Oleh Ina Ariani (Aktivis Muslimah Pekanbaru)
Allah SWT berfirman;
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (TQS. Al-Hujrat : 11)
Surat diatas menegaskan kepada kita, dilarang saling mengejek dan mengolok-ngolok sebagian dengan sebagian yang lain, karena ini semua adalah akar timbulnya permasalahan, dari tawuran akibat nya bukan hanya saling tonjok, pembunuhan tapi dapat merusak pasilitas umum, mengganggu ketertiban di jalanan dll.
Sikap tawuran antar pelajar sudah menjadi tradisi yang mengakar di kalangan pelajar, baru-baru ini kembali viral. Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengamankan 20 pelajar yang hendak tawuran dan membawa senjata tajam, kemudian Polsek mengundang para orang tua dari masing-masing anak, dengan melihat kejadian ini tangisan masal anak-anak pun pecah bersimpuh dihadapan orangtuanya, adegan ini pun membuat para orang tua ikut menangis meluapkan kekesalan mengapa hal ini sampai terjadi, Minggu 23/7/2023, Beritasatu.com. Rata-rata mereka baru duduk di bangku SMA kls 1.
Masih kasus yang sama sepekan yang lalu Polresta Tangerang menangkap 69 pelajar yang berasal dari 2 sekolah yang berbeda, mereka berencana tawuran di hari pertama masuk sekolah di Kawasan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/7/2023). Isak tangis pun pecah ketika dihadirkan para orang tua, orangtua menangis dan mengesalkan prilaku anak-anak mereka, kemudian anak-anak pun berjanji dan meminta maaf pada orang tua masing-masing. Akibat kasus ini mereka mendapat pembinaan dari Polresta Tangerang.
Ada-ada saja tingkah laku generasi muda saat ini, hanya ingin mendapat popularitas eksistensi diri viral diberbagai media sosial, mereka rela membuat konten seakan-akan itu benar-benar tawuran antar sekolah, akibat dari perbuatannya mereka di tangkap oleh polisi, dari Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Penjaringan Kompol Harry Gasgari melaporkan bahwa pihak kepolisian memiliki sejumlah catatan merah di sekolah masing-masing anak karena sering membolos, diduga karena bergabung dalam kelompok yang suka berbuat onar. (Antara)
Dari beberapa fakta diatas, masih banyak tawuran pelajar yang terjadi diberbagai daerah, mirisnya tawuran terjadi di awal tahun ajaran baru. Motif nya pun beragam, dari hal sepele, tidak sepaham, hingga hanya sekedar mencari popularitas eksistensi diri.
Padahal awal tahun ajaran baru membuat hati senang dan gembira, bangga karena setelah sekian lama berlibur bisa masuk sekolah lagi, bahkan naik kejenjang yang lebih tinggi, punya teman baru, ketemu guru pembimbing yang baru. Tapi sayang hanya sebagian anak yang demikian. Miris!
Suburnya Tawuran Akibat Sistem Pendidikan Sekuler
Fenomena ini menunjukkan lemahnya kepribadian anak dan sistem pendidikan hari ini yang berbasis sistem sekuler kapitalisme. Pemisahan antara aturan agama dengan kehidupan nya. Akhirnya dari sistem tersebut lahirlah anak-anak liberal bebas tanpa aturan yang jelas. Anak-anak tidak lagi memiliki akhlaqul karimah. Standar perbuatan nya bukan baik dan buruk, halal dan haram lagi, tapi kepuasan jasadiyah nafsu belaka. Yang penting dirinya terpuaskan dengan tindakan nya. Pendidikan hanya untuk meraih prestasi nilai tertinggi tidak perduli hasil yang dicapai dengan melakukan kecurangan atau tidak.
Kemudian kenapa tawuran semakin marak? Terlepas dari lemahnya pribadi generasi, peranan orang tua sebagai keluarga terdekat sangat penting bagi perkembangan generasi, kemudian kontrol masyarakat nya pun harus berjalan sebagaimana umat muslim adalah saudara, maka amal ma'ruf nahi munkar harus ada di tengah-tengah masyarakat, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, selanjutnya yang paling utama adalah peran negara teramat penting, karena peran negara adalah selain sebagai pemimpin ia adalah sebagai pelaksana hukum syara', dan pelindung umat. Namun di sistem kapitalis sekuler semua nya timpang, keluarga, masyarakat dan negara sibuk dengan aktivitas masing-masing tanpa sadar tugas nya sebagai pemimpin, padahal Allah menjelaskan kita semua adalah pemimpin.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw;
"Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin terhadap harta tuannya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta yang diurusnya. Ingatlah, masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya." (HR. Bukhari)
Sistem Pendidikan Islam Hasilkan Ilmuwan Sekaligus Ulama
Islam memiliki sistem pendidikan terbaik yang mampu menghasilkan generasi berkualitas yang berkepribadian Islam. Berbeda dengan pendidikan ala demokrasi-sekular yang hanya berorientasi kepada kecerdasan jasmani dan kemapanan secara materi, ketika sistem Islam masih tegak, pendidikan berorientasi kepada kematangan berpikir yang bersandar pada akidah Islam sehingga terdapat keseimbangan antara iman dan IPTEK. Maka, tidak heran ilmuwan yang lahir tidak hanya mampu menemukan hal-hal yang dibutuhkan masyarakat, tetapi juga mampu menjadi ulama besar dengan tsaqofah Islam yang mumpuni.
Berikut beberapa ilmuwan Islam yang berpengaruh di dunia seperti Ibnu Sina di bidang ilmu Kedokteran nya, Al Khawarizmi di bidang Matematika nya, Al-Jazari dikenal sebagai Bapak Robot, dan masih banyak ilmuan-ilmuan muslim lain nya yang sangat berpengaruh pada masa nya, dan hasil nya masih kita rasakan sampai hari ini.
Kejeniusan mereka dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tidak lantas mengalahkan semangat mereka untuk mengkaji tsaqofah Islam, Dengan begitu mereka menjadi ilmuwan sekaligus ulama yang tidak hanya mencerahkan peradaban di zaman mereka masih hidup, tetapi hingga sepanjang masa.
Demokrasi-sekular, pendidikannya terlalu melibatkan swasta bahkan asing dalam pengelolaannya, berbeda dengan sistem Islam, pendidikan merupakan kewajiban pemerintah untuk mengurusinya. Pemerintah pada sistem Islam tidak hanya meriayah (mengurusi) masyarakat dengan pendidikan gratis, tetapi juga membangun segala fasilitas dengan keuangan yang mandiri. Dengan begitu kebijakan yang diambil tidak akan diintervensi oleh pihak mana pun.
Fakta sejarah tersebut menunjukkan bahwa pendidikan sistem Islam, berbeda dengan sistem demokrasi-sekular, yang mana pendidikan sistem Islam tidak mengutamakan para siswa/mahasiswa yang lulus untuk menjadi tenaga kerja yang menghasilkan materi/finansial yang sebesar-besarnya, tetapi lebih kepada ilmu yang bermanfaat terhadap kemaslahatan umat. Karena itu sudah selayaknya jika pemerintah saat ini mempertimbangkan apakah tetap mempertahankan sistem pendidikan hari ini?
Jadi tawuran antar pelajar hanya dapat diatasi dengan menerapkan Islam secara kaffah. Hanya dalam naungan sistem Islam, pelajar dapat terkondisikan untuk menjadi insan berkepribadian Islam. Individu, masyarakat dan negara bersama-sama kembali menerapkan Islam secara kaffah, dan bersama-sama mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia.Wallahu’alam bishshowab.[]