Bergembira Menyambut Bulan Penuh Ampunan

 



Oleh: Tri S, S.Si


Marhaban ya ramadhan, bulan yang dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan yang di dalamnya penuh ampunan, kemuliaan dan keberkahan dari illahi. Diawali dengan bulan rajab dan sya'ban untuk melatih diri membiasakan dan memperbanyak amalan sunnah. Perkara yang wajib lebih lagi harus semakin dinaikkan kekhusyu'annya dan diterapkan dalam keluarga, masyarakat bahkan negara. Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman."


Allah SWT  berfirman dalam Al Qur'an ayat 183, Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." Sejatinya semua kaum muslimin yang beriman kepada Allah dan RasulNya wajib melaksanakan puasa bahkan berdosa jika tidak menunaikannya.


Dikutip dari laman instagram @ramadhanmubarakcom Ustadz Ismail Yusanto, Cendekiawan Muslim, menyatakan bahwa esensi dari berpuasa adalah meningkatkan iman dan takwa. Dan takwa berarti melaksanakan segala yang diperintahkan Allah SWT. serta meninggalkan segala laranganNya. Dan bulan Ramadhan adalah sebaik-baik bulan, yaitu bulan penuh rahmat dan pahala dari Allah SWT. 


Diriwayatkan oleh Iman An Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya, 

“Barangsiapa yang bergembira akan hadirnya Bulan Ramadhan, maka jasadnya tidak akan tersentuh oleh api neraka” ( HR. Imam An Nasa’i). 


Namun, apakah bulan mulia ini akan kita sia-siakan untuk sekadar melepas lapar dahaga? Sebagai muslim yang cerdas, tentu kita ingin bangkit dari segala keterpurukan yang kini menimpa umat muslim dunia. Mulai dari penistaan agama, penghinaan terhadap Islam beserta syariatNya, krisis ekonomi, dan beragam kezaliman yang kini sangat nyata di hadapan mata. Sebagai akibat dari penerapan sistem sekulerisme liberalis yang terus mengancam kebangkitan umat. Dampak terburuknya, sistem cacat ini gagal hadapi semua masalah umat. 


Bulan penuh berkah ini seharusnya menjadi kesempatan emas bagi kita, untuk terus mendakwahkan syariatNya. Syariat Islam yang kaffah. Karena dengan penerapan syariat yang menyeluruh dan sempurna, segala masalah akan sirna. Sejahtera-lah yang tersisa. 


Ramadhan berkah, Ramadhan penuh rahmat. Akan mulia jika terus dibalut iman dan takwa. Iman yang terus menjaga akidah. Iman yang akan terus menjaga syariah. Iman yang dibingkai dalam sistem shahih, sistem Islam dalam wadah Khilafah manhaj An Nubuwwah. Teladan nyata dari Rasulullah SAW.

 

Bagaimana dengan ayat yang serupa kalimat awalnya tentang kewajiban yang lain seperti di dalam Al Qur'an ayat 179. Yang artinya : " Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; ...". Kedua ayat diawali dengan  (...يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ). Yaitu (Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian...). 


Kedua firman Allah di atas menyatakan kewajiban yang harus dilakukan dan diterapkan oleh kaum muslimin. Namun faktanya? Dalam berpuasa banyak sekali ulama mendakwahkan wajibnya shaum di bulan ramadhan, namun sedikit sekali yang menyampaikan selain kewajiban berpuasa juga kewajiban hukum qishas yang mana penerapannya tidak bisa segelintir orang atau satu wilayah tertentu saja. Jelas perintahnya untuk orang-orang beriman, berarti harus ada institusi kekuasaan yang menerapkannya. 


Di negara-negara mayoritas muslim yang pemimpinnya beragama Islam, tidak ada regulasi/aturan hukum kewajiban shaum ramadhan bagi rakyatnya hanya sebatas himbauan. Apalagi kewajiban hukum qishash yang akan melahirkan efek jera bagi pelaku jangan harap bisa diberlakukan di sistem saat ini. Sekularis kapitalis menjadikan pemisah antara kehidupan dunia dan agama sehingga urusan beragama hanya ritual semata.  


Setiap amal kebaikan akan dilipat gandakan, amal keburukanpun demikian. Faktanya masih banyak orang beriman yang tidak shaum bahkan tetap melakukan perbuatan maksiatnya yang jelas-jelas akan dilipat gandakan dosanya apalagi kalau dosanya dosa jariyah. Seperti menyebarkan pemahaman diluar islam, sistem ribawi, menyebar konten pornografi dan pornoaksi, pergaulan bebas, ujaran kebencian pada Islam, persekusi ulama dan pengemban dakwah, legalisasi miras dan kebijakan lainnya yang dilakukan bersama. 


Hal ini seperti yang disebutkan dalam hadist berikut: 


“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipat gandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim). 



Sungguh ujian berupa kerusakan di darat, laut dan udara karena kesalahan manusia yang tidak mau berhukum pada hukum Allah. Islam solusi solutif  penerapan aturan Allah dalam seluruh aspek kehidupan, dengannya rahmatan lil a'lamin. Mari kita jadikan Ramadhan sekarang momentum awal menerapkan syari'at Islam  dalam ranah kekuasaan yang melahirkan esensi ramadhan yakni meraih ketaqwaan individu, masyarakat dan negara.


Inilah bukti bahwa dunia butuh solusi hakiki dan sebuah institusi yang menaunginya. Dan hanya Islam kaffahlah yang dapat mewujudkan solusi hakiki di tengah-tengah umat ini.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama