Oleh: Irawati Tri Kurnia
(Aktivis Muslimah)
Hingga detik ini, kondisi muslim di Palestina sungguh terzalimi. Fasilitas umum seperti Rumah Sakit dan sekolah pun, tidak luput dari serangan bom dan granat dari la’natullah Israel. Tapi ironisnya, dunia internasional tak tergerak untuk mengirimkan pasukan ke sana, untuk menolong rakyat Palestina dan mengusir Israel penjajah. Mereka hanya mengecam, sebatas menjadi macam podium, tapi faktanya ompong tak bernyali. Jerit tangis rakyat Palestina malah justru membutakan nurani mereka.
Sungguh mengherankan melihat sikap para pemimpin negeri-negeri Islam yang enggan mengirimkan pasukan militer mereka. Padahal mereka juga muslim, yang sudah menjadi kewajiban mereka menolong saudara mereka seakidah; karena sesama muslim bersaudara. Padahal mereka mempunyai kekuasaan untuk menggerakkan tentara-tentara mereka. Mereka terlalu takut dengan konsekuensi yang akan mereka tuai, manakala berani melawan Amerika yang berada di balik kekuatan Israel saat ini. Rupanya mereka lupa, di atas penguasa dunia, masih ada yang lebih berkuasa. Yaitu penguasa langit dan bumi, Allah SWT. Mereka hanyut dengan kenikmatan dunia, enggan mengambil resiko dengan melakukan pengorbanan nyawa demi membela kehormatan saudara seakidahnya. Penyakit itu dinamakan ‘Wahn’. Cinta dunia dan takut mati. Penyakit ala orang sekuler kapitalisme, yang telah membuang jauh ajaran agamanya. Lebih mendewakan materi yang fana.
Fakta bahwa kaum muslim saat ini telah tersekat-sekat menjadi banyak negara, telah menjadi belenggu yang menghalangi gerak langkah kaum muslimin untuk bergegas berjihad membantu saudaranya di Palestina. ‘Nation state’ telah mencabik persatuan umat Islam, yang berakar dari ikatan nasionalisme yang lemah. Nasionalisme bukanlah ajaran Islam, karena ikatannya hanya bersifat sesaat, saat musuh semu dimunculkan. Saat reog diklaim sebagai budaya Malaysia, nasionalisme orang Indonesia bangkit, begitu juga saat kesebelasan Indonesia terancam kalah melawan Malaysia. Saat penghalang itu hilang, ikatan pun menghilang. Tidak bersifat ajeg, sangat rasis dan diskriminatif. Akhirnya tiap negeri muslim hanya berani mengecam, tanpa ada tindakan nyata dengan mengirim pasukan untuk membebaskan Palestina.
Penyakit ‘Wahn’ sudah diwanti-wanti oleh Rasulullah agar dijauhi. Ashobiyah (ikatan nasionalisme) pun telah ditegaskan oleh Rasulullah, bukanlah ajaran Islam. Maka umat Islam, jika masih memegang teguh keimanannya; haruslah kembali kepada ajaran Islam. Begitu juga dalam menyelesaikan problem Palestina, harus kembali pada bagaimana Rasulullah menyelesaikan problem penjajahan. Penjajahan haruslah dihapuskan, sesuai dengan perintah Allah. Penjajah haruslah diusir dengan aktivitas jihad. Jihad di sini bermakna perang, sesuatu yang diwajibkan dalam Islam untuk mengusir penjajah. Bukan malah mengambil solusi “Two Nation State” alias Solusi Dua Negara, yang berarti memberikan pengakuan pada eksistensi negara penjajah. Dan jihad inilah yang telah dilakukan oleh Hamas dan masyarakat Palestina saat ini. Kewajiban ini akan tetap melekat di pundak kaum muslimin, sampai penjajah Israel terusir dari bumi suci Palestina.
Dan ingat. Problem Palestina adalah satu dari sekian banyak problem kaum muslimin, akibat tidak adanya ‘Tajrul Furud’ atau mahkota kewajiban, yaitu Khilafah. Kaum muslimin yang kini terpecah-belah menjadi banyak negara, mudah dimanfaatkan dan dieksploitasi oleh para musuh, bak makanan yang terhidang. Benar prediksi Rasul, umat Islam ibarat buih di.lautan, banyak tapi tak punya kekuatan. Terbelenggu oleh kebodohan, kemiskinan, kekufuran, teraniaya, terzalimi, terjangkiti penyakit wahn, terjebak ikatan nasionalisme, dan lain-lain. Maka Khilafah akan mampu melindungi kaum muslimin dari segala bentuk kezaliman. Kehadirannya ibarat junnah (perisai) yang akan melindungi kaum muslimin dari serangan dan penjajahan musuh-musuh Islam. Maka keberadaannya wajib diperjuangkan pula oleh seluruh kaum muslimin, menjadi agenda utama perjuangan dakwah kaum muslim. Maka dengan tegaknya Khilafah, problem penjajahan di mana pun, akan dapat dihapuskan. Wallahu’alam Bishshawab.[]