Kemana Seharusnya Potensi Pemuda Diarahkan?

 


Oleh: Tri Setiawati, S.Si


Liga Santri Piala KASAD 2022 di Stadion Soeprijadi Kota Blitar mulai bergulir. Sepuluh tim sepak bola berasal dari beberapa pondok pesantren di wilayah Blitar Raya dan Kabupaten Tulungagung berpartisipasi dalam liga tersebut. Menurut Didin, Liga Santri juga merupakan  ajang pencarian bibit unggul pesepakbola. Yang nantinya bisa diorbitkan menjadi pemain bola profesional di tingkat nasional. Selain itu, liga Santri juga untuk mengangkat olah raga agar bisa menjadi budaya di masyarakat. Pembukaan Liga Santri Piala KASAD berlangsung meriah di Stadion Soeprijadi, Kota Blitar. Nampak hadir Wali Kota Blitar Santoso, Sekda Kabupaten Blitar, Izul Marom dan Forkopimda Blitar Raya.  (timesindonesia.co.id, 20/06/2022).


Pemuda dengan segala potensinya yang dapat mengubah dunia saat ini sedang di intai. Arus 5F (fun, food, fashion, film, faith) dan 1S (sing) sedang dilancarkan. Tidak hanya di sekolah-sekolah umum bahkan pesantren dilibatkan dalam kegiatan yang membuat alih fungsi pesantren. Pendidikan pesantren yang harusnya mencetak generasi ulama menjadi pengusaha. Pada setiap masa, generasi muda adalah aset peradaban. Begitu pun pada masa RI (revolusi industri) 4.0 saat ini. Untuk Indonesia sendiri, hal ini terbukti oleh adanya bonus demografi. Tidak heran, ini sejatinya lahan subur untuk menanam harapan masa depan bangsa.


Kendati pandemi Covid-19 sempat memakan banyak korban dari kalangan muda, ternyata tidak menyurutkan langkah kapitalisme global untuk tetap menggarap mereka. Berbagai program pun dicanangkan. Namun sejauh mana kapitalisme mampu merealisasikan program demi program itu? Akankah berhasil ketika kacamata pengelolaan generasi muda masih kapitalistik? Tidakkah ini laksana tambalan demi tambalan bagi borok kapitalisme itu sendiri? 


Beragam isu global pembajakan dan penyesatan generasi muda terus bergulir. Mengutip Gatra (2020), keterlibatan aktif anak muda menjadi penentu dalam tercapainya pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) demi menciptakan tatanan dunia yang lebih baik pada 2030. Karakteristik anak muda yang dibutuhkan untuk menyukseskan SDGs sebagaimana menurut PBB yaitu pemikir kritis (critical thinkers); pembuat perubahan (change-makers); inovator; komunikator; dan berjiwa pemimpin (leaders). Dari total populasi dunia saat ini yang diperkirakan mencapai 7,5 miliar penduduk, 16% diantaranya atau sekitar 1,2 miliar penduduk merupakan orang muda berusia antara 15 hingga 24 tahun. Kaum muda ini sangat berperan untuk menghadapi ancaman dan tantangan terburuk bagi pembangunan berkelanjutan, termasuk dampak perubahan iklim, pengangguran, kemiskinan, ketidaksetaraan gender, konflik, dan migrasi.


Di Indonesia, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 70% dari total penduduk dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2028-2030. Pada periode itu, diprediksi akan menjadi puncak fenomena bonus demografi yang dapat dioptimalkan untuk produktivitas dan kemajuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. 


Pada 2022 ini, Indonesia sedang memegang mandat Presidensi G20, yakni forum kerja sama multilateral antar 19 negara utama dan Uni Eropa di bidang ekonomi dan pembangunan internasional. Diantara agenda maraton G20, ada KTT Y20. Y20 adalah wadah bagi pemuda/pemudi dari negara anggota untuk saling berdialog. Y20 mendorong para pemuda sebagai pemimpin masa depan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan global, untuk bertukar ide, berargumen, bernegosiasi, hingga mencapai konsensus. Namun, semua program-program yang ada tujuannya adalah untuk mendongkrak ekonomi kapitalis. 


Di bidang ekonomi digital dan teknologi keuangan, anak muda juga memainkan peran strategis. Inilah bukti-bukti jahatnya kapitalisme. Tentu masih banyak bukti kejahatan lainnya. Namun mereka membalut kejahatan itu dengan beragam konferensi dan konvensi internasional sehingga tampil prestisius. Padahal semua itu bertujuan membuat pemuda terjerumus. Sungguh minat generasi muda untuk merumput di ladang hijrah dan taat syariat, dianggap mengkhianati sekularisme sekaligus merupakan kerugian sistemis bagi kapitalisme. Bagaimanapun, mega proyek sekularisasi tidak akan pernah membiarkan pemuda menuju jalan ketaatan. Radikalisme dan terorisme memperoleh stigma sehingga generasi muda malah antipati terhadap ajaran agamanya sendiri. 



Langkah Barat terhadap pemuda dari seluruh dunia tidak ubahnya menjadikan mereka sekadar penambal borok kapitalisme. Pemuda dari dunia Islam sebagai alat untuk mendongkrak perekonomian kapitalis. Oleh karena itu, hendaklah kita tidak berhenti memberikan gambaran pemuda Muslim sejati. Para pemuda terbaik adalah generasi awal Islam. Mereka sebenar-benarnya sosok pahlawan. Kisahnya adalah realitas, bukan sebatas romantika sejarah, alih-alih dongeng fantasi. Mereka adalah para pemuda di zaman Nabi Muhammad saw.. Mereka membersamai Nabi Saw. sejak masa belia. Hati mereka dipenuhi cahaya iman sehingga mereka begitu ringan dan rida membela Islam. Mereka para pejuang, garda dan perisai bagi dakwah beliau saw. Merekalah para sahabat Rasulullah saw yang keberadaannya bagai mata air. Aliran jejaknya menghidupkan titik awal tegaknya peradaban Islam yang gemilang.


Gambaran sosok para pemuda sahabat Rasulullah saw. tadi adalah konter bagi serangan pemikiran terhadap generasi muda Muslim di era digital ini. Mekanisme konter lainnya tentu saja hanya dapat diakomodasi oleh sistem kehidupan Islam, sebagaimana kehidupan yang pernah menghasilkan generasi awal Islam tersebut. Itulah Khilafah Islamiah, yang memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga generasi muda Muslim. Khilafah menyadari sepenuhnya bahwa generasi muda adalah konstruktor peradaban. Segala lini akan Khilafah jaga agar generasi muda menjadi sosok-sosok tangguh dan memiliki kepekaan politik. Pada titik inilah urgensi kristalisasi ideologi Islam pada generasi muda. 


Mereka harus memposisikan akidah Islam pada perasaan maupun pemikirannya sebagai landasan kehidupan sehingga identitas mereka jelas dan tidak mudah terpengaruh oleh pemikiran dari luar Islam. Khilafah juga memperkuat peran keluarga. Khilafah menjamin jalur nafkah halal para ayah bagi keluarganya. Khilafah menjamin kesempurnaan dan keutuhan porsi pengasuhan oleh kaum ibu sehingga anak-anak dapat terasuh sesuai Islam dan tumbuh menjadi pembela Islam. Bersamaan dengan itu, Khilafah menjamin kualitas pendidikan di sekolah menuju terwujudnya sosok yang berkepribadian Islam. 


Khilafah juga akan menempatkan modernisasi dan teknologi digital berdasarkan konsep madaniyah (bentuk-bentuk fisik) menurut Islam agar semata-mata sebagai sarana menuju ketaatan kepada Allah Taala serta dalam rangka meningkatkan laju dakwah Islam, bukan malah untuk menyelisihi dan menyudutkan Islam. Sebaliknya, Khilafah akan membongkar borok-borok sekularisme dan memosisikannya sebagai ide busuk yang tidak layak diambil. Sungguh, satu-satunya lawan yang sebanding bagi ideologi kufur kapitalisme adalah ideologi yang sahih, yaitu Islam. Tidaklah pada tempatnya memperbaiki generasi muda hanya dengan perbaikan akhlak, alih-alih revolusi mental. Justru hal ini butuh revolusi ideologis dan politis berdasarkan Islam. Langkahnya mulai dari membentuk individu yang bertakwa, masyarakat yang sadar dan mampu berperan sebagai unsur kontrol sosial (dakwah Islam), serta adanya negara berideologi Islam, Khilafah Islamiah, selaku pengambil kebijakan yang sahih menurut hukum syariat Islam. Potensi yang besar, perlu untuk mengarahkan mereka diarahkan kepada perubahan yang benar. Bagi pemuda muslim, kebenaran hanya ada pada Allah Taala. Sumber ilmu pengetahuan ada pada Al-Qur’an. Oleh karenanya, pemuda yang meletakkan keimanan di atas akal akan senantiasa mendapat petunjuk ke jalan yang lurus.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama