Oleh : Kikin Fitriani (Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Muslimah)
Konspirasi Barat berupaya menghalangi kebangkitan Islam dengan menyebarkan pemikiran rusak di kalangan kaum muslim khususnya muslimah muda di dunia. Salah satunya dengan kesetaraan gender menjadi isu utama dunia yang ingin diwujudkan melalui planet 50×50 dan SDGs. Kesetaraan gender adalah proyek ambisius dunia yang diyakini dapat mensejahterakan perempuan, bahkan meningkatkan perekonomian dunia. Atas tujuan itulah, Barat terus menghembuskan narasi-narasi ide kesetaraan di negeri-negeri muslim.
Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (K16HAKTP) merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia. Aktivitas ini sendiri pertama kali digagas oleh Women's Global Leadership Institute 1992 yang disponsori oleh Center for Women's Global Leadership. Event yang digelar setiap tahunnya berlangsung dari tanggal 25 Nopember hingga 10 Desember yang merupakan simbol dari Hari Hak Asasi Manusia internasional (Dikutip: Komnasperempuan.go.id, 26-11-2023). Sebagai institusi hak asasi manusia di Indonesia, Komnas perempuan menjadi inisiator kegiatan tersebut di Indonesia.
Dipilihnya rentang waktu 16 hari tersebut adalah dalam rangka menghubungkan secara simbolik antara kekerasan terhadap perempuan dan HAM, serta menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM (Dikutip:komnasperempuan.go.id)
Kasus kekerasan terhadap perempuan memang harus segera dituntaskan, hanya saja faktanya kekerasan ini terus terjadi bahkan mengalami peningkatan. Komnas perempuan mencatat 457.885 kasus kekerasan sepanjang 2022 (Dikutip:CNN Indonesia.com.26-5-2023) itu baru data yang terungkap. Padahal bila di cermati kasus kekerasan yang menimpa kaum hawa tidak akan pernah selesai hanya dengan kampanye dan peringatan seremonial saja, apalagi menggaungkan kesetaraan gender. Alhasil langkah yang ditempuh bukanlah solusi tepat karena tidak menyasar pada akar permasalahan.
Di era kapitalis sekuler ini tak dipungkiri kondisi perempuan begitu tragis menderita, tidak dinegeri ini saja, belahan dunia pun mengalami hal yang serupa. Kaum hawapun terus berjuang agar mulia, bahagia dan sejahtera. Berbagai kasus kekerasan, pelecehan, perceraian, trafficking dan banyak problem lainnya membuat muslimah kepincut ide "penyesatan kesetaraan gender". Sedang akses informasi Islam dalam menyelesaikan problem perempuan (khususnya) tersebut dibungkam, Islam tidak diberikan ruang sedikitpun untuk mendakwahkan dari sisi solusi dan aspek politis. Dan tuduhan radikal pun acapkali disematkan bagi para cendekiawan muslim atau tokoh agama Islam.
Akar permasalahan yang menimpa para perempuan saat ini adalah sistem kapitalisme yang memandang perempuan sebagai obyek komoditas karena memang posisi perempuan dianggap sebagai barang, perempuan dianggap berdaya dan dihargai ketika bisa menghasilkan materi layaknya menjadi pahlawan ekonomi keluarga bahkan negara.
Dari sisi lain jika memiliki kecantikan fisik dengan mudah dieksploitasi dan bisa hidup secara mandiri tanpa tergantung siapapun. Standar nilai yang demikian semakin tersuasanakan karena suport sistem negara kapitalisme mendukung penuh pemberdayaan perempuan. Negara abai berlepas tangan dengan tidak memberikan jaminan hak-hak perempuan serta tidak bertanggungjawab atas urusan rakyatnya, alih-alih yang terjadi meningkatnya kekerasan baik diranah domestik karena masalah ekonomi, pelecehan ditempat publik, kasus kekerasan dalam rumah tangga dan sebagainya.
Mengapa ide kesetaraan gender ini tumbuh subur di Indonesia, karena syariat Islam tidak digunakan mengatur interaksi diantara mereka yakni perempuan dan laki-laki. Ide kesetaraan gender termasuk poin SDGS (Suistanable Development Goals) yang ditentukan PBB sebagai perpanjangan tangan dari negara-negara kapitalis sekuler seperti Amerika Serikat dalam mendominasi dunia Islam. Juga agenda dunia yang merujuk pembangunan sebagai kunci kemaslahatan manusia. Sebagai anggota dari PBB, Indonesia turut mengarus utamakan ide ini di berbagai lini dengan melibatkan kementrian dan lembaga negara. Pemerintahpun juga memberikan dukungan kepada LSM (NGO) hingga komunitas pegiat kesetaraan gender.
Patut diwaspadai dari gerakan perempuan yang berbahaya bagi keberlangsungan hidup umat Islam adalah
1. Gerakan kesetaraan gender menjadi legitimator ide-ide feminisme yang kufur dengan mengatasnamakan agama. Agama diperalat dan dipaksakan untuk sejalan dengan ide feminisme yang jelas-jelas kufur.
2. Menjadi alat kontrol bagi pemerintah sekuler agar konsisten menjalankan ide-ide feminisme yang berbentuk peraturan internasional dari PBB. Artinya pemerintah didikte dan dibawah pengaruh cengkraman negara Adi Daya yakni Amerika Serikat.
3. Muslimah muslim dikondisikan untuk ridha dan ikhlas menerima ide-ide feminisme yang batil, dengan terus mempropagandakan melalui beraneka media dan sarana diberbagai forum.
Jelas sekali betapa liciknya ide-ide feminisme terselip racun berbalut madu, muslimah diajak turut berpartisipasi dalam konspirasi internasional negara kapitalis untuk menjadikan ideologi kapitalis kufur ini sebagai agama bagi seluruh umat manusia dan menjauhkan ideologi Islam shahih dari ranahnya mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Islam Memuliakan Perempuan.
Dalam Islam perempuan dipandang sebagai kehormatan yang harus dijaga dan kaum yang dimuliakan.
Rasulullah Saw bersabda:
" Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para perempuan." (H.R.Muslim 3720)
" Sebaik-baik kalian adalah paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku." (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash-Shahihah 285)
Jelas, tidak ada keraguan dalam dalil tersebut, bahwa Islam memperlakukan kaum perempuan dengan benar sesuai fitrahnya, menjaga mereka, menyayangi mereka dan berbuat baik kepada mereka. Pun tidak ada diskriminasi perempuan yang harus memperjuangkan hak-haknya sebagaimana nasib tragis wanita dalam sistem kapitalisme. Sebab tegas dalam Islam yang menjadikan tolak ukur kemuliaan bukanlah pada gender, kekayaan, paras rupawan, status sosial dan yang serupa lainnya melainkan bentuk ketaqwaan pada diri seseorang. Dan hal ini berlaku bagi laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana dalam terjemahan Qur'an :
Allah Swt. berfirman,
" Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.'
( TQS Al-Hujurat:13)
Allah Swt. berfirman,
"(Allah) yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya (TQS Al-Mulk:2)
Memang ada beberapa hukum dalam Islam yang berbeda antara laki-laki dan perempuan namun perbedaan itu bukanlah untuk dipersaingkan atau bahkan disetarakan. Bahkan Allah justru merancang agar kehidupan antara laki-laki dan perempuan bisa saling bersinergi.
Fitrah seorang perempuan adalah "ummun wa rabban al-bayt" (ibu sekaligus pengatur rumah tangga). Menurut pandangan Islam, perempuan dikatakan mulia, jika perempuan itu dengan segala potensinya mengerahkan kemampuannya (badzlul juhdi) menunaikan tugas tersebut semaksimal mungkin. Agar seorang perempuan bisa melaksanakan tugas tersebut, Islam memberikan beberapa ketentuan hukum seperti wanita tidak wajib bekerja karena nafkah mereka dibebankan kepada wali mereka yaitu ayah, suami, ssudara laki-laki maupun wali lainnya. Adapun wali tidak merasa berat karena tugas mereka merupakan suatu kewajiban dan Negara berkewajiban untuk mempermudah para wali mencari nafkah. Jikalaupun perempuan ingin bekerja, bukan karena dorongan lifestyle, ekonomi atau kesetaraan, seperti gaya hidup yang digiring dalam sistem kapitalis sekuler ini namun itu karena keinginan kuat seorang perempuan untuk mengamalkan ilmunya agar bermanfaat demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin.
