Anti Islamofobia: Antara Penyakit dan Kampanye

 



Oleh Triani Agustina


Islamofobia berasal dari dua kata dasar, yakni Islam dan fobia. Islam merupakan 'din' atau biasa disebut agama, sedangkan fobia merupakan perasaan takut berlebihan yang dirasakan seseorang terhadap situasi atau objek tertentu. Sehingga islamofobia berarti fobia terhadap Islam atau penganut Islam. Ketakutan berlebihan ini tidak jarang menyebabkan depresi, kecemasan, dan kepanikan yang parah. Namun bagaimana dengan fenomena islamofobia?


Islamofobia Makin Marak 


Dikabarkan kian marak karena dinilai tidak dapat berhenti dengan penetapan PBB Hari anti islamofobia, namun hal ini jelas butuh difahami betul akar permasalahannya. Seperti yang telah diberitakan pikiranrakyat.com bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan 15 Maret 2022 sebagai International Day to Combat Islamophobia atau Hari Melawan Islamofobia Internasional untuk pertama kalinya.


Faktanya Indonesia merupakan salah satu dari 57 negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), memutuskan mendukung penetapan ini. Seperti disampaikan M.Kurniadi Koba selaku Deputy Permanent Representative Indonesia di PBB dalam pidatonya di depan sidang PBB, Indonesia prihatin dengan meningkatnya insiden dan manifestasi islamofobia secara global. Ia juga menyatakan perlunya memanfaatkan kekuatan pendidikan dan media untuk melawan kebencian, prasangka, dan hal-hal negatif serta  untuk merekonstruksi narasi positif seputar Islam dan Muslim (Selasa, 15/03/2022). "Kemenag menyambut baik dan mendukung ketetapan PBB, tanggal 15 Maret dijadikan sebagai 'Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia'. Segala bentuk Islamofobia memang harus diperangi," kata Yaqut dalam keterangan pers tertulis Kemenag, Jumat (18/3/2022).


Sejarah islamofobia sudah dimulai sejak lama. Kajian islamofobia di media juga cukup banyak dilakukan oleh para pakar media di berbagai negara. Sebaliknya, kampanye mengenai Islam yang damai belum menjangkau banyak kalangan. Di Indonesia, Islamofobia layaknya sebuah penyakit yang sudah muncul sejak awal kemerdekaan negara ini. Yakni, ketika ada perdebatan kuat di kalangan para pendiri negara, mengenai keputusan untuk menghapus tujuh kata pancasila sila pertama. Awalnya "Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.", kemudian dihapus dan digantikan dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa". Padahal jika bukan muslim tidak menjalankan syari'atNya tidak masalah, namun kenapa menjadi masalah?


Anti Islamofobia Tidak Cukup Sekadar Kampanye


Pada era digital, islamofobia muncul dalam bentuk yang lain. Misalnya saja  eksklusivitas yang ditudingkan kepada sekelompok kalangan yang menjalankan syariat Islam atau bentuk-bentuk lain yang ikut digaungkan oleh media massa maupun media sosial. Akibatnya, muncul berbagai perdebatan yang kontraproduktif sehingga membuat banyak orang lupa berbagai masalah negara yang lebih penting.


Karena itu, momentum Ramadhan kali ini akan sangat baik jika dijadikan sebagai upaya untuk memperluas kampanye mengenai Islam yang damai dan menyejukkan sehingga bisa mengikis ketakutan terhadap Islam akibat pandangan yang keliru. Media massa dan media sosial mempunyai peran besar untuk memviralkan keagungan Ramadhan sekaligus ibadah sosial Muslim di bulan ini.


Namun akankah cukup hanya mengampanyekan selama Ramadhan? Tentu tidak, apabila kita pahami akar permasalahan sebenarnya yang tidak lain hanya penyakit berupa perang pemikiran dan benturan peradaban. Sebab umat Islam belum memiliki perisai hakiki atas beragam serangan yang muncul. Sehingga banyak pihak yang memanfaatkan untuk melampiaskan kebencian,dalam rangka memenangkan kepentingan politik dan ekonomi serta berupaya mengekalkan kerusakan peradaban batil.


Misalnya saja ujaran kebencian atau fitnah keji baik suasana serius atau bercanda sehingga betapa pentingnya dalam menjaga lisan, membakar Al Qur'an dan lain sebagainya. 


Selain itu para pemimpin muslim hendaknya tidak hanya mengecam islamofobia akan tetapi harus bertindak nyata mewujudkan kepemimpinan Islam agar umat memiliki kembali perisai kepemimpinan Khilafah yg terbukti mampu menjadi perisai Islam dan kaum muslim secara menyeluruh.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama