Antraks Merebak di Gunung Kidul



Oleh: Yanti Ummu Haziq (Aktifis Muslimah)


Akhir-akhir ini ramai berita tentang warga yang mengkonsumsi daging sapi dan terkena penyakit Antraks. Penyakit Antraks sendiri di tularkan dari hewan sapi kepada manusia di karenakan hewan tersebut terkena penyakit Antraks. Sebelumnya kita kenali dulu apa sih penyakit Antraks itu. 


Penyakit Antraks adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh bakteri yang membentuk spora, terutama mempengaruhi hewan. Manusia bisa terinfeksi melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi  atau dengan menghirup spora. Cara penyebaran penyakit ini sendiri bisa dari sengatan atau gigitan hewan ataupun serangga.  


Adapun gejala Antraks pada manusia adalah pertama adanya gejala nyeri bisa terjadi di daerah dada atau otot. Kedua terdapat benjolan kecil, kudis hitam, lepuh atau ulkus di daerah sekitar kulit. Ketiga seluruh tubuh menderita demam atau malaise. Keempat gangguan pernafasan atau nafas pendek. Kelima adanya gejala umum seperti batuk, gatal, mual, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala atau sakit tenggorokan.


Di lansir di jatim.tribunnews.com (8 Juli 2023) bahwa adanya kasus manusia terkena Antraks di sebabkan karena mengkonsumsi daging hewan sapi yang telah di kubur, dan menyebabkan 3 orang tewas. Peristiwa itu terjadi di daerah Gunung Kidul, Pedukuhan jati, Semanu, Jawa Timur. 


Kemenkes menyebutkan akan melakukan penyelidikan epidemiologis terkait Antraks di Gunung kidul. Pihaknya hendak mengusut dari mana hewan ternak warga bisa terinfeksi virus. Sampai hari Rabu (05/07), kementrian pertanian mencatat 12 ekor hewan ternak matimati - enam sapi dan enam kambing - sementara 85 warga positif Antraks berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan kementrian kesehatan. 


Tradisi brandu atau purak, di mana masyarakat menyembelih hewan yang mati atau kelihatan sakit dan membagi-bagikannya, di sebut menjadi faktor yang paling meningkatkan resiko terjadinya kasus Antraks. Wakil presiden (wapres) Ma'ruf Amin meminta seluruh jajaran pemerintah melakukan upaya untuk mengisolasi hewan hingga manusia yang terpapar penyakit Antraks agar tidak merebak ke daerah lain. 


Tradisi brandu atau purak merupakan bentuk simpati masyarakat terhadap tetangga yang ternaknya mati. Ternak yang mati di sembelih warga dan di jual perpaket dengan harga Rp 45.000. Uang hasil penjualannya lantas di berikan kepada warga yang ternaknya mati. 


Jika di lihat tradisi ini membahayakan masyarakat. Sepatutnya pemerintah harus dapat mengambil tindakan tegas dan tidak membiarkan tradisi yang membahayakan ini. Tetapi adanya tradisi ini selama berpuluh-puluh tahun menunjukan mandulnya penguasa dalam mengurus rakyatnya. 


Terlihat jelas masih adanya kemiskinan yang ada di kalangan masyarakat, terbukti dengan adanya masyarakat yang masih mau memakan bangkai hewan. Sungguh sangat rendah edukasi yang di berikan pemerintah terhadap masyarakat.


Karena banyaknya kasus kemiskinan membuat masyarakat memilih hal ini. Demi bisa makan cara apapun mereka lakukan termasuk mengkonsumsi bangkai hewan, yang jelas-jelas dapat membahayakan kesehatan. Walhasil, merebaknya kemiskinan adalah faktor penyebab utama masyarakat memakan bangkai hewan. 


Merebaknya kemiskinan di negri ini di sebabkan karena diterapkannya sistem kapitalisme. Kapitalisme telah menghasilkan penguasaan sumber ekonomi oleh segelintir korporasi. Sementara itu kesejahteraan rakyat terabaikan,  banyak rakyat miskin bahkan miskin ekstrem, hingga untuk makan saja sulit. Hasilnya adalah kemiskinan yang tidak kunjung usai. 


Oleh karena itu penyelesaian kasus Antraks di Gunung kidul tidak sekedar hanya dari aspek kesehatan saja. Tetapi juga butuh penyelesaian yang sistematis dengan menanggalkan sistem ekonomi kapitalisme yang melestarikan kemiskinan. 


Di dalam Islam hukum memakan bangkai hewan adalah haram, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an surat Al Maidah ayat 3.

Allah SWT berfirman : 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ 

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai


Di dalam surat tersebut sangat jelas bahwa Allah SWT mengharamkan orang yang memakan bangkai hewan. Oleh karena itu di dalam Islam harus ada tindakan tegas dari penguasa bagi masyarakat yang melakukannya, bukan hanya sekedar memberi himbauan atau sosialisasi saja. Memberi bantuan kepada masyarakat yang hewannya mati karena penyakit, pemerintah akan di berikan bantuan guna meringankan bebannya.  


Karena di dalam Islam Penguasa harus bisa mensejahterakan rakyatnya. Sistem ekonomi Islam akan menjamin kebutuhan dasar rakyatnya yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Para ulama akan di sebar ke seluruh penjuru negeri, sehingga rakyat akan teredukasi dengan baik, termasuk dalam hal kesehatan dan kehalalan pangan yang mereka konsumsi.


Hanya dengan menerapkan sistem Islam kaffah dan meninggalkan sistem kapitalisme, maka masyarakat akan sejahtera. Karena dalam Islam pemimpin bertugas mengurus rakyatnya. Hanya hukum Allah lah yang sempurna, bukan hukum buatan manusia. 


Wallahu a'lam bisshawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama