Hijabku, Pelindungku

 



Oleh: Nur Itsnaini Maulidia


Hijab atau masyarakat biasa memyebutnya kerudung masih saja menjadi persoalan yang kontroversial di tengah-tengah masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Apalagi ada berita yang sempat ramai mengabarkan bahwa seorang remaja depresi lantaran dipaksa memakai kerudung. (Tribunnews.com, 30/07/2022) 


Membahas mengenai hijab, komunitas Smart With Islam (SWI) Bangil mengadakan acara bedah Buletin Teman Surga (BTS) pada tanggal 13 September 2022 via WhatsApp Group SWI Bangil. Acara ini dipandu oleh Kak Salma sebagai host dan Kak Qonita sebagai pemateri. 


Mengawali acara Kak Qonita menyampaikan bahwa ada yang spesial bagi muslimah di setiap bulan September. Sejak tahun 2004 lalu, tanggal 4 September telah ditetapkan sebagai hari solidaritas hijab internasional. Momen ini diadakan sebagai bentuk dukungan bagi muslimah di seluruh dunia untuk mengenakan hijab tanpa perlu takut diintimidasi ataupun dikriminalisasi. 


"Kalau secara internasional ada momen dukungan bagi muslimah untuk berhijab, lain lagi cerita di negeri kita tercinta. Teman-teman sudah tahu dong beritanya. Ramai diberitakan bahwa seorang siswi jadi depresi gara-gara katanya dipaksa memakai kerudung. Hal yang membuat janggal, ramai juga seruan untuk mengembalikan seragam sekolah seperti tempo dulu. Rok sepan selutut dan baju berlengan pendek bagi siswi. Lengkap dengan jargon 'Sekolah negeri bukan sekolah Islam!' Nah, loh! Bikin puyeng enggak tuh?" ungkap Kak Qonita membahas fakta saat ini. 


Kak Qonita lanjut menjelaskan bahwa Islam memandang perempuan itu sebagai kehormatan yang wajib dijaga. Tidak boleh asal-asalan dalam memperlakukan sosok perempuan. Perempuan dalam Islam bagai berlian. Sebuah berlian pasti ditempatkan di tempat yang istimewa. Tidak mungkin dibiarkan terbuka begitu saja di pinggir jalan. Tidak boleh setiap orang asal-asalan memegang. Berlian akan berada di dalam toko yang super eksklusif. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat dan menyentuhnya. Begitulah posisi perempuan dalam kacamata Islam. Diperlakukan bagai berlian. Oleh sebab itu, auratnya harus terjaga. Diberi hijab sempurna. Agar terhindar dari tatapan dan sentuhan liar yang menghinakan. 


"Bestie-bestie salihah, saat ini kita memang sedang berada di medan pertempuran pemikiran. Di mana antara yang hak dan batil saling bergumul sengit. Serbuan informasi begitu dahsyat menghantam benak kita setiap hari. Gawatnya, saat ini informasi sesat lebih mendominasi daripada informasi yang benar. Saat ini standar baik atau buruknya sesuatu dinilai berdasarkan asas manfaat semata. Sama sekali tidak memandang halal atau haram.


Lebih ekstrim lagi, sesuatu dikatakan benar atau salah tergantung pada kenyamanan setiap individu. Sesuatu dikatakan benar ketika si individu merasa nyaman dan sesuatu itu disebut salah ketika si individu merasa tidak nyaman. Gawat berlipat-lipat ini, Guys!" ujar Kak Qonita membahas kondisi saat ini yang super gawat. 


Artinya, kebebasan menjadi sebuah gaya hidup yang digaungkan. Bebas berpendapat, bebas berekspresi, dan bebas apa saja. Seolah-olah kebahagiaan itu hadir karena adanya kebebasan. Padahal sesuatu yang bebas itu biasanya akan menyebabkan kebablasan dan berujung pada kebinasaan. 


Sebagai seorang muslim semestinya kita sadar bahwa hidup kita diatur sepenuhnya oleh Sang Pencipta. Tidak ada kebebasan secara mutlak untuk kita. Sebab hakikatnya apa yang ada pada diri kita adalah titipan Tuhan yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, kita tidak boleh semaunya sendiri dalam mengatur diri. Ada rambu-rambu yang harus kita taati. 


"Misalnya berkaitan dengan tata cara berbusana. Kita semestinya memahami bahwa menutup aurat itu wajib. Sebagaimana yang telah Allah Swt. firmankan dalam QS. An-Nur ayat 31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59. So, berhijab dalam rangka melindungi aurat adalah perintah Pencipta, bukan tawaran.  Maka, tidak layak bagi kita menawar-nawar apa yang telah Allah perintahkan. Tugas kita adalah mendengar dan menaati apa-apa yang sudah diperintahkan. Tinggal manut dan nurut dengan rambu-rambu dari Sang Maha Pencipta. Maka Insyaallah akan mendapatkan kemuliaan serta kebahagiaan. Jadi tidak ada ceritanya trauma karena perintah Allah Swt. Sebab kita paham, bahwa ini adalah kebaikan," ungkap Kak Qonita. 


Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar Islam. Tidak cukup sekadar belajar tentang ibadah ritual semata. Sebab Islam adalah jalan hidup. "Kita perlu belajar Islam secara keseluruhan. Kita wajib memahami tata cara berpakaian, batasan interaksi dengan lawan jenis, dan lain sebagainya. Semua ada aturannya dalam Islam. Kita tinggal pahami, yakini, dan taati. Mengamalkan seluruh syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita selamat dan bahagia, di dunia hingga surga," tutur Kak Qonita mengakhiri penyampaian materi. 


Wallahu a'lam.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama