Revitalisasi Pemuda untuk Kebangkitan Bangsa

 


Oleh : Ummu Fahhala

(Pegiat Literasi dan Komunitas Aktif Menulis)


Berdasarkan data dari BPS, hasil sensus penduduk 2020 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia didominasi usia muda. Jumlah generasi Z ( lahir di periode kurun waktu tahun 1997—2012 atau berusia antara 8—23 tahun) berjumlah 75,49 juta jiwa atau 27,94% dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Sementara itu, jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari generasi milenial (lahir pada kurun waktu 1981-1996 atau berusia antara 24—39 tahun) sebesar 25,87% yakni 69,38 juta jiwa penduduk.(kompas, 22/1/2021). Oleh sebab itu , Indonesia memiliki bonus demografi. Dengan bonus ini, maka potensi generasi muda sebagai pilar peradaban akan bergantung pada sudut pandang ideologi yang mendominasinya.


Pemuda Kapitalis Sekuler


Pemuda adalah penerus bangsa, demikian vital posisi pemuda untuk menentukan nasib bangsa ke depannya, Kebangkitan pemuda hanya bisa diwujudkan manakala pemuda kembali pada hakikat visi misi ia diciptakan, yaitu sebagai hamba Allah Swt. dan pemimpin peradaban. Potensi generasi milenial harus diarahkan pada paradigma yang benar, yakni Islam. Salah satu masalah krusial generasi muda saat ini adalah problem identitas dan jati diri. Di saat teknologi informasi melewati batas ruang dan waktu, tidak sedikit dari generasi muda terombang-ambing dengan arus hedonis, banyak yang memamerkan kekayaan materi tanpa melihat cara mendapatkannya halal atau haram. Pergaulan sosial di antara mereka bahkan sangat jauh dari Islam, sehingga pergaulan bebas menggejala ditambah meningkatnya kasus aborsi, lgbt dan penyimpangan sexual lainnya. Fenomena tawuran menjadi kebanggan eksistensi mereka, narkoba, bunuh diri, apatis sosial dan berbagai fenomena miris lainnya telah menjadi pemandangan yang biasa di kalangan pemuda dengan budaya permissive-nya yang serba boleh. Semua ini akibat sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak.


Alhasil, banyak dijumpai generasi muda melek teknologi yang serba digital, tapi hatinya penuh dengan nafsu duniawi atau hedonis. Banyak generasi muda didorong menjadi seorang wirausahawan sukses, tetapi tidak didorong untuk punya kepribadian Islam. Banyak anak muda kita terampil dalam teknologi dan finansial, tetapi belum cakap dalam hal beragama. 


Padahal, Islam menuntun para pemuda menjadi generasi yang tidak hanya mendunia tapi juga mengakhirat. Islam berharap agar pemuda mampu melakukan peran vitalnya, yaitu sebagai pioner perubahan ke arah kebangkitan Islam.


Pemuda Islam


Sistem Islam yang sempurna ketika diterapkan dalam segala aspek kehidupan menghantarkan para pemuda menuju kebangkitkan. Pendidikan Islam dengan basis aqidah Islam menghantarkan pemuda yang tidak hanya cerdas dalam IPTEK tapi juga faqih fiddin. Kehidupan sosial Islam menjadikan para pemuda terjaga pergaulannya dan  jauh dari segala penyimpangan sexual serta arus informasi hanya menyajikan konten dan opini yang mencerahkan. Sehingga banyak terbentuk generasi pemuda Islam yang berkualitas, tidak hanya sukses dalam hal dunia tapi juga akhirat.


Diantara teladan pemuda pada masa peradaban Islam adalah Muhammad al-Fatih. Di usia belianya (14 tahun), ia sudah hafal Al-Qur’an dan menguasai 6 bahasa dunia. Di usia 21 tahun, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai kepala negara di Kekhalifahan Turki Utsmani. Selain itu, ia juga ahli taktik militer, rajin ibadah, bahkan tak pernah meninggalkan puasa sunnah dan shalat malamnya. Berkat prestasi itulah, Allah Swt. memberikan kemenangan kepadanya dalam penaklukkan Konstantinopel yang kala itu bentengnya tidak bisa ditembus selama 750 tahun. Kekuasaan Byzantium sebagai negara adidaya saat itu takluk di tangan seorang Muhammad al-Fatih. Langkah yang dilakukan Muhammad Al-Fatih dalam menggapai targetnya, tidak mustahil untuk kita (pemuda) tiru.


Imam Syafi’I berkata, “Hayaatu al-fata bil ‘ilmi wa at-tuqa.” (hidupnya pemuda adalah dengan ilmu dan takwa). Ada tiga kata kunci penting dari ungkapan tersebut, pertama kata dari “pemuda”, yang kedua “ilmu”, dan yang terakhir adalah “takwa”. Pemuda harus memilki visi misi hidup yang jelas sebagai seorang muslim, yakni sebagai hamba Allah Swt. yang senantiasa tunduk dan taat kepada perintah-Nya. Pemuda juga harus memiliki kecakapan ilmu yang memberinya bekal dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.


Ilmu dunia untuk memberi kemaslahatan bagi umat sedangkan ilmu akhirat agar ia beramal sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Itulah sebab, wajib bagi setiap pemuda muslim untuk mengkaji Islam dengan sungguh-sungguh, untuk bisa diamalkan dalam kehidupan. Realisasi tertinggi atas ketaatan hamba akan mewujudkan ketakwaan yang hakiki. Dengan ilmu dan takwa inilah, Rasulullah saw. membina dan mendidik para sahabat menjadi sosok pribadi yang saleh, kuat, dan militan.


Rasulullah memperkuat barisan perjuangan dalam dakwahnya dengan membina para pemudanya. Sebut saja Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Umar bin Khaththab, Sa’ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Haritsah, dan sebagainya. Mereka semua menjadi pejuang dakwah di usia masih belia.


Sudah saatnya generasi muda milenial bangkit dengan Ideologi Islam. Jangan sampai tenggelam di bawah peradaban kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak. Jadilah generasi muda dambaan umat. Wallahualam.[]




*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama