Ibrahim Dan Ismail as adalah Teladan Dalam Ketaatan

 



Oleh: Mba Irah


Tanggal 10 Dzulhijjah adalah momen yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Hari dimana jutaan umat muslim berkumpul di satu tempat yang dimuliakan dan diberkahi oleh sang pemilik alam semesta. Mereka berkumpul untuk mewujudkan ketaatan dalam ibadah haji yang mulia, mereka terus mengagungkan zat yang maha agung. Sambil melantunkan kalimat talbiyah mereka berdoa tiada henti. Mereka menjawab panggilan Allah Swt penuh dengan kekhusyuan dan hadir mewujudkan ketaatan kepadaNya, Merekalah tamu Allah. 


Rasulullah Saw bersabda:

"Jamaah haji dan umroh adalah tamu Allah Swt. Allah Swt telah memanggil mereka merekapun memenuhi panggilanNya. Mereka memohon kepada Allah Swt. Allah Swt pun mengabulkan permohonannya. (HR Ibnu Majah).


Di luar tanah suci, miliaran kaum muslim menggemakan takbîr, tahmîd, tasbîh, dan tahlîl, berbondong-bondong menunaikan shalat Id dan mendengarkan khutbah. Lalu menyembelih dan membagikan hewan-hewan kurban. Gema kalimat thayyibah dan penyembelihan kurban terus berlangsung hingga hari tasyriq usai. Sungguh, hari-hari yang amat sakral dan memberikan nuansa ketundukan kepada Allah SWT.


Inilah Hari Idul Adha 10 dzulhijjah 1444 H. Sebagaimana perintah Rasulullah saw penentuan awal bulan Dzulhijjah bukanlah ditetapkan berdasarkan otoritas penguasa negara nasional masing-masing, tetapi wajib berdasarkan pengumuman Amir Makkah.


Inilah satu dari dua hari yang di sebutkan oleh Rasulullah Saw sebagai hari terbaik dibandingkan dengan semua hari raya umat lain di penjuru dunia. Kaum muslim telah diberi agama yang luhur yang berada diatas agama- agama lain. Tidak ada agama ajaran atau idieologi yang dapat menandingi kemuliaan islam. Sabda Nabi Muhammad Saw  "Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya. (HR. Daruquthni). 


Rasulullah Saw saja sudah menyatakan Islam itu tinggi dan terbaik tak ada yang setinggi dan semulia agama ini. Sungguh terasa sangat menyesakkan dada jika justru umat muslim sendiri tidak memiliki perasaan bangga terhadap agamanya malah memilih ajaran atau ideologi lain.


Berbicara tentang ketaatan kisah teladan ayah dan anak yaitu nabi Ibrahim dan nabi Ismail AS patut untuk selalu diulang. Kedua utusan Allah ini mengajari kita ketaatan tanpa ragu tanpa kata nanti dulu. Ibrahim AS diuji untuk mengorbankan buah hatinya sekaligus buah cintanya yang sudah lama dinanti. Adapun nabi Ismail as di uji oleh Allah untuk mengorbankan hidupnya agar ayahnya bisa melaksanakan perintah Allah SWT. (QS Ash Shaffat 102). 


Nabi Ibrahim memberikan keteladanan bahwa tidak ada kecintaan yang paling tinggi melebihi kecintaan kepada Allah SWT.disisi lain Ismail as juga meyakini sepenuh hati bahwa ketaatan kepada Allah SWT diatas segalanya sekalipun harus mengorbankan jiwa dan raganya. (QS Ash Shaffat 102).


Hari ini kita menyaksikan kaum muslim tanpa ragu melaksanakan perintah berhaji juga berlomba-lomba mempersembahkan kurban terbaik dijalan Allah Swt. Ketaatan yang diminta Allah Swt adalah ketaatan total pada semua perintah dan larangannya bukan ketaatan yang dipilih menurut kemauan dan hawa nafsu.


Tidak pantas bagi orang yang mengaku beriman kepada Allah Swt, mencari-cari alasan untuk menolak perintah dan larangan-Nya. Apalagi memutarbalikkan ayat demi keuntungan duniawi. Mengharamkan yang halal. Menghalalkan yang haram. Padahal perintah untuk menerapkan syariah Islam sudah jelas dalam kitabullah.


Wahai kaum Muslim, sadarilah, bertubi-tubi persoalan yang terjadi hari ini penyebabnya adalah hilangnya ketaatan utuh kepada Allah SWT. Dan diganti dengan sikap diskriminasi terhadap perintah dan larangan-Nya. Aturan yang menguntungkan seperti regulasi haji, zakat, pernikahan dijalankan. Yang bertentangan dengan hawa nafsu dicampakkan. Astaghfirullah. 

Wallahua'lam bishwwab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama