Oleh: Kikin Fitriani ( Aktivis Muslimah)
Bumi Palestina sangat kental dengan simbol penjajahan fisik yang paling nyata di dunia Islam. Kezaliman serta kebrutalan agresi militer Israel, serta keserakahan negara sekutunya AS dan Inggris terhadap wilayah Palestina dipertontonkan secara jelas kekejaman demi kekejaman, penyerangan (istimror) terus berulang dari waktu ke waktu. Anehnya kasus kebiadaban Yahudi-Israel terhadap rakyat Palestina dianggap sekedar masalah kemanusiaan.
Padahal krisis Palestina tentu bukan semata-mata masalah kemanusiaan, tetapi masalah akidah (Islam). Umat Islamnya harusnya sadar, tidak terjebak dan menjadi korban manipulasi opini yang dihembuskan Barat penjajah. Kafir Barat berusaha menggeser isu Palestina hanya semata sebagai isu kemanusiaan bukan masalah agama. Musuh-musuh Islam sangat paham, sekali umat muslim mengaitkan isu Palestina dengan masalah agama (Islam), maka mereka akan dengan mudah menyuarakan jihad melawan Zionis Israel. Tanda tersebut terbaca dan tentunya ditakuti sang agresor dan induk semangnya yakni Barat imperialis.
Yang patut mendapat perlawanan dari seluruh umat muslim atas krisis Palestina ini adalah kejahatan negara dan gerakan politik ideologinya bukan semata-mata etnis yahudinya atau rasnya, melainkan zionisme yang kawin dengan ideologi kapitalisme yang berjaya dengan imperialismenya sebagai kendaraan politiknya. Perpaduan antara zionisme dan kapitalisme merupakan simbiosis yang banyak melahirkan kekejaman, sadisme yang luar biasa terhadap pelanggaran kemanusiaan bahkan tidak ada satupun negara yang mampu mencegah sekaligus menyelesaikannya.
Hingga saat inipun peran AS masih membackup Israel. Modus kepentingan AS atas krisis Palestina sebagai media negara itu untuk menanamkan pengaruhnya sekaligus pengalihan isu (perhatian) kaum muslim bahwa musuh sejati mereka adalah Amerika Serikat.
Setali tiga uang dengan negara adi daya AS, keberadaan PBB bukan rahasia lagi dipanggung internasional. PBB sejatinya untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia toh tidak berdaya ketika berhadapan dengan negara-negara pemegang hak veto (pemilik hak veto adalah Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, dan Inggris Raya). PBB hanyalah sekedar alat Amerika dan negara Barat untuk menciptakan tatanan dunia yang menyangga ideologi kapitalisme dan kepentingan global AS. Eksistensi PBB pun di kancah krisis di dunia Islam sama sekali tidak punya andil besar, tidak memberikan keberpihakan serta solusi tuntas pada umat Islam yang tertindas.
Persoalannya hanyalah pada keberanian negara-negara muslim termasuk negeri ini, untuk mengambil resiko berseberangan dengan Amerika yang menjadi sekutu utama Israel. Dan ternyata tidak sesederhana itu, penghalang bersatunya umat muslim di dunia karena adanya ikatan nasionalisme. Gelombang nasionalisme inilah yang meracuni dunia Islam. Semangat kebangsaan dihembuskan secara masif di negeri-negeri umat muslim pada abad ke-20. Runtuhnya keKhilafahan Ustmaniyah atas campur tangan laknatullah Mustafa Kemal Ataturk yang menjadikan dunia islam terpecah dan terbagi menjadi 50 negara-bangsa (nation-state) akibat paham nasionalisme yang merupakan sikap Ashabiyah yang terlarang. Nasionalisme menjadikan loyalitas dan pembelaan terhadap bangsa mengalahkan loyalitas dan pembelaan terhadap Islam. Standar halal haram pun dikalahkan ketika bertabrakan dengan kepentingan nasionalis.
Mirisnya, diamnya penguasa negeri-negeri muslim atas penyerangan genosida yang Israel lakukan terhadap Palestina, lebih memilih bungkam dan menghindari konfrontasi dengan AS yang menjadi sekutu abadi zionis Israel. Bahkan yang lebih menyakitkan, beberapa negeri muslim seperti Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, Sudan, Bahrain dan lainnya menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, mereka berjabat tangan dengan penjajah dalam keadaan masih berlumuran darah kaum muslimin Palestina.
Negara adidaya AS mendukung penjajahan Israel dengan mengirimkan persenjataan mutakhir kepada Israel untuk membombardir Palestina. Sebaliknya Palestina sama sekali tidak dibekali senjata yang sepadan dengan penjajah. Penguasa negeri-negeri muslim mendiamkan seolah persoalan penjajahan tersebut bukan persoalan mereka. Sekat-sekat nasionalisme membuat penguasa muslim hanya lebih memilih mengirimkan bantuan atau dana kemanusiaan ketimbang harus mengerahkan pasukan militer untuk memerangi Israel. Padahal mudah bagi penguasa muslim terutama negara-negara Arab mengirim senjata mutakhir dan pasukan kaum muslimin untuk menolong Palestina karena negeri-negeri muslim sangat kaya sumber daya alam.
Solusi Hakiki atas Krisis Palestina
Krisis Palestina sesungguhnya masalah umat muslim. Umat muslim sangat berhutang budi pada rakyat Gaza, karena dari merekalah pejuang-pejuang intifadah menjaga Al Quds dengan taruhan jiwa serta nyawa.
Islam telah mengharamkan berdamai dan bersahabat dengan negara agresor atau entitas zionis yang memerangi kaum muslim. Apapun bentuk perdamaiannya, apalagi solusi dua negara yang ditawarkan Barat adalah haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam TQS Al Mumtahanah 60 : 9
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya diatas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya"
Krisis Palestina bisa tuntas jika Islam dijadikan sebagai asas kehidupan secara praktis dalam naungan Daulah Khilafah. Kaum muslim tentunya rindu melihat wilayah Palestina terbebas dari pemerintahan tiran Israel, maka Daulah Khilafah akan menjaga mereka dari agresi penjajah, kaum muslim akan memiliki negara yang berfungsi sebagai junnah (perisai) yang akan melumat habis entitas Yahudi laknatullah berserta para sekutunya.
Sebagaimana Rasulullah Saw telah bersabda," Imam (Khalifah) adalah perisai, dibelakangnya kaum muslim berperang dan berlindung" (HR.Muslim)
Syariat Islam telah mewajibkan jihad fisabilillah atas kaum muslim ketika mereka diperangi musuh. Sebagaimana firman Allah SWT dalam TQS Al-Baqarah 2 : 190
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".
Karena itu jihad adalah solusi bagi agresi zionis Israel diatas tanah Palestina dan itu hanya atas komando jihad dari Khalifah yang bernaung dalam Khilafah Islamiah untuk melindungi tanah yang diberkahi Allah SWT. Tegaknya Khilafah Islamiah adalah vital dan wajib bagi umat muslim karena ia akan menjadi pelindung umat. Disinilah urgensinya umat muslim untuk serius dan bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan kembalinya Khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah. Hanya dengan Khilafah, Palestina serta negeri-negeri konflik muslim lainnya bisa dibebaskan dan dimerdekakan secara nyata.
Sungguh penting bagi kita merenungkan kembali pernyataan bernas dari Syaikh Ahmad Yassin, sang 'amir syuhada', dalam salah satu kutipan khutbahnya :
"Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam, tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemimpinan yang berpegang teguh dengan Islam, baik sebagai aturan, perilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilihlah oleh Anda : Allah atau binasa!"
Wallahu a'lam bish-shawab.[]