Mafula Oktri
Derita guru Honorer yang tak kunjung usai, apalagi hidup di sistem saat ini yang apa-apa semua harga naik melambung tinggi. Lalu coba bayangkan, ketika kita hanya mempunyai penghasilan yang hanya 350.000/bulan apa yang harus anda perbuat? Tapi ini bukanlah hal aneh bagi para guru di sistem saat ini. Mereka bukan hanya membayangkan tetapi mereka lah yang berperan di dalamnya, manis pahitnya sudah diterima olehnya. Namun mereka tetap ikhlas melakukan dan mengabdi di Negri kita ini, walaupun mereka juga ada rasa kegalauan di hati karena terdesak kebutuhan hidup yang terus mengejarnya.
Tidak hanya itu guru honorer yg statusnya terancam dihapus oleh pemerintah pertanggal 28 November 2023 yang telah tertuang dalam Surat Menteri PANRB No.B/185/M.SM.02.03/2022 perihal status kepegawaian di lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dengan adanya keputusan itu maka Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri atas dua jenis yaitu PNS dan PPPK. Tenaga Honorer akan dihapuskan dan diganti dengan Outsourcing. Lalu bagaimana nasib mereka? Padahal masih banyak tenaga honorer saat ini sampai mencapai angka mencapai 410.010. (finance.detik.com).
Tak dipungkiri semua ini terjadi karena diterapkannya Sistem Kapitalisme Sekuler yang jelas gagal diterapkan. Ya, di Sistem Kapitalisme inilah hidup dibawa ke dalam jurang kehancuran. Tetap hidup dalam Kapitalisme ini akan hanya membuat tenaga kerja honorer terus menderita. Hal ini jelas membuktikan gagalnya Sistem Pendidikan Kapitalisme Sekuler dalam memberikan solusi dan jaminan kesejahteraan bagi para guru.
Berbeda dengan Sistem Kapitalis Sekuler, dalam sistem Islam ini para guru akan terjamin kesejahteraannya. Terbukti seperti masa kejayaan Daulah Abbasiyah, Tunjangan kepada guru begitu tinggi seperti yang diterima oleh Zujaj pada masa Abbasiyah. Setiap bulan beliau mendapat gaji 200Dinar. Sementara Ibnu Duraid digaji 50Dinar perbulan oleh Al-Muqtadir. (Siroh Kegemilangan Daulah Abbasiyah 1/231).
Contoh lain yang tak kalah menarik, terjadi pada masa Panglima Sholahuddin Al Ayyubi Ra, guru begitu dihormati dan dimuliakan. Syekh Najunuddin Al-Khabusyani Ra misalnya, yang menjadi guru di Madrasah Al-salahiyah yang setiap bulannya digaji 40Dinar dan 10Dinar (1Dinar saat ini setara dengan Rp. 2.200.000 jadi setara 110.000.000). MasyaAllah begitu para guru sangat dimuliakan.
Dengan demikian jelaslah kesejahteraan guru dalam Naungan Khilafah Islam sangat Djamin oleh Daulah. Selain mereka digaji sangat besar, mereka juga mendapatkan kemudahan mengakses sarana-prasarana untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Hanya dengan Khilafah Islamiyyah lah Kesejahteraan guru dapat terwujud sempurna. Wallahu 'alam bishowab.