Fenomena Citayam Fashion Week Potret Buram Generasi Sekuler





Oleh: Tri Setiawati, S.Si


Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan kemunculan fenomena SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok) atau dikenal dengan 'Citayam Fashion Week' di kawasan Sudirman, Jakarta merupakan hal yang wajar terjadi bagi anak muda. Sehingga, Muhadjir menilai fenomena tersebut tidak perlu ditanggapi terlalu serius. "Biasa lah anak muda, itu kan sementara nanti juga bosan. Jangan dianggap serius lah," ujar Muhadjir di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Senin (Tribunnews.com, 18/7/2022).


Citayam fashion week, menjadi kalimat yang tidak asing untuk akhir-akhir ini. Fenomena yang sempat viral dan mengundang banyak perhatian khalayak semakin ramai di perbincangkan. Dari para peserta fashion, lokasi, serta padatnya komen-komen berbeda yang membanjiri konten-konten terkait hal itu, serta yang menjadi pusat perhatian ialah tingkah para remaja yang mengikutinya.


Berlenggak-lenggok dijalanan dengan berbagai model pakaian yang mengumbar aurat, berikhtilat campur baur antara laki-laki dan perempuan, gaya lebay yang dipertontonkan, serta influencer yang mendukung, menjadi sorotan yang tidak bisa dianggap remeh. Tidak hanya itu, tidak sedikit pula citayam fashion week yang jelas mengganggu pengendara umum dan terang-terangan mengkampanyekan pacaran ini, di jajarkan dengan para remaja yang tempo hari membaca Al-Qur'an di jalanan juga di kawasan Malioboro. Ketika generasi pembaca Al-Qur'an dianggap norak dan kampungan, bahkan dinilai kearah radikal. Citayam Fashion week justru menuai dukungan dan dianggap butuh diapresiasi oleh segelintir orang.


Sebagaimana menurut Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Luluk Fei Kumalasari, S.Sos, M.Si, memberikan tanggapanya terkait  Citayam Fashion week. Menurutnya, fenomena ini adalah hal yang wajar terjadi, didasari pada naluri manusia untuk bersosialisasi dan membentuk kelompok sesuai karakteristik dan tujuan tertentu (Detik.com, 19/07/2022).


Dan yang kini dipertanyakan adalah sebenarnya masalah apa yang terkandung didalam fenomena CFW? Perlu kita telaah bahwa masalah yang sebenarnya adalah sistem sekuler yang dimana menjadikan generasi muda harusnya berlomba-lomba dalam pendidikan, keterampilan yang bermanfaat bagi masa depan. Bukan membuang-buang waktu dengan melakukan fashion, yang hal itu jauh sekali dari ajaran Islam.


Pada dasarnya CFW adalah fenomena yang mampu merubah standart pandangan dan pemikiran para remaja terkait dengan aturan dan hukum Islam, berbelok dengan mencari eksistensi diri dan keviralan yang menghasilkan pundi-pundi materi.


CFW secara tidak langsung menunjukkan bahwa negara kita sedang mengalami krisis. Serangan pada pemikiran tentang banyak kebebasan di dunia nyata dan dunia maya mengubah minset mereka bahwa kebebasan adalah hal yang mendasari keberhasilan dalam meluapkan ekspresi dan kesenangan. Tanpa mereka sadari bahwa paham kebebasan yang mereka anut adalah buah dari sekulerisasi yang mendarah daging dalam generasi. Terlebih ketika mendapatkan dukungan atas apa yang mereka lakukan sesuai dengan keinginannya.


Ketika pemimpin mulai lepas tangan terkait fenomena anak muda, maka tunggulah apa yang akan terjadi pada generasi selanjutnya. Generasi yang menjadi tumpuan negara dimasa mendatang lebih mengikuti kebebasan yang mereka anut. Bahkan pemerintah pun anggap hal ini sebagai hal sepele.


Sungguh, generasi membutuhkan para pemimpin yang peduli pada apapun permasalahan rakyatnya. Umat membutuhkan pemimpin yang mampu memberi solusi dan menciptakan generasi-generasi kuat yang akan membawa negara menuju kesejahteraan. Dimana lagi bisa mendapatkan pemimpin yang amanah selain dalam naungan sistem Islam.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama