Paradigma Salah dalam Transportasi; Kecelakaan Memuncak di Hari Raya Tanggung Jawab Siapa?




Oleh : Ria Nurvika Ginting S.H, M.H. (Dosen Universitas Medan Area)


Mudik merupakan tradisi umat muslim di Indonesia yakni silatuhrahmi ke kampung halaman untuk bertemu sanak saudara setelah lamanya merantau. Yang bekerja sudah mengambil cuti bersama. Mahasiswa libur untuk sementara. Hal ini dilakukan untuk bertemu keluarga yang sudah menanti untuk melepas rindu yang selama ini dirasa. 


Menteri BUMN Erick Thohir mendorong masyarakat mudik menggunakan kereta dan pesawat agar tidak terjebak kemacetan dan bisa tiba ditujuan tepat waktu. Menurutnya, perjalanan mudik dengan kereta dan penerbangan juga sangat nyaman, serta lebih hemat dibandingkan membeli bensin untuk kendaraan pribadi. Hal ini ia ungkapkan melihat data pemudik yang banyak menggunakan kendaraan pribadi untuk pulang kampung (CNN Indonesia/ 10 april 2023). Permasalahannya fasilitas transportasi ini hanya bisa dirasakan bagi yang memiliki dana lebih. Lebaran di tahun 2019, harga tiket pesawat meningkat drastis sehingga jumlah pemudik yang menggunakan pesawat pun menurun drastis. 


Mudik menjadi hal yang dinanti-nanti dengan suka cita tapi tak jarang juga menjadi duka cita dengan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas (lalin). Korlantas polri mencatat ada 933 kecelakaan diseluruh wilayan Indonesia selama periode 18-21 April atau empat hari pelaksanaan Operasi Ketupat 2023. Polri mencatat 933 kecelakaan lalin hingga H-1 Lebaran, 101 orang Tewas dan 1.365 luka-luka (tempo.Co.jakarta).


Paradigma Salah dalam Transportasi


Banyaknya kecelakaan lalu lintas baik saat mudik dan diluar mudik bisa disebabkan oleh kualitas infrastruktur yang kurang memadai atau kondisi pemudik dan aspek lainnya. Sejatinya permasalahan ini dapat diatasi dan diminimalisir bahkan nol kecelakaan. Permasalahan transportasi ini bukan sekedar masalah teknik namun masalah sistemik. Paradigma yang salah bersumber dari paham kapitalis-sekuler yang mengesampingkan aturan agama dan dalam kehidupan. Segala sesuatu dinilai dengan untung-rugi, begitu pun dengan transportasi dianggap sebagai sebuah industri yang dapat menghasilkan keuntungan sehingga dikomersialisasikan sebab orientasinya materi. Cara pandang ini mengakibatkan kepemilikan fasilitas umum diserahkan dan dikuasai oleh perusahaan atau swasta yang secara otomatis memiliki fungsi bisnis bukan pelayanan. Bahkan Negara bisa tunduk pada para kapital transportasi.  


Menurut kapitalis, pelaksanaan pelayanan publik negara hanya berfungsi sebagai legislator yang bertindak sebagai operator diserahkan kepada mekanisme pasar. Layanan transportasi dikelola swasta atau pemerintah dalam pandangan komersil, akibatnya harga tiket transportasi publik mahal namun tidak disertai dengan layanan yang memadai. Fasilitas  tol bekerjasama dengan swasta hingga rakyat harus membayar jika ingin menikmatinya. Apabila ada ruas jalan yang rusak tidak ada perbaikan secepatnya karena jalur tersebut bukan jalur utama. Jika diperbaiki maka diperbaiki dengan kualitas yang buruk. 


Islam Solusi Tuntas Masalah Transportasi

 

Kasus Kecelakaan saat mudik yang berulang tidak boleh dianggap kasus rutinitas musiman yang ditanggapi dengan seadanya. Hal ini menunjukkan, gagalnya sistem kapitalis-sekuler menyediakan sarana transportasi aman, nyaman, dan murah karena itu rakyat butuh sistem alternatif yakni sistem Islam yang telah diterapkan selama 1300 tahun lamanya. Sistem Islam yang menerapkan syariat secara kaffah dalam institusi Daulah Khilafah menempatkan Khalifah (kepala negara) sebagai pengurus dan pelayan rakyat. Sistem islam yang paripurna dengan aturan yang berasal dari Sang Khaliq pencipta semesta alam, aturan yang menyeluruh yang tidak hanya mengatur ibadah ritual semata tapi mengatur seluruh lini kehidupan tak terkecuali mengenai trasnportasi.


Mudik diperhatikan oleh khalifah tidak hanya sebagai sebuah tradisi Lebaran. Mudik merupakan kesempatan biruwalidain dan silatuhrahmi sehingga akan diperhatikan sekali oleh khalifah untuk memenuhi hal tersebut. Mudik yang berkaitan dengan sistem transportasi maka Khalifah akan memastikan jalur-jalur mudik tersedia dengan baik sampai ke pelosok desa. Sistem Transportasi harus memenuhi standar baik yakni dapat diakses dengan mudah, nyaman dan terjangkau, yang terpenting jalur tersebut harus dirancang agar kecelakaan bisa diminimalisir.  Hal ini merupakan wujud negara menjalankan perannya menjaga jiwa rakyat. Karena salah satu fungsi diterapkannya syariat adalah untuk menjaga jiwa.


Mekanisme sistem transportasi dalam Daulah adalah dengan membangun jalan raya yang secara totalitas diproses dengan baik dan diperbaiki dengan kualitas terbaik mulai dari pemilihan bahan dan proses perbaikannya. Apakah jalan itu jenis yang diaspal atau dibeton. Selain itu juga akan memperbaiki sarana lainnya seperti lampu penerangan jalan, titik rest area, dan sejenisnya. Khilafah akan mengerahkan ahli sipil, perancang bangunan dan tenaga ahlinya untuk mewujudkan hal tersebut. Sungguh peran para ahli dan intelektual sangat dibutuhkan disini. Khilafah juga akan  menyediakan moda transportasi dengan teknologi terbaru, dengan tingkat keselamatan tinggi dan berkualitas. Standar aman, nyaman dan terjangkau harus terpenuhi sehingga mempermudah masyarakat dalam mobilitas termasuk mudik. Swasta juga boleh untuk menyediakan fasilitas ini sesuai standar negara. khilafah juga akan membangun industri strategis, industri transportasi, industri IT, dan industri yang saling mendukung yang mana menghindarkan rakyat dari hal-hal yang mengganggu perjalanan  sehingga dapat terhindar dari kecelakaan. Sementara dana transportasi/infrastruktur akan diambil dari posko kepemilikan negara dan kepemilikan umum yang tersedia di Baitul Maal. 


Sejarah Islam sesungguhnya banyak mencatat fakta betapa khilafah adalah pelayan rakyat terbaik sepanjang sejarahnya. Khilafah Utsmaniyah juga melakukan kewajiban ini. Dalam hal kemudahan alat transportasi untuk rakyat khusus para penziarah ke Makkah, khilafah membangun jalur kereta Istanbul-Madinah yang dikenal dengan nama “Hijaz” pada masa Sultan Abdul Hamid II. Khilafah Usmani pun menawarkan jasa transportasi kepada orang-orang secara gratis. Khalifah Umar bin Khattab juga pernah membangun rumah yg diberi nama daar al-daaqiq Mekkah dan Syam untuk persediaan bagi orang-orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil). Selama masa Khilafah Umayah dan Abbasiyah, disepanjang rute pelancong dari Irak dan negeri-negeri Syam (Sekarang Syuria, Yordania, Libanon dan Palestine) ke Hijaz (kawasan Mekkah) telah dibangun banyak pondokan gratis yang dilengkapi dengan persediaan air, makanan dan tempat tinggal sehari-hari untuk mempermudah perjalanan bagi mereka. Sisa-sia fasilitas ini dapat dilihat pada hari ini dinegeri-negeri Syam. Hal ini hanya dapat kembali kita rasakan dengan adanya penerapan syariat secara kaffah dalam institusi Daulah Khilafah.



*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama