Apatis Semakin Eksis, Empati Semakin Terkikis




Oleh : Septa Yunis (Analis Muslimah Voice)

Geger jasad ibu dan anak ditemukan tinggal kerangka di daerah Cinere, Depok. Dilansir dari Kompas.com (08/09/2023), Jasad seorang ibu berinisial GAH (68) serta anak laki-lakinya berinisial DAW (38) ditemukan telah membusuk di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023). Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Hengki Haryad berujar, kepolisian bakal melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) usai menemukan sebuah surat dalam sebuah laptop.

Mirisnya, kematian ibu dan anak tersebut terungkap setelah satu bulan, yaitu setelah warga mencium aroma busuk yang berasal dari rumah elite tersebut. Rumah ditemukannya jasad ibu dan anak tinggal kerangka di Perumahan Bukit Cinere Indah, Depok, pernah dikenal sebagai rumah tinggal terbaik di mata para tetangganya. Berlokasi tepatnya di Jalan Puncak Pesanggrahan VIII, rumah itu selalu terjaga kebersihannya, juga koleksi tanamannya yang terawat. 

Kejadian tersebut sungguh mengenaskan, setelah sebelumnya pada tahun 2022 lalu, kejadian yang hampir sama terjadi di Kalideres, Jakarta. Kedua keluarga tersebut dikenal sebagai keluarga yang menutup diri dari lingkungan. Fakta tersebut sungguh memilukan, bagaimana tidak, lingkungan tempat mereka tinggal bukanlah kawasan sepi penduduk. Justru bisa dibilang kawasan elite. 

Akan tetapi, kematian mereka baru terungkap setelah jasadnya membusuk di dalam rumah. Sekian lama dengan kondisi rumah yang tidak terawat, korban tidak pernah berinteraksi dengan tetangga, tidak membuat warga sekitar heran dan bertanya-tanya. Hal ini membuktikan kepedulian terhadap sesama sangat rendah. Bahkan di jaman sekarang, kepedulian bisa diartikan mencampuri urusan orang lain.

Kejadian ini juga menjadi bukti jika kehidupan sosial masyarakat saat ini telah bergeser. Kepedulian dan simpati terhadap sesama berubah menjadi sikap apatis atau acuh tak acuh, dan mengedapankan sikap indivialisme. Sikap tersebut mencerminkan karakteristik masyarakat kapitalis. 

Kedua kasus di atas menjadi perhatian kita sebagai umat Islam. Pada dasarnya, Islam tidak pernah mengajarkan ketidakpedulian terhadap siapapun. Islam mengajarkan untuk saling peduli, terutama kepada orang terdekat kita, salah satunya tetangga dekat rumah kita. Namun, kasus tersebut menjadi bukti bahwa ajaran Islam belum sepenuhnya menjadi acuan masyarakat. 

Banyak hadits yang menerangkan bahwa Islam mewajibkan berbuat baik kepada siapapun. Bahkan, wajib pula berbuat baik kepada hewan. Dengan demikian, jika Islam menjadi landasan berpikir, berbuat dan perilaku, niscaya kejadian semacam itu tidak akan terulang kembali. Namun, sangat sulit menjadikan Islam sebagai landasan dalam berpikir dan berperilaku di alam sekuler saat ini. Hal ini dikarenakan, asas yang dipakai bukanlah berasal dari Islam. Sekulerisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Inti daripada paham ini adalah hidup tidak mau di atur oleh agama. 

Hal ini sangat bertentangan sekali dengan Islam. Islam adalah agama yang mengatur seluruh kehidupan manusia, Islam adalah agama yang paripurna, penyempurna agama-agama terdahulu. Dari kedua hal tersebut, akan sangat sulit ketika Islam disandingkan dengan sekulerisme. Dengan begitu, pemikiran masyarakat di alam sekulerisme akan sangat jauh dengan Islam. Jadi, suatu kewajaran kedua peristiwa di atas terjadi, karena masyarakat saat ini adalah ciri masyarakat sekuler. 

Lantas Bagaimana Menjadikan Masyarakat Islam?

Di dalam ajarannya, Islam mewajibkan pemeluknya untuk bermar ma'ruf nahi munkar, yaitu sikap saling menasihati dalam kebaikan. Hal ini untuk mencegah perbuatan yang mengarah kepada kerusakan dan akan terpupuknya sikap saling peduli.

Islam juga mengajarkan tolong menolong yang menjadi salah satu ciri khas kaum muslim dan kewajiban yang harus ditunaikan bagi setiap muslim. Allah Swt. memerintahkan hal ini  dalam QS Al-Maidah: 2,

 وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

”Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”

 Selain hal tersebut, tentu harus ada peran negara di dalamnya. negara menerapkan sistem sosial yang berlandaskan syariat Islam. Peradaban sekuler hanya melahirkan sikap apatis terhadap sesama. Saatnya meninggalkan peradapan bobrok, saatnya kembali kepada peradaban Islam yang cemerlang.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama