Kemampuan Dasar Siswa Rendah, Apa Kabar Pendidikan di Indonesia?



Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)


Mengutip dari republika.co.id, laporan Bank Dunia menyebut, anak-anak di beberapa negara Asia Timur dan Pasifik tak memiliki kemampuan pendidikan dasar meski mereka menempuh sekolah dasar. Setiap tahunnya, sekitar 172 juta anak di 22 negara-negara berpenghasilan menengah di Asia Timur dan Pasifik terdaftar di sekolah dasar. Hanya saja, meski terjadi kemajuan yang signifikan pada angka partisipasi sekolah, anak-anak di beberapa negara dan di sebagian negara-negara tidak mendapatkan keterampilan pendidikan dasar, sebagaimana yang dilaporkan dalam laporan Bank Dunia.


Di semua negara yang tercakup dalam laporan Fixing the Foundation: Teachers and Basic Education in East Asia and Pacific yang dipublikasikan Bank Dunia, kualitas pendidikan masih tergolong rendah di daerah pedesaan dan daerah miskin, dibandingkan dengan daerah perkotaan dan daerah yang lebih kaya.


Menurut laporan tersebut, tingkat ketidakmampuan belajar (learning poverty), yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan anak usia 10 tahun untuk membaca dan memahami bahan bacaan yang sesuai dengan usianya, berada di atas angka 50 persen di 14 dari 22 negara, termasuk Indonesia, Myanmar, Kamboja, Filipina, dan Republik Demokratik Rakyat Laos.

(https://news.republika.co.id/berita/s1hhyd457/meski-bersekolah-anakanak-di-asia-pasifik-tak-miliki-keterampiran-pendidikan-dasar)


Lebih miris lagi yang dilansir oleh poskupang.com, hasil asessment kognitif  peserta didik baru SMPN 11 Kota Kupang yang dilakukan pada bulan Juni 2023 menemukan sebanyak 21 pelajar  tidak bisa membaca, menulis hingga membedakan abjad. Penelitian awal itu dilakukan dengan bacaan, lalu pelajar diberi kesempatan untuk memahami bacaan singkat. Hasilnya kecakapan mereka menanggapi bacaan beberapa paragraf tergolong lambat. Seharusnya, pelajar yang memahami mengenai bacaan maupun membedakan abjad sudah diperoleh saat masih di bangku kelas 1 dan 2 sekolah dasar (SD) atau kategori fase A, dalam konsep Merdeka Belajar.

(https://flores.tribunnews.com/2023/08/10/puluhan-pelajar-smpn-11-kota-kupang-tidak-bisa-baca-tulis-dan-membedakan-abjad)


Maka hal ini harusnya menjadi catatan penting bagi Pendidikan Nasional Indonesia. Karena bagaimanapun mencerdaskan generasi bangsa adalah tugas negara, bukan hanya sekolah dan guru


Dalam tulisan ini ada beberapa poin yang perlu dibahas, yaitu: 


1) Mengapa Kemampuan Dasar Siswa Indonesia rendah? 


2) Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh negara untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa? 


3) Bagaimana strategi Islam dalam mengelola pendidikan hingga melahirkan generasi unggul?


Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Siswa


Kemampuan dasar siswa, utamanya Sekolah Dasar (SD) adalah membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Sehingga ketika lulus jenjang pendidikan dasar harusnya calistung sudah tidak jadi masalah lagi bagi siswa. Jika ada siswa yang belum bisa, ataupun tidak lancar dalam calistung, perlu dicari apa akar masalahnya. 


Dari pengamatan penulis setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan banyak siswa di Indonesia mengalami kesulitan dalam calistung, yaitu:


1. Kurangnya pendidikan awal yang memadai. Banyak anak-anak di daerah pedesaan dan perkotaan miskin tidak memiliki akses ke sekolah yang berkualitas atau guru yang terlatih dengan baik. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk belajar membaca.


2. Lingkungan keluarga. Beberapa orang tua tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk membantu anak-anak mereka belajar membaca dan menulis.


3. Metode pengajaran yang tidak tepat. Pengajaran yang kurang interaktif dan hanya berfokus pada hafalan dan penulisan ulang informasi tidak akan efektif untuk mengajarkan keterampilan membaca dan menulis.


4. Minat dan motivasi rendah. Anak-anak tidak akan belajar optimal jika mereka tidak tertarik pada materi pembelajaran atau tidak memiliki motivasi untuk belajar. Untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia, diperlukan upaya kolaboratif dari semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan komunitas. Ini dapat mencakup penyediaan pendidikan awal yang lebih baik, program pelatihan untuk guru, edukasi keluarga, dan pengembangan metode pengajaran yang lebih efektif.


Kondisi ini diperparah dengan faktor ekonomi keluarga ataupun daerah setempat. Faktor ekonomi yang minimalis akhirnya sekolah atau pendidikan kurang diminati, karena siswa lebih memilih bekerja membantu orang tua untuk mendapatkan penghasilan. Sehingga jika ingin menuntaskan masalah pendidikan ini tidak bisa dilepaskan dari faktor yang lain.


Upaya Negara untuk Meningkatkan Kemampuan Dasar Siswa


Pemerintah Indonesia memiliki berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa di sekolah, antara lain:


1. Peningkatan kualitas guru. Pemerintah telah memperkenalkan program pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru, seperti pelatihan pengembangan profesional dan pelatihan teknik pengajaran.


2. Pengembangan kurikulum yang lebih efektif. Pemerintah terus mengembangkan kurikulum yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Salah satunya adalah Kurikulum 2013 yang menekankan pada peningkatan keterampilan literasi dan numerasi.


3. Peningkatan akses ke pendidikan. Pemerintah sedang berupaya meningkatkan akses ke pendidikan bagi anak-anak di daerah pedalaman atau terpencil. Hal ini meliputi pembangunan sekolah baru, bantuan keuangan bagi keluarga miskin untuk membayar biaya pendidikan, dan penyediaan transportasi bagi siswa yang jauh dari sekolah.


4. Teknologi dalam pembelajaran. Pemerintah mencoba memperkenalkan teknologi dalam pembelajaran, termasuk penggunaan komputer dan internet, aplikasi pembelajaran online, dan video pembelajaran.


5. Program pemenuhan gizi. Pemerintah juga memberikan perhatian pada pemenuhan gizi siswa agar dapat mempengaruhi kemampuan belajar mereka. Program ini meliputi pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin, dan pengobatan jika siswa sakit.


6. Peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas sekolah. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur dan fasilitas sekolah, seperti bangunan sekolah, peralatan pembelajaran, dan sarana olahraga. Dengan upaya-upaya ini, pemerintah Indonesia berharap dapat meningkatkan kemampuan siswa di sekolah sehingga mereka dapat meraih kesuksesan di masa depan.


Namun sayangnya, upaya di atas dinilai belum menyentuh akar rumput. Apalagi rumitnya administrasi, seakan apa yang didengungkan pemerintah hanya sebuah wacana yang jauh dari realita.


Strategi Islam Mengelola Pendidikan Hingga Melahirkan Generasi Unggul


Siapa yang tidak mengenal ilmuwan muslim, yang namanya terus dikenang sepanjang masa. Al Khawarizmi, seorang ahli matematika, dikenal Barat dengan Algebra atau Aljabar. Beliau dikenal dengan penemuannya angka nol yang fenomenal, ketika kala itu Peradaban Romawi masih menggunakan angka romawi yang susah dipelajari. Jabir Ibnu Hayyan sang Ahli Kimia atau dikenal dengan nama Ibnu Geber hingga rumusan beliau menjadi dasar bagi ilmuwan Barat di bidang kimia. Bapak kedokteran dunia, Ibnu Sina atau dikenal Avicenna, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, dan lainnya menjadi bukti bahwa ulama pada masa peradaban Islam tidak melulu lihai dalam ilmu agama, namun juga menguasai ilmu umum, sains dan teknologi.


Bagaimana dengan kemampuan dasar siswa secara umum? 


Sistem pendidikan Islam memiliki visi yang jelas, yakni mencetak generasi dengan pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam (syakhsiyah islamiah). Dengan kurikulum yang berlandaskan akidah Islam, bukan sebuah utopia lahir generasi yang tinggi akhlaknya, cerdas akalnya, dan kuat imannya. Ditopang dengan ekonomi Islam yang menyejahterakan dan kebijakan yang bersumber pada syariat Islam, seluruh elemen masyarakat dapat merasakan hak pendidikan secara gratis. 


Negara berperan dalam menjamin hak pendidikan, menyusun kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam, dan menciptakan lingkungan dengan ketakwaan komunal melalui sistem pergaulan Islam. Tidak kalah penting, orang tua harus memiliki bekal pemahaman Islam secara kaffah agar tidak salah dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Dengan begitu, anak-anak tumbuh dalam suasana kondusif dan tercipta kepribadian Islam yang unik dan khas.


Dalam sistem Islam tidak ada perhitungan untung rugi untuk pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Semua rakyat mendapatkan haknya. Bagi yang terbatas kemampuannya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, maka negara akan memberikan pendidikan ketrampilan produktif. Sehingga tidak ada ceritanya, generasi muda muslim terbengkalai pendidikannya.


Khatimah


Rendahnya kemampuan dasar siswa di Indonesia berbanding lurus dengan keseriusan negara untuk mewujudkan generasi muda yang cemerlang. Jika negara masih setengah-setengah dalam menangani masalah pendidikan ini, maka rendahnya tingkat kemampuan dasar siswa tidak akan terselesaikan. 


Apalagi jika kemiskinan juga masih menghantui, maka tetap saja pendidikan akan terseok-seok. Bagaimanapun akar masalahnya berasal dari demokrasi kapitalisme yang diterapkan di negara ini, yang mengukur semua dari sisi materi. Sehingga jika ingin menuntaskan berbagai masalah di negeri ini termasuk pendidikannya, maka sudah saatnya mengganti sistem demokrasi sekuler dengan sistem Islam. Wallahu'alam.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama