Antara Euforia Olahraga, Dengan Nasib Rakyat

 


Oleh Ina Ariani (Aktivis Muslimah Pekanbaru)


Masya Allah, tahun ini olahraga lagi naik daun, euforianya berhasil menghipnotis publik, sampai-sampai pemerintah dan para sponsor tak segan-segan merogoh kocek dalam untuk event besar ini, penulis melansir berita dari Cnn.Indonesia, 17/5/2023. Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengungkapkan bahwa Pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp852,2 miliar dari (APBN) Anggaran Pendapatan Belanja Negara untuk kontingen Indonesia pada perhelatan SEA Games 2023. Hal ini ia sampaikan melalui akun Instagram resmi @smindrawati, Rabu (17/5). Bendahara negara menyebut APBN dikucurkan melalui DIP Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora).


Kala Olahraga Jadi Yang Utama, Rakyat Makin Merana


Memang benar dunia olahraga adalah dunia yang penuh dengan sensasi dan menjadi hobi kebanyakan anak manusia. Islam pun tidak melarangnya karena memang hukum asal olahraga adalah halal/di bolehkan selama tidak disertai perkara-perkara yang terlarang. Hanya saja Islam telah meletak kan rambu-rambu dan kaidah-kaidah olahraga secara umum agar tidak keluar dari garis syariat. 


Namun apa yang terjadi? Di tengah euforia event tersebut ada banyak persoalan negara yang harusnya lebih di prioritaskan. Bagaimana dengan hutang negara yang setiap tahun bertambah kemudian akan bertambah lagi setelah digunakan untuk pendanaan SEA Games, kemudian bagaimana persoalan-persoalan mendesak lainnya yang perlu diatasi karena terkait dengan nyawa manusia termasuk anak-anak, seperti kemiskinan ekstrem, stunting, atau infrastruktur pendidikan dan kesehatan justru kurang dianggap prioritas.


Kapitalisme menganggap event olahraga berhasil meningkatkan prestise negara di mata dunia, jadilah negara totalitas mempersiapkannya termasuk menyediakan dana yang fantastis. Tanpa memikirkan kepentingan yang lebih mendesak. Pertanyaan besar yang ada di benak kaum muslimin adalah se-urgent itu kah untuk kepentingan olahraga rela merogoh kantong hingga dalam serta pemerintah pun tidak segan mengeluarkan dana segitu besar untuk kepentingan olahraga?


Sementara persoalan yang lebih penting, dan mendesak untuk diatasi karena terkait dengan nyawa manusia termasuk anak-anak, seperti kemiskinan ekstrem, stunting, atau infrastruktur pendidikan dan kesehatan justru kurang dianggap prioritas.


Sementara di tengah ekonomi rakyat semakin sulit pemerintah abai tapi demi kepentingan olahraga pemerintah jor-joran, tentu ini menjadi perhatian publik. Padahal sektor olahraga tidak mampu mempengaruhi hidup matinya rakyat keseluruhan. Akan tetapi kenapa negara begitu perhatian terhadap sektor ini?


Alasan nya adalah demi citra baik negara di mata internasional. Prestasi diagung-agungkan di atas segala-galanya. Bahkan dianggap lebih penting dari kebutuhan-kebutuhan rakyat, sungguh miris nasib rakyat. 


Alhasil banyak kepentingan rakyat, yang terabaikan, tak terpenuhi oleh negara. Karena sebagian besar anggaran negara digelontorkan untuk menggenjot sektor olahraga. Tentu saja kebijakan tersebut adalah kebijakan yang menzalimi rakyat. 


Muncullah kecemburuan sosial, di antara rakyat ketika negara mempertontonkan bonus atlet yang puluhan milyar rupiah tersebut. Sementara keadaan rakyat sebagian besar masih dalam jerat kemiskinan, kelaparan, stunting akut, kesehatan yang tak terjamin, pendidikan yang mahal dan kesulitan-kesulitan lain yang dirasakan masyarakat umum. Tidak heran, semua masalah ini pun menciptakan berbagai kejahatan dan terganggunya kesehatan mental masyarakat.


Islam Memprioritaskan Kesejahteraan Rakyat


Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam belajar berenang, berkuda, dan memanah, tujuannya hanya dua, yaitu menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dan melatih kekuatan fisik untuk persiapan berjihad di jalan Allah. Hanya itu, tidak yang lain. 


Olahraga tidak diposisikan sebagai ajang untuk meraih popularitas di dunia internasional. Olahraga bukan untuk mendapatkan medali emas, prestise, atau alasan lain mengharumkan nama bangsa di mata dunia. Sayangnya, hari ini, kapitalisme sudah mengatur bahwa dunia olahraga sebagai ajang mewujudkan ambisi dan meraih materi, duniawi, dan popularitas. Jadilah ajang olahraga sebagai permainan yang melalaikan hingga umat terlena dan abai terhadap masalah krusial negara seperti kemiskinan, kurang gizi, dan persoalan lainnya.


Islam memprioritaskan terkait pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Negara memfasilitasi rakyat untuk memenuhi semua itu dengan membuat lapangan kerja seluas-luasnya dan mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Negara juga menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis dan berkualitas. Dengan demikian, rakyat akan sejahtera secara nyata. (M.News.id).[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama