Oleh: Sri Eni Purnama Dewi, S.Pd.Si
Kembali terjadi peristiwa berdarah yang menelan korban jiwa. Tawuran dua kelompok pemuda di Bekasi berujung pada tewasnya korban yang lewat saat kejadian. Polres Metro Bekasi kota menetapkan 5 orang sebagai tersangka. Mirisnya Polres Metro Bekasi Kota mengidentifikasi sebanyak 3.000 remaja yang terindikasi terlibat dalam gerakan gangster di wilayah Kota Bekasi. Ribuan remaja tersebut diduga termasuk dalam 29 gangster yang kerap menggangu ketertiban lingkungan, seperti balap liar, hingga melakukan aksi tawuran (Sindonews.com, 16/8/2022).
Merupakan jumlah yang sangat besar para remaja yang terlibat aktifitas tersebut. Kebiasaan untuk berkumpul membentuk kelompok gengster dengan setiap aktifitas yang tidak jauh dari jalan, mulai dari nongkrong-nongkrong, hingga balapan liar, hingga akhirnya berpotensi saling ejek satu sama lain. Permasalahan ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena hampir setiap pekan aktifitas mereka bisa dilihat, terutama di jalan-jalan yang strategis untuk melakukan balap liar.
Usia remaja menjadi usia potensial untuk menemukan jati diri seseorang. Seiring perkembangan dirinya, ingin menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. Hal ini yang masih belum disambut dengan arahan yang tepat. Di awali dalam ruang lingkup keluarga yang melakukan pembiaran terhadap perkembangan karakter anaknya. Sebagian merasa sudah cukup dengan memasukkannya ke sekolah, atau ketika anaknya sudah bisa mencari uang sendiri (bekerja) baginya sudah berhasil, tanpa memperhatikan ingin di arahkan seperti apa anak-anaknya. Selain itu ada pula orang tua yang over protected, hingga menyebabkan si anak mencari kebebasan diluar, dan kebebasan yang dia maksud bukanlah kebebasan yang tepat.
Membentuk kepribadian merupakan suatu keharusan yang dilakukan dalam ruang lingkup keluarga, karena merupakan unsur yang paling dekat dengan individu. Seperti apa pembentukan karakter tersebut?, tentu dua hal yang harus ada, yaitu pola fikir dan tingkah laku, dua faktor inilah yang akan melahirkan kepribadian.
Kita sudah memiliki contoh-contoh manusia yang punya kepribadian hebat sejak kecil, remaja, hingga dewasa. Mereka itu tak lain adalah Rasulullah SAW dan para sahabat. Maka ketika ingin membangun kepribadian yang tepat maka haruslah mencontoh mereka. Mereka ditempa dengan pola pikir dan pola sikap yang Islami. Maka sudah seharusnya remaja sekarang ditempa dengan hal tersebut. Bukan hanya dalam hal ibadah, melainkan seluruh aspek kehidupannya. Sehingga terhindar dari pola fikir dan perilaku yang salah ditengah-tengah masyarakat. Mereka akan memiliki visi kehidupan yang jelas di masa depan, bukan hanya akan menjadi manusia yang berwawasan sekuler, memiliki sikap individualis, materialis bahkan tak peduli dengan orang lain. Kondisi inilah yang terjadi saat ini, sungguh diambang krisis kepribadian. Terlebih lagi tidak ada jaminan dalam pendidikan di sekolah melahirkan seseorang yang berkepribadian Islam, menambah PR besar untuk perkembangan kehidupan sosial para remaja. Bukan tidak mungkin bila ini di biarkan terus menerus beberapa tahun ke depan mereka hanya akan menjadi sampah masyarakat.
Oleh sebab itu butuh dukungan penuh dari seluruh aspek, tak terkecuali sistem yang ada di masyarakat untuk membentengi mereka dari rusaknya moral dan masa depan mereka. Solusi itu ada di dalam Islam. Menumbuhkan semangat hijrah, menciptakan lingkungan-lingkungan yang penuh nuansa Islami agar kebiasaan akan kebaikan itu muncul di tengah-tengah mereka.