Oleh : Neneng Nihayah
Leces-Ahad 28 februari 2024, di tengah cuaca pagi yang mendung tidak menyurutkan antusias puluhan ibu-ibu sholihah untuk menghadiri kajian bulanan rutin yang diadakan oleh "Kajian Muslimah Kaffah".
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci alquran yang dibacakan oleh ustadzah Suhaesih. Pada kajian kali ini acara dimoderatori oleh ustadzah Nisa, dengan pemateri yakni ustadzah Maya Ristanti dengan tema yang dibahas “Stunting Melesat, Generasi sedang Gawat”.
Berbicara mengenai stunting tentu hal ini sudah tidak asing lagi di kalangan ibu-ibu, betapa tidak di awal pembahasan pemateri pun memaparkan terkait fakta kondisi stunting yang terjadi di wilayah jawa timur khususnya kabupaten dan kota probolinggo. Ironisnya data tersebut menunjukan angka stunting yang tinggi. Kondisi stunting tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung. Seperti misalnya kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, sanitasi yang kurang baik, ibu yang kurang informasi tentang gizi bahkan bisa juga terjadi karena faktor ekonomi yang rendah dan kesenjangan yang tinggi.
Acara semakin seru dengan adanya selingan game bagi ibu-ibu yang memiliki anak usia balita untuk membuat komposisi menu makanan dengan gizi seimbang. Hal ini semakin menambah pemahaman ibu-ibu dalam menyajikan makanan sehat dengan gizi seimbang untuk anak-anaknya.
Selanjutnya, pemateri pun memaparkan terkait dampak stunting tersebut yang bisa diderita anak-anak dalam jangka panjang yaitu bisa memiliki kecerdasan dibawah rata-rata, beresiko mengidap beberapa penyakit bahkan jika hal ini terus dibiarkan umat akan kehilangan generasi emas.
Harapan untuk memiliki generasi emas seolah menjadi semu karena Kasus stunting yang terus meningkat. Hal ini sejatinya tidak terlepas dari akar masalah stunting itu sendiri yakni karena diterapkannya sistem kapitalisme di tengah-tengah umat. Sistem kapitalisme yang berasaskan manfaat, materialisme, dan individualisme ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah stunting. Karena orientasi sistem kapitalisme ini bertumpu pada pemilik modal dan negara menjadi regulator sementara rakyat hanya dianggap sebagai beban negara. Alhasil apa yang dilakukan oleh pemerintah pun tidak kunjung mampu untuk menyelesaikan masalah stunting. Dengan demikian sistem kapitalisme terbukti gagal untuk bisa memberikan kesejahteraan rakyat termasuk dalam pemenuhan kebutuhan pangan (gizi) bagi rakyatnya.
Berbeda halnya dengan sistem Islam, pemateri memaparkan bahwa ketika negara menerapkan hukum Islam dalam naungan khilafah akan mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya hingga mampu mencegah stunting pada balita. Kesejahteraan yang dimaksud adalah menjamin terpenuhinya hak kebutuhan dasar manusia mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan rakyatnya. Dalam islam, pengentasan kemiskinan pun dilakukan secara sistemik dengan kontrol negara. Negara menyediakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang wajib mencari nafkah sehingga terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga. Penguasa yakni khalifah adalah yang bertanggung jawab atas urusan rakyatnya sebagaimana yang pernah dicontohkan pada masa Rasulullah dan khulafaur rasyidin. Usai pemateri menyampaikan materinya dilanjut dengan sesi tanya jawab dengan peserta, kemudian pembagian door prize dan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh ustadzah Mariyati.[]