Tawuran Pelajar Dan Eksistensi Diri

 



Oleh : Irma Legendasari


Tawuran pelajar terjadi kembali di berbagai daerah, mirisnya terjadi di awal tahun ajaran baru. Tawuran pelajar tentunya akan menambah daftar panjang buruknya out put pendidikan Nasional.


Para pelajar diamankan karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. Rata-rata yang melakukan tawuran adalah pelajar yang baru saja masuk di bangku kelas satu SMA. Sangat menggelikan, di saat bersama teman- teman, mereka seperti gengster dengan wajah yang begis dan sadis, tetapi pada saat tertangkap sebanyak 20 pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua saat dipertemukan di polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada hari Minggu, 23 Juli 2023. (beritasatu.com. 23/07/2023)


Sama halnya dengan kejadian diatas, awal masuk sekolah pada hari Senin, 17 Juli 2023, Polresta Tangerang mengamankan 69 pelajar yang berencana tawuran pada hari pertama masuk sekolah di kawasan  Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten.


Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Penjaringan Kompol Harry Gasgari mengungkapkan bahwa motif tawuran yang dilakukan kelompok pelajar hanyalah sekedar ingin mencari pengakuan atau eksistensi di media sosial.  Selidik punya selidik ternyata mereka yang terlibat tawuran memiliki sejumlah catatan merah di sekolah karena sering membolos, diduga karena bergabung dalam kelompok yang suka membuat onar. (antaranews.com.18/07/2023).


Sungguh ironis, pelajar disekolahkan oleh orang tuanya untuk menjadi sesosok yang mempunyai kepribadian luhur dan prestasi gemilang, lantas dengan pandangan hidup yang salah maka semua cita-cita mulia menjadi kandas hanya untuk mengikuti trend dan agar diakui eksistensinya seorang pelajar.


Seolah menutup mata, padahal semua orang mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menciptakan remaja yang berkualitas baik dari pihak keluarga, masyarakat bahkan pemerintah.  Yang paling penting adalah  peran pemerintah, karena mempunyai wewenang untuk membuat aturan dalam bidang pendidikan yang dapat mencetak karakter remaja yang tangguh, tapi ternyata kurikulum pendidikan yang dibuat pun mendukung untuk remaja memiliki gaya hidup sekuler dan hedonis.


Pelajar dituntut dengan sistem pendidikan yang ada sekarang, hanya mengedepankan target akademik yang jauh dari penanaman nilai-nilai spiritual. Yang ada dipikiran pelajar saat ini adalah bagaimana memperoleh nilai yang besar bisa dilakukan dengan cara belajar atau dengan jalan main curang.


Sosok pelajar mempunyai peran yang sangat besar, di pundak merekalah sebuah peradaban akan lahir, mereka menjadi generasi penerus untuk kebangkitan masa depan dan pembawa perubahan. Untuk mencetak pelajar tangguh, Islam hadir dengan aturan sistem pendidikannya. 


Dalam pendidikan Islam, langkah awal yang dilakukan adalah menanamkan aqidah Islam yang kokoh sehingga pelajar mempunyai arah pandang yang jelas mana perbuatan baik ataupun buruk menurut prinsip Islam, hal ini penting bagi mereka untuk terjun dalam kehidupan real, langkah selanjutnya yaitu  mencetak para pelajar menjadi generasi ulama yang unggul dalam menguasai agama dan sains, kemudian setiap perbuatan pelajar orientasinya adalah akhirat. Sehingga jika hal ini diterapkan maka akan terbentuklah gambaran pelajar Islam adalah yang mempunyai kepribadian Islam, smart, inovatif kreatif dan berjiwa pemimpin. Maka tidak akan ada lagi pelajar yang mengisi kehidupannya dengan melakukan tawuran, perbuatan yang sia-sia bahkan nyaris membuat nyawanya melayang demi eksistensi diri, pelajar akan menjadikan diri mereka terlihat keren sebagai agent of change bagi kebangkitan Islam.


Wallahu A'lam Bisshowab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama