Oleh Tika Kartika
(Aktivis Dakwah)
Muharram adalah momentum penuh perjuangan. Api semangat perjuangan dikobarkan Rasulullah dalam hijrahnya di Madinah. Rasulullah dan para sahabat meniatkan berhijrah dalam rangka melakukan perubahan. Seperti dijelaskan dalam hadist berikut;
عن أمير المؤمنين ابي حفص عمر ابن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرىء ما نوى،فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله،فهجرته إلى الله ورسوله،ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها وامرأة ينكحها فهحرته إلى ما هاجر إليه إماما الحديث ابو عبدالله محمد بن اسماعيل بن المغيرة بن بردزبه البحارة ابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القرشير النيسابوري في صحيحيهما.
Dari Amirulmukminin Abu Hafsh Umar bin khattab, Ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya sahnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya diterima sebagai hijrah karena Allah dan Rasulnya, dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang hendak ia cari atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya akan mendapatkan apa yang ia tuju."
Hadits ini diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits yaitu Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh bin Bardizbah Al Bukhori dan Abulhusain Muslim bin Hajaj bin Muslim AlQusyairi An naisaburi di dalam kedua kitabnya yang merupakan kitab hadits yang paling shahih diantara kitab-kitab hadits yang disusun.
Hadits di atas salah satu dalil yang sudah pamiliar di setiap benak kaum muslim. Dan selalu dikaitkan pada momen hijrahnya seseorang dari yang sebelumnya buruk menjadi baik. Termasuk di bulan Muharram ini, umat Islam sudah memahami bahwa awal tahun Hijriah dimaknai saat hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah. Maka dari itu, hijrah tak boleh dimaknai hanya berubah pada level individu dan komunitas. Karena tujuan Rasulullah berhijrah untuk menyelamatkan Din-Nya dan kehidupan masyarakat yang berada dalam kejahiliyahan.
Saat ini, umat Islam terjebak dalam seremonial peringatan saja, tanpa memahami hakikat dari hijrah yang Rasulullah lakukan. Berbagai aktivitas dilakukan oleh umat Islam dalam menyambut tahun baru Hijriyah ini. Di antaranya pawai obor yang tak pernah absen. Harusnya, berbagai kegiatan di momen muharram menjadi suntikan ruh semangat perjuangan dalam menegakkan Islam dan aturannya. Sebagaimana bara api semangat itu ada pada Rasulullah dan para sahabat dalam hijrahnya. Mereka rela meninggalkan harta, keluarga, dan kampung halaman yang dicintai untuk menyelamatkan musibah agama dan kehidupan jahiliyah. Dengan memulai kehidupan yang lebih baik dan menerapkan aturan Islam serta mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia.
Akibat dari penerapan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, menyebabkan dari waktu ke waktu peringatan tahun baru Hijriyah tidak banyak membuat perubahan. Baik pada level individu, masyarakat maupun negara. Padahal, hijrah Rasulullah mengajarkan pada saat lalu, mampu mengubah kehidupan jahiliyah menjadi masyarakat religius dan ber-Tuhan.
Saatnya umat bangkit tuk menyalakan kembali semangat perjuangan. Api obor yang telah dinyalakan jangan sampai padam. Pertanda lahirnya semangat baru memperjuangkan perubahan. Satu-satunya sistem yang menjadi harapan hanya sistem Islam. Saat sistem Islam diterapkan, niscaya kehidupan penuh keberkahan. Karena sistem Islam bersumber dari Allah dan diturunkan ke dunia untuk mengatur kehidupan.
Bulan muharam ini hendaknya dijadikan momentum hijrah didasari evaluasi atas sistem politik dan kepemimpinan yang saat ini berjalan. Serta melakukan perubahan level keumatan menuju sistem politik dan kepemimpinan Islam.
Wallahu a'lam bishawwab.[]