Dari seorang ibulah terlahir putra putri calon peradaban bangsa, jati diri istri dan suami sebagai orang tua wajib memberikan pengasuhan, pendidikan, kasih sayang dan hak-hak anak terpenuhi. Dari peran istri sekaligus ibu, anak-anak diperlakuan secara ma'ruf, tetap terjaga hubungan baik kepada buah hati dan suami. Begitu juga sebaliknya peran suami ketika berinteraksi atau memperlakukan istri dan anak juga harus ma'ruf. Jadi penopang rumah tangga sakinah mawadah warahmah terbina karena masing-masing istri dan suami mengkomposisikan dirinya untuk tunduk dalam ketaatan.
Keistimewaan Islam tidak hanya dipandang sebagai agama yang diturunkan Allah Azza wa Jalla namun Islam juga sebagai sistem kehidupan yang mampu memancarkan aturan-aturan kehidupan.
Untuk menjaga Izzah (kemuliaan ) serta kehormatan baik itu perempuan dan laki-laki, Islam memiliki aturan dalam pergaulan yakni berupa Nidzamul Ijtima'i (Sistem Pergaulan). Dari aturan tersebut tidak akan ada interaksi seperti berkhalwat (berdua-duaan), ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan tanpa tujuan syar'i), perzinaan atau tabarruj. Kewajiban menutup aurat secara syar'i pada perempuan adalah merupakan kewajiban jika berinteraksi di ranah publik.
Islam juga memberikan kemuliaan pada perempuan disaat berinteraksi dengan publik dengan melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar termasuk kepada penguasa. Suara mereka mendapat tempat dan dihargai dikehidupan publik. Bahkan Islamlah yang pertama memberikan hak politik bagi perempuan. Demikianlah Islam memuliakan serta menjaga kehormatan diri perempuan baik di wilayah domestik maupun publik.
Meski begitu jikalau masih ada pihak-pihak yang berpeluang berbuat kekerasan dan melecehkan perempuan, maka sanksi tegas dalam Islam diterapkan negara berupa uqubat kepada pelaku. Mereka bisa dikenakan hudud, jinayat, ta'zir, dan mukhalafat sesuai dengan pelanggaran yang mereka lakukan. Sanksi uqubat ini, pelaku akan mendapatkan ampunan dosa (efek jawabir), pelaku akan merasa jera dan masyarakat akan terlindungi dari kejahatan (efek zawajir). Negara yang bisa menerapkan semua aturan dari Sang Pembuat Syara' adalah negara Islam yakni berada dalam naungan Sistem Khilafah Islamiah.
Saat ini, masihkah kaum perempuan terpedaya dengan slogan kosong yang digaungkan oleh gerakan feminisme besutan dari Kafir Barat atau masihkah perlu kaum perempuan mengopinikan untuk mengejar keadilan sedang saat ini keadilan bagi sistem kapitalisme adalah sebuah ilusi.
Berbeda jauh ketika sistem Khilafah islamiah tegak, perempuan sangat dimuliakan dan dijaga kehormatannya, keluarga sejahtera dan masyarakat mencapai peradaban yang mulia. Sistem yang mulia ini yang akan membentengi dari berbagai serangan pemikiran rusak, ide-ide sesat semisal kesetaraan gender. Muslimah dengan sendirinya mencampakkan ide-ide sesat tersebut karena bukan berasal dari akidah Islam. Keistiqomahan untuk berpegang teguh dijalan lurus dan meraih kemuliaan dunia dan akhirat dalam rida-Nya
Wallahu a'lam bi-shawab.