Bunuh Diri, Ngeri!

 


Oleh Ruby Alamanda


Mengutip dari republika.co.id Semarang, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengaku sangat prihatin dengan kejadian dua kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan mahasiswa di Semarang. Mahasiswa yang berasal kampus berbeda ini melakukan bunuh diri dalam waktu dua hari belakangan.


Dua kasus dugaan bunuh diri terjadi di Semarang, pertama dilakukan NJW (20) warga Ngaliyan, Semarang, mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Selasa (10/10/2023). Kasus kedua, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang berinisial EN (24) warga Kapuas, Kalimantan Tengah, yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya, Rabu (11/10/2023).https://news.republika.co.id/berita/s2g9js425/dalam-2-hari-2-mahasiswa-semarang-bunuh-diri-ini-reaksi-wali-kota


Fenomena bunuh diri pada usia remaja atau usia dewasa dini sering terjadi saat ini. Bahkan kasus terakhir bunuh diri dilakukan seorang mahasiswi karena tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya. 


Fakta diatas biasanya hanya ada di film atau drama. Eh ini nyata adanya. Ya, selain fenomena pembunuhan, ada lagi yang marak di Indonesia, yakni bunuh diri. Banyak sekali pemicunya. Diantaranya karena faktor kesulitan hidup, dan tuntutan orang tua. 


Remaja memang sebuah kondisi yang ideal untuk mencari jati diri, menunjukkan siapa dirinya, alih-alih menunjukkan hal yang bagus, bagi yang tidak kuat iman, justru berujung bunuh diri. Ngeri. 


Rumitnya tata kehidupan sosial membuat kehidupan remaja juga menjadi rumit. Terkadang remaja juga merasa hidupnya susah, mulai dari keuangan, status sosial, keadaan akademik yang kurang baik (tidak pintar misalnya) sehingga menghambat laju sosialnya. Mau bergaya tidak bisa karena keadaan orang tua yang menengah kebawah. Kurangnya teman bergaul karena status sosial yang kurang baik. Dan juga pertemanan yang rumit karena kualitas pendidikan yang tidak maju tadi. 


Kondisi Ideal


Peran orang tua sangat penting untuk masa depan putra putrinya. Ketika anak berada dalam kandungan, ayah ibu seharusnya bersinergi untuk membentuk karakter anak. Ibu yang mengandung tidak boleh stress. Ayah harus berperan dalam menjalankan kewajiban sebagai suami dan calon ayah. 


Jika memang karena tuntutan hidup atau gaya hidup, maka memang rumit jika keadaan orang tua tidak mencukupi untuk bergaya. Namun jika faktor bunuh diri karena lemahnya iman, maka ini perlu diperhatikan betul oleh pihak-pihak disekitar korban. Bisa jadi orang tua, teman, masyarakat juga. 


Pendidikan agama sangat urgen dalam mengatasi lemahnya iman para remaja. InsyaAllah ketika bekal iman taqwa sudah ditanamkan sejak dalam kandungan maka remaja akan bisa menjaga iman taqwa tersebut sampai kelak dewasa, sehingga kasus bunuh diri tidak terjadi. 


Standar Hidup yang Benar


Jika latar belakang bunuh diri dipicu karena faktor ekonomi, memang dalam dunia Kapitalisme ini semua hal di ukur dengan materi. Maka bagi yang tidak bisa bergaya akan mudah sekali rapuh dalam menghadapi nya. Kebiasaan _flexing_ membuat saudara terasa serasa musuh. Teman yang sering melakukan kebiasaan _flexing_ membuat hati geram, tapi korban tidak bisa mengikuti gayanya. 


Jika faktor iman, maka memang dalam kehidupan Kapitalisme sangat jarang orang tua yang betul-betul menanamkan kebaikan, ilmu iman taqwa ala kadarnya diberikan kepada anak. 


Jika faktor bunuh diri itu pendidikan akademik yang lemah, maka memang upaya menjadikan remaja cerdas akademik jauh lebih buruk jika dibandingkan kurikulum masa lampau. Standarnya beda, sekarang yang penting sekolah itu kejar materi, bukan bagaimana agar siswa ini faham materi. Baru ajaran baru, tiba-tiba sudah PTS, ketabrak banyaknya kegiatan Agustusan.


Maka dalam Islam, pendidikan ini nomor satu. Usia 0-10 tahun bekal iman dan akidah diutamakan. Baru di usia 11-20 penanaman ilmu yang lebih kompleks diberikan. Siswa juga tidak dibebankan banyaknya tugas dan besarnya biaya. Menuntut ilmu adalah kewajiban, sekolah bukan untuk memperoleh pekerjaan. 


Negara bertugas memenuhi setiap kebutuhan para pelajar dan pengajar. Sehingga beban dunia pendidikan tidak tinggi. Maka tak heran tidak ada ceritanya umat Islam bunuh diri di jaman Rasulullah dan generasi salaf selanjutnya. Karena kuatnya akidah didukung oleh kuatnya negara menjamin kehidupan rakyatnya. Sudah saatnya menjadi remaja yang berperan, bukan baperan, yuk terus bergerak. Kita kibarkan vibes positif Islam ke seluruh remaja muslim, kita perjuangkan Islam, hingga Islam tegak bukan hanya sebagai agama tapi juga sistem kehidupan. Wallahu a'lam bishshawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama