Literasi Keuangan Menggaet Pemuda: Awas Pembajakan Potensi Generasi Berkedok Ekonomi Syariah



Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice


Berdasarkan data survei yang dikeluarkan oleh OJK, didapatkan hasil bahwa  21,84% masyarakat termasuk bagian Well Literate, 75,69% termasuk Sufficient Literate, dan 2,06% tergolong  less literate, dan 0,14% masuk kebagian not literate.


Dari hasil survey tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat Indonesia sudah dinilai cukup untuk bisa menggunakan fitur, risiko, hak, dan berbagai kewajiban yang ada terkait produk jasa keuangan. Tapi, seperempat masyarakat Indonesia masih belum mempunyai keterampilan dalam menggunakan produk dari jasa keuangan. Berdasarkan data tersebut juga bisa dipastikan bahwa masyarakat Indonesia masih memerlukan edukasi yang cukup terkait hal tersebut.



Pengertian umum dari financial literacy atau literasi keuangan adalah pengetahuan dan juga keterampilan masyarakat yang mampu memberikan keyakinan terkait lembaga keuangan dan berbagai produk di dalamnya dalam parameter ukuran indeks.
Peningkatan literasi keuangan dan digital pada pemuda memang sangat penting.  Apalagi dengan jumlah yang besar, pemuda dapat menjadi kekuatan besar. 


Namun saat ini, dorongan tersebut sejatinya menjadikan pemuda sebagai tumbal untuk kepentingan para kapitalis, meski dalam kerangka ekonomi syariah sebagaimana yang menjadi tujuan pemerintah. Kembali lagi siapa yang diuntungkan? Masalah seperti ini harus dibuka secara gamblang, sehingga masyarakat utamanya pemuda tidak melihatnya sebagai hal menguntungkan saja, tapi juga resiko ke depannya.


Diakui atau tidak sejatinya narasi menjadikan pemuda sebagai job creator adalah perangkap yang akan mengeksploitasi pemuda. Apalagi di tengah kencangnya arus PHK masal start-up, maka apakah narasi ini layak dipertanyakan?
 

Terbaru, ada emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengumumkan untuk memutuskan mengambil keputusan sulit untuk melakukan perampingan karyawan sebanyak 1.300 orang atau sekitar 12% dari total karyawan tetap. PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), anggota holding BUMN asuransi dan pembiayaan di bawah Indonesia Financial Group (IFG) melakukan perampingan bisnis termasuk dengan pengurangan karyawan (PHK). Hingga saat ini, Jasindo belum memberikan keterangan resmi berapa banyak karyawan yang di-PHK. Dan masih banyak lagi perusahaan yang akan merumahkan karyawannya.
 

Mewaspadai Pembajakan Potensi Pemuda


Mengutip dari Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia memiliki visi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 yakni “Indonesia yang Mandiri, Makmur, Madani, dan menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah terkemuka di dunia".


Untuk mencapai visi ini, pemerintah menempuh berbagai strategi seperti penguatan regulasi dan tata kelola, pengembangan kapasitas riset, peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, serta peningkatan kesadaran dan literasi publik.


Jika tujuan utamanya adalah penguatan sektor ekonomi, ditengah laju ekonomi yang tidak menentu. Maka yang harus menjadi pusat perhatian adalah bagaimana sistem dasar yang digunakan dalam perekonomian nasional negara ini. Biang kerok runtuhnya perekonomian global adalah penerapan perekonomian kapitalis yang berbasis riba, dan menjadi pajak sebagai sumber pendapatan utama. Sedangkan sektor riil yang harusnya menjadi sumber kekuatan perekonomian, tidak diperhatikan. Padahal selama pemulihan ekonomi pasca pandemi sektor perdagangan riil lah yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. 


Pemuda ataupun mahasiswa memang menjadi sumber daya manusia yang sangat diharapkan untuk membantu menopang perekonomian negeri ini. Namun jika harus menumbalkan mereka masuk pada sistem perekonomian kapitalis, maka harus berpikir ulang. Karena sama halnya keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau. 


Apalagi secara dasar ekonomi Islam yang berbasis syariah tidak bisa dicampurkan dengan ekonomi kapitalis. Ekonomi Islam bebas riba, ekonomi kapitalis menjadikan riba sebagai soko guru utama. Sehingga jika menginginkan ekonomi syariah ya harus meninggalkan ekonomi kapitalis. Isn't it? []


*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama