi solusi mendasar dan menyeluruh dalam setiap masalah.  

Dalam sistem Islam suatu masalah akan dikembalikan pada dua hal yakni kesalahan manusia atau memang faktor alam. Maka yang wajib diberi solusi dan menyiapkan mitigasi adalah faktor kelalaian atau kelemahan manusia. Kala penyebab banjir itu adalah pembangunan yang tidak memperhatikan amdal,  atau keamanan lingkungan maka islam telah mencontohkan solusi yang tepat.  

Untuk banjir yang murni faktor alam dan sering berulang maka di daerah tersebut akan dibangun bendungan besar yang siap menampung air hujan. Seperti Bendungan Mizan yang dibangun pada masa Khilafah  Islam,  bendungan ini ada di Propinsi Khuzastan Iran selatan, sampai saat ini masih bisa dimanfaatkan.  Ketika merencanakan pembangunan pemukiman maka gedung atau rumah-rumah sudah disiapkan gorong-gorong dan drainase di sekitarnya. Sebagai langkah antisipasi banjir.  Intinya Islam menyiapkan tata wilayah yang aman dan nyaman buat seluruh rakyat. 

Islam dengan seperangkat aturan hidup yang paripurna di dalamnya akan memberikan aturan berupa larangan membangun di daerah yang rawan banjir.  Juga menyediakan tempat tinggal yang ramah lingkungan dan tidak merusak alam. Khilafah dan departemen dibawahnya akan sangat memperhatikan kondisi pemukiman dan kenyamanannya sebagai bentuk memberikan pelayan kepada rakyat.  Karena fungsi penguasa sebagai junnah atau pelindung rakyat.  Maka tidak akan dibiarkan rakyatnya menderita. Karena derita rakyat akan jadi pertanggungjawaban  berat buat penguasa di dunia hingga akhiat kelak. 

QS.  Al-An'am ayat 17

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Dalam pemerintahan Islam juga akan memperlakukan korban bencana dengan manusiawi dan segera dibantu. Segala kebutuhannya dicukupi dengan baik. Tidak untuk pencitraan tapi sebagai bentuk ketaatan pada Allah Swt semata.  Penguasa akan rela tidak makan dan tidur saat rakyatnya belum makan dan tak punya tempat bernaung.  

Tak rindukah kita dengan pemerintahan yang menyayangi rakyatnya? Tak sukakah kita mendapatkan berkah dengan penerapan syariat Islam yang kaffah? 

Wallahu a'lam bissawab

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama