Oleh : Eti Ummu Nadia
Sungguh masih mengisahkan pilu gempa yang terjadi di Kabupaten Cianjur dan sekitarnya. Gempa bumi terjadi pada hari Senin (21/11/2022), yang banyak memakan korban, yang jumlahnya terus bertambah.
Tercatat dari data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPT) hingga Selasa (22/11/2022) pukul 17.00 WIB. Korban gempa bumi mencapai 260 jiwa, teridentifikasi baru 122 jenazah dan masih banyak korban hilang 151 yang belum ditemukan.
Ditambah korban jiwa yang terluka ada 1.083. menurut data BNPT. Begitu juga dengan korban pengungsi mencapai 58.362 jiwa. Selain itu infrastuktur rumah rusak mencapai 22.198 unit akibat gempa Cianjur. Kompas.com. (22/11/2022).
Sungguh tidak ada yang tahu kapan musibah datang menghampiri manusia. Sebagaimana diketahui gempa tersebut terjadi hari Senin siang, di mana masyarakat sedang beraktivitas seperti mencari nafkah, belajar dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan bagaimana saudara-saudara kita dihadapkan dengan gempa bumi yang sudah di depan mata. Rasa takut, cemas, sedih, tentunya menghampiri perasaan mereka.
Prihatin apa yang menimpa pada saudara-saudara kita yang di Cianjur. Musibah ini seharusnya jadi muhasabah, pengingat diri kita untuk lebih lagi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jika Allah sudah berkehendak, maka terjadilah. Tidak ada satu pun yang bisa menghalangi kekuasaan-Nya. Musibah bahwasanya datangnya dari Allah, dan merupakan ketetapan-Nya.
Jika direnungkan, setiap musibah yang menimpa manusia diantaranya disebabkan ulah dari tangan kita sendiri. Jika melihat ke belakang, tentu kita masih ingat dengan pemberitaan kasus LGBT yang marak terjadi di kota Cianjur, tahun 2018? Bahkan pemberitaan tersebut memberitakan, bahwa pelaku LGBT semakin bertambah dari tahun ke tahun. Dilansir dari. Antaranews, (11/10/2018) mencatat ada 3.452 orang pelaku penyuka sesama jenis atau Gay. Selain itu, mereka mempunyai komunitas tertentu. Bahkan mereka sering mengadakan acara seperti pesta sex. Na’udzubillah. Itulah fakta yang terjadi. Allah SWT telah mengingatkan kita dalam Firman-Nya :
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Ayat tersebut menjelaskan, bahwa musibah yang menimpa manusia tidak lepas dari kelakuan manusia sendiri. Kemaksiatan yang terus menerus dilakukan oleh manusia, bermaksiat mengikuti hawa nafsunya. Hakikatnya kerusakan yang terjadi saat ini akibat dosa-dosa yang dilakukan manusia. Maka Allah memberikan teguran kepada manusia lewat musibah seperti gempa bumi, banjir bandang, longsor dan lain sebagainya. Hal itu tidak lain bentuk peringatan kepada manusia agar kembali para jalan yang lurus, sesuai syariat Islam.
Maka dengan demikian, jika ada musibah seperti gempa bumi, banjir, longsor, hingga gunung meletus, seharusnya jadi bahan untuk kita renungkan atau introspeksi diri. Mungkin manusia selama ini lalai membiarkan diri terus terjerumus dalam kemaksiatan. Atau juga manusia membiarkan kemaksiatan terjadi, tanpa adanya upaya menghentikan. Atau juga justru malah mendukung, dengan dalih hak asasi manusia (HAM). Diantaranya LBGT. Padahal jelas-jelas perbuatan tersebut dilarang Allah. Oleh sebab itu, jika manusia banyak melakukan kerusakan dengan bermaksiat, itu saja dengan mengundang azab Allah SWT. Bahkan musibah atau azab itu bukan menimpa untuk yang bermaksiat saja, akan tetapi untuk semua orang ada di sekitarnya. Dengan demikian kerusakan atau kemaksiatan adanya LBGT harus diberantas, agar Allah tidak menurunkan azabnya.
Akan tetapi, pada sistem kuffur saat ini sulit rasanya memberantas LGBT. Karena saat ini mereka atau pelaku LBGT dilindungi atas dasar Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka diberikan hak untuk hidup, kemerdekaan, memiliki pasangan. Walaupun itu sesama jenis. Mereka dibebaskan, asal tidak mengganggu orang lain. Sehingga tidak heran, pelaku LBGT populasinya terus meningkat. Bahkan mereka secara terang-terangan memperlihatkan jati dirinya di halayak umum.
Miris apa yang terjadi pada kondisi saat ini. Sesuatu yang sudah jelas Allah haramkan, mereka malah mengambilnya. Semua itu terjadi dikarenakan hukum atau aturan yang diterapkan menggunakan UUD yang dibuat manusia berdasarkan pemikiran dan pemahaman manusia yang memiliki sifat terbatas, dan lemah. Sehingga merek bertingkah laku mengikuti hawa nafsunya atau akalnya. Seharusnya hukum atau aturan diambil dan diterapkan hanya berasal wahyu Allah SWT yang Maha Sempurna. Aturan Islam pun sudah jelas menetapkan bahwa mana yang halal, dan mana yang haram. Ketika perbuatan itu haram, maka haram tidak bisa di rubah atau pun ditawar. Seperti halnya LGBT. Hukumnya haram. Jadi berdosa jika manusia mengambilnya.
Lalu bagaimana dengan sistem saat ini, apakah sudah mampu memberantas LGBT atau kemaksiatan lainnya? Tentu tidak. Karena sistem saat ini demokrasi sekuler yang melahirkan aturan kufur, yang berasal dari akal manusia. Mereka bertingkah laku sebagaimana akalnya. Dengan demikian mereka bebas mengatur hidupnya tanpa adanya. Sedangkan Islam mengatur secara menyeluruh (kaffah) setiap aspek kehidupan manusia. Tidak ada yang tidak di atur dalam Islam. Sehingga kasus LGBT akan diberantas hingga ke akar-akarnya. Melalui sanksi ta'zir yaitu merupakan jenis hukuman mati yang dikenakan bagi pelaku kejahatan seksual, atau juga pelaku menyimpang LGBT. Sanksi tersebut tujuannya agar manusia memiliki rasa takut, agar tidak mengikuti jejak para pelaku kejahatan seksual atau LBGT.
Manusia seharusnya mengambil dari kisah Nabi Luth, kaum penyuka sesama jenis. Kemudian bagaimana Allah menurunkan kepada mereka azab, dihancurkan dengan cara dijungkirbalikan (yang atas ke bawah, yang bawah ke atas). Dan dihujani batu panas. Inilah balasan bagi mereka pelaku maksiat LGBT. Allah SWT berfirman:
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kriminal itu. [Al-A’raaf: 80].
Oleh sebab itu, adanya gempa bumi ini merupakan teguran atau pengingat bagi manusia agar manusia tidak terjerumus dalam kemaksiatan, dan kembali kepada fitrahnya masing-masing. Selain itu jika manusia bersabar atas musibah yang menimpanya, maka Allah akan memberikan pahala bagi yang bersabar. Begitu pula dengan yang bermaksiat, jika ia sadar dan bertobat atas perbuatannya, maka Allah akan membuka pintu pengampunannya. Dengan demikian, musibah ini semoga menjadi pelajaran berharga bagi manusia. Bahwa hakikatnya manusia milik Allah, maka akan kembali lagi kepada Allah SWT . Allah SWT berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innâ lillaâahi wa innâ ilaihi râji'ûn" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)”.
Oleh sebab itu, kita manusia seharusnya tunduk patuh pada aturan Islam. Agar hidup senantiasa terarah sebagaimana syari’at Islam. Wallahu’alam Bish Shawab