ADA APA FILM; TUHAN, IZINKAN AKU BERDOSA? KONTROVERSI DAN BAHAYA

 


Oleh: Kikin Fitriani


Karya film besutan Hanung Bramantyo yang diadaptasi dari novel karya Muhiddin M.Dahlan yang bertajuk Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur yang terbit 2003. Awal penerbitannya sudah banyak menimbulkan kontroversi di Yogyakarta.


Versi filmnya berjudul Tuhan Izinkan Aku Berdosa, akan ditayangkan pertama kali pada Jakarta Week 27-10-2023 mendatang. Hanya belum diketahui jadwal penayangannya di bioskop Indonesia. (Radar Jogja Jawa Pos, 24-10-2023)


Sipnosis novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur bercerita tentang seorang mahasiswi yang semula sangat taat beragama. Iapun bergerak aktif melebur dalam organisasi Islam dan meyakini bahwa sistem demokrasi punya andil besar dalam hancurnya peradaban dunia, termasuk di negeri ini. Ia pun turut mendakwahkan tegaknya sistem Khilafah yang dianggap sistem ideal sesuai syariat Islam. Seiring waktu, ada perasaan gundah dan kecewa yang menyertainya, hingga membuat ia tidak paham akan konsep ketuhanan yang diajarkan organisasi tersebut. Jawaban yang didapat atas doktrin yang tidak memuaskan akal ia lakoni dengan kekecewaan sampai menghantarkan ia pada gemerlapnya dunia malam.


Awal mula yang taat beragama berubah drastis, berpaling dari syariat Islam. Mirisnya ia malah menjerumuskan diri dalam lembah hitam, ditinggalkan sholat, memilih profesi sebagai pekerja seks untuk  melayani para hidung belang. Ironisnya tidak ada perasaan bersalah pun berdosa ketika melakoni pekerjaan haram tersebut, malah berharap Tuhan akan memaklumi dan memaafkan segala perbuatannya.


Berdasarkan sipnosis diatas, ada tiga aspek bahaya yang perlu dikritisi dari novel maupun dalam film yakni konsep berpikir benar, kedua ketidak pahaman tentang konsep qadha dan qadhar, ketiga gagal paham tentang sistem Khilafah.


Konsep Berpikir Shahih


Dalam perspektif Islam tentang konsep berpikir shahih, jelas sekali novel sekaligus film tersebut mengusung konsep berpikir liberal. Konsep yang melawan fitrah penciptaan dan sangat absurd bersumber dari Islam. Jika konsep berpikir shahih, mustahil menghasilkan perilaku yang menyimpang dari syariat. Ada yang salah dalam pemahaman tentang fitrah penciptaan hingga yang mendominasi adalah pemahaman hawa nafsu karena menafikan iman kepada Allah.


Islam tidak hanya dipandang sebagai agama, tetapi Islam mampu memecahkan problematika pokok (uqdatul kubra), berperan andil memberikan solusi sesuai dengan fitrahnya, memuaskan akal dan menentramkan jiwa dalam kehidupan manusia. Akal yang menjadikan manusia berpikir untuk memahami dan mempertimbangkan segala sesuatu. Dari mengoptimalkan akal,  bisa membedakan jalan taqwa atau jalan fujur (sifat buruk). Dengan memahami konsep kebangkitan pemikiran yang benar yakni selalu menghadirkan Allah dalam segala aktifitas rutinnya serta  menumbuhkan keterikatan terhadap syariah Allah. Maka bentuk pelanggaran sangat tidak masuk akal  untuk dilanggar karena kerangka berpikirnya sudah melalui cara berpikir yang shahih.


Konsep Qadha dan Qadha


Pemahaman tentang qadha qadhar, khususnya untuk manusia yang beriman, jalan keimanan melampaui proses berpikir benar, bisa dipastikan perbuatan yang ia pilih adalah perbuatan takwa. Hak prerogatif Allah adalah meminta pertanggungjawaban atas seluruh perbuatan manusia pada area yang manusia kuasai, mendapatkan pahala atau siksa tergantung perbuatannya. Sedangkan untuk area yang menguasai manusia, dirinya tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Konsep qadha qadhar inilah mendorong manusia untuk memahami secara benar bahkan terus melecutkan diri menjadi seorang mukmin sejati, melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan karena sebagai hamba harus sadar sepenuhnya bahwa Allah Maha Mengawasi serta akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Jadi konsep minta permakluman dari Allah agar manusia boleh melakukan perbuatan dosa sejatinya konsep perbuatan bathil. Perbuatan dosa justru merupakan bagian dari pilihan hidup manusia.


Gagal Paham Tentang Khilafah 


Menyeru dan berazam menjadi pejuang Khilafah bukan suatu perkara mudah, juga bukan hal sulit untuk diwujudkan. Menjadi bagian dari barisan pejuang Khilafah haruslah pejuang militan yang memiliki keimanan dan cara pandang hidup yang jelas. Tidak bisa tegaknya Khilafah berisikan barisan kaum liberalis dan sekuler yang mendukung dan meyakini kesesatan demokrasi untuk memperkuat barisan pejuang Khilafah.


Mustahil pula jika orang-orang yang mudah tersusupi beragam godaan serta terwarnai pemikiran sekuler liberal, untuk menjadi barisan penjaga agama Allah, mereka sendiri tidak menyakini bahkan utopis terhadap urgensinya penerapan Islam secara kaffah. Mereka menggampangkan dan kompromistis dengan langkah-langkah setan, menyengaja tetap dalam circle kemaksiatan. Orang-orang seperti itu tak akan kuat menghadapi jalan perjuangan hakiki menuju tegaknya Khilafah, pasti ditengah jalan akan tereleminasi dengan sendirinya.


Allah Swt. berfirman, 

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kafah (keseluruhan), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (TQS Al-Baqarah:208)


Film Sarana Efektif Bentuk Propaganda Liberalisme dan Feminisme


Film merupakan salah satu sarana efektif serta potensial dalam aktifitas ghazwul fikr (perang pemikiran). Misi utama musuh-musuh Islam adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan skenario Barat yakni generasi malas yang hanya mengejar kepuasan nafsu dunia, kurang tangguh ketika menghadapi tekanan dan tantangan. Tanpa disadari keberhasilan film banyak mempengaruhi gaya pandang kehidupan, menciptakan tren dan gaya hidup masyarakat yang tinggi. Faktanya banyaknya kemerosotan pola hidup dan taraf berpikir umat sangat rendah. Tontonan yang berbau kebebasan menggerus akhlak dan kerusakan moral yang mengerikan ditengah masyarakat, beriringan menjadikan kehidupan para selebriti sebagai rule model mereka.


Sistem sekuler kapitalisme mencetak para sineas muda (sekuler) berlomba-lomba menghasilkan karyanya yang kontroversi, sengaja mereka ramu dan dikemas secara apik untuk menghipnotis penonton. Tanpa merasa bersalah atas pesan dari film yang mereka sampaikan demi meraup pundi-pundi mereka. Film adalah sarana efektif peradaban rusak ini untuk melebarkan sayap ide-ide liberalisme feminisme. Barat akan terus berupaya melalui antek-anteknya untuk terus menyebarkan propagandanya, meracuni pemikiran umat Islam khususnya generasi muda. Tanpa sungkan mereka terus memproduksi film-film fantasi penuh adegan vulgar, sensualitas yang sengaja mereka rancang untuk membangkitkan naluri dan syahwat liar ala binatang, tak peduli walaupun harus menabrak norma-norma agama yang telah baku dan sudah tercatat sebagai qonun ditengah masyarakat. Dalih kebebasan berekspresi dan berpendapat yang menjadikan ruh serta nafas ide liberalisme yang mereka emban. Berbagai propaganda  mereka selipkan untuk menghina, menyerang bahkan mendeskriditkan Islam dan umat Islam.


Sejauh ini berbagai sipnosis film dalam sistem sekuler kapitalisme ini tidak ada satupun memberi ruang untuk menampilkan Islam hakiki secara utuh dan nyata, alih-alih jika film yang bernafas Islam shahih pasti tidak layak atau lulus di badan sensor dengan dalih terlalu radikalisme. Badan sensor sendiripun adalah lembaga dimana orang-orang yang terpilih mempunyai loyalitas tinggi pada penguasa.


Khatimah


Tugas kita para pengemban dakwah untuk terus menyerukan amar ma'ruf nahi munkar ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang saat ini sedang sakit dengan pemahaman fasludiin'anil hayah (agama dipisahkan dari kehidupan). Jangan pernah berhenti untuk berharap kepada Allah, meski sistem ini tidak memberikan ruang pada Islam hakiki, Allah selalu menghadirkan sosok-sosok terbaik yakni para sineas muda  ataupun content creator Islam untuk meluruskan sejarah dengan mengeluarkan segala potensinya (badzlul juhdi), menghasilkan karya-karya yang dikemas secara ciamik, menghibur serta mengedukasi umat muslim tanpa menggurui.  Tantangannya tidak mudah dan media sosial merupakan sarana  paling ampuh bagi para kreator untuk  berkreasi melahirkan karya-karya militannya, memberikan cakrawala baru tentang Islam shahih yang selama ini sejarahnya dikaburkan kafir Barat. Hasil karya militan para kreator Islam ini tentunya tidak lepas dari hasil mereka ditasqif, mereka sudah selesai dengan dirinya. Mereka adalah orang-orang terbina sebagaimana Rasulullah Saw membina para sahabatnya.


Sungguh Allah tidak akan pernah menyesatkan hamba-Nya yang mencari kebenaran. Khilafah adalah proyek dari Allah, manusia hanyalah sebagai pelaksana dengan meneladani tahapan dakwah Rasulullah Saw dalam rangka menegakkan Daulah Islam yang pertama di Madinah. Oleh karenanya tugas kita untuk melayakkan diri serta mengerahkan segala kemampuan yang ada dengan tidak mencemari diri dengan pemikiran selain Islam. 


Allah Ta'ala berfirman,

"Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (TQS Al-Kahfi :17)

Wallahu a'lam bi-shawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama