Duh, Dana Stunting pun Dikorupsi!


Oleh: Endang Setyowati


Pembahasan tentang stunting akhir-akhir ini menghangat. Lantaran Gibran Rakabuming salah sebut "asam sulfat" yang seharusnya "asam folat" kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil. Tujuan utama dari program "Bersama Indonesia Maju" pasangan prabowo Gibran ini adalah menanggulangi masalah stunting di Indonesia. 


Upaya untuk mengatasi stunting ini akan dilakukan melalui pemberian makan siang secara rutin kepada berbagai kelompok, mulai dari anak-anak pra-sekolah hingga siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan pesantren. Selain itu, bantuan gizi juga akan disalurkan kepada ibu hamil dan balita di seluruh Indonesia.


Stunting merupakan persoalan serius bangsa yang harus diselesaikan karena berkaitan dengan masa depan bangsa. Pemerintah sebenarnya telah meluncurkan berbagai program untuk menangani masalah stunting ini. Namun ternyata banyaknya dana yang digelontorkan belum mampu untuk menghilangkan angka stunting tersebut.


Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany, mengungkapkan adanya indikasi penyelewengan dana penanganan stunting (kekurangan gizi pada anak) di tingkat daerah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sebelumnya mencatat bahwa dana stunting di suatu daerah ada yang digunakan untuk keperluan rapat dan perjalanan dinas.


"Presiden Jokowi menyampaikan bahwa (pendanaan stunting) tidak digunakan dengan benar, menjadi salah satu tantangan di level pelaksanaan yang banyak kendala," ujar Hasbullah kepada Beritasatu.com pada Kamis (30/11/2023).


Hasbullah menilai penyelewengan dana stunting terkait dengan perilaku korupsi di kalangan pejabat Indonesia, yang menjadi salah satu penyebab lambatnya penurunan prevalensi stunting. Ia juga menyebut ada daerah yang menyediakan menu yang tidak layak untuk anak dalam program penanganan stunting.

(Beritasatu.com, 01/12/2023).


Perilaku korup yang terjadi dalam kalangan pejabat Indonesia, menjadi salah satu penyebab lambatnya penurunan prevalensi stunting. Beginilah ketika menjalankan sistem demokrasi, para penguasa abai dengan amanah yang telah tersemat padanya. Para pejabat justru hanya memperkaya diri sendiri beserta keluarganya, tanpa memperdulikan nasib rakyatnya lagi. Karena mereka begitu tega untuk memangkas dana yang merupakan hak rakyat. 


Selain itu, ketika kita telisik yang mengakibatkan anak menjadi stunting adalah kekurangan gizi pada awal usianya, kemudian ibu hamil kekurangan nutrisi begitu juga dengan sanitasi yang buruk. Jadi faktor terbesar kurangnya gizi pada ibu hamil dan balita adalah kemiskinan. Selama masalah kemiskinan belum terselesaikan, maka sulit untuk menurunkan angka stunting tersebut. 


Walaupun saat ini telah ada program untuk pemeriksaan kehamilan serta pemberian makanan tambahan yang mengandung zat besi pada ibu hamil dan juga tambahan makanan pada balita serta pemberian tambah darah bagi remaja putri, itu masih belum cukup. Karena program pemberian makanan tambahan bukan diberikan setiap hari. Padahal ibu hamil dan balita harus makan tiga kali dalam sehari.


Beginilah penyelesaian masalah saat ini, tidak menyentuh akar masalahnya, justru mengakibatkan timbulnya masalah lain seperti korupsi. Budaya korupsi seperti sudah mendarah daging di negara ini. Lemahnya hukum tidak memberikan efek jera sama sekali pada pelaku. Justru makin hari makin menjadi. Harusnya ada tindakan tegas untuk para pelaku korupsi apalagi yang dikorupsi ini adalah dana stunting untuk rakyat miskin. 


Inilah yang dikatakan bahwa solusi saat ini hanyalah tambal sulam saja. Ketika kemiskinan yang menjadi akar persoalan dalam stunting ini, sudah seharusnya untuk memberikan solusinya dengan berupaya mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. 


Dalam sistem demokrasi ini, pemerintah hanya berperan sebagai regulator saja. Mereka justru menyerahkan urusan rakyat kepada swasta. Sehingga untuk memenuhi kebutuhannya rakyat harus membeli dengan harga yang mahal.


Sehingga akan terjadi kesenjangan antara orang kaya yang mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi balitanya. Sedangkan bagi yang miskin, jangankan memenuhi gizi balita, untuk bisa maka sehari tiga kali saja memerlukan perjuangan.


Berbeda ketika kita memakai sistem Islam, maka jabatan yang tersemat dalam dirinya merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak dihadapan Allah SWT. Sehingga mereka akan melaksanakan amanah serta kapabel dalam mengurusi kebutuhan rakyat dengan penuh tanggungjawab.


Dalam Islam negara bertanggungjawab dalam memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya yang mencangkup sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan serta keamanan. Dalam memenuhi kebutuhan rakyat, negara mengambil dana dari baitulmal, yang sumber pendapatanya dari jizyah, kharaj, fai, ghanimah dan tidak lupa mengelola sumber daya alam semaksimal mungkin.


Dan ketika ada rakyat yang miskin maka negara akan membantu untuk memenuhi kebutuhannya hingga mencarikan pekerjaan kepada para lelaki yang belum bekerja. Dengan membuka lowongan pekerjaan bagi para lelaki.


Begitu juga ketika ada suami yang meninggal maka sanak saudara akan membantunya dalam memenuhi kebutuhannya. Namun ketika sanak saudaranya dalam keadaan tidak mampu maka negaralah yang mengambil tanggungjawab tersebut dengan mengurusi serta memenuhi seluruh kebutuhannya.


Beginilah ketika sistem Islam diterapkan, maka akan mengatasi masalah stunting yang ada. Sudah seharusnya kita menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam bingkai daulah Islamiyah. Wallahu a'lam

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama