Tawuran Marak Terjadi, Sistem Pendidikan Perlu Dikoreksi



Oleh : Watini Alfadiyah, S. Pd.
(Praktisi Pendidikan)

Aksi tawuran antar pelajar marak terjadi, seolah tidak menuai solusi. Bahkan, akhir-akhir ini
Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh anak muda yang hendak tawuran. Para ABG itu diketahui tengah siaran langsung di media sosialnya untuk mencari lawan tawuran.
Katim Perintis Presisi Polres Metro Depok, Iptu Winam Agus mengatakan kelompok ABG ini ditangkap saat mencari lawan tawuran di Jalan Cagar Alam, Depok. Mereka, kata Winam, berkeliling mencari lawan sambil menyiarkan di akun Instagramnya.

"Tim perintis memantau akun live geng Lapendos Junior karena merasa curiga. Terlihat senjata tajam saat kelompok tersebut live sambil berkeliling menggunakan kendaraan roda dua," kata Iptu Winam. (Minggu, 27/02/2022/detik.news.com).

Disinyalir  Anggota Satlantas Polres Semarang juga telah menggagalkan aksi tawuran yang melibatkan sejumlah siswa SMP, di jalan utama Bawen-Salatiga, di wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Senin (14/2) petang. Delapan siswa SMP diamankan berikut sejumlah peralatan yang diduga akan digunakan sebagai senjata dalam aksi tawuran ini. Beberapa di antaranya adalah senjata tajam (sajam) jenis sabit dan sabuk gir sepeda motor.(Selasa, 15/02/2022/republika.co.id)

Terus berlangsungnya kasus tawuran serta adanya penggunaan senjata tajam hingga memakan korban jiwa merupakan permasalahan yang butuh penanganan serius. Penanganan sesegera mungkin dengan mengidentifikasi dari sisi bagian mana permasalahan ini bisa terjadi. 

Sementara, kalau kita bicara generasi, pada dasarnya generasi itu tumbuh kembang  diwarnai oleh sebuah peradaban yang melingkupi.
Lantas, bagaimana dengan nasib generasi dalam lingkup peradaban saat ini? Peradaban  saat ini adalah peradaban sekuler kapitalisme. Sekuler adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa kehidupan harus berdiri terpisah dari agama. Dan
kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar yang pada dasarnya semuanya diukur dengan materi.

Dengan begitu kita bisa melihat karakter generasi saat ini adalah generasi bak strowberry. Menarik untuk dilihat tetapi mudah rapuh karena teksturnya. Jadi menggambarkan generasi yang memiliki kelebihan tetapi mudah untuk dihancurkan. Mengapa semua ini bisa terjadi, karena generasi saat ini tidak mengenal akan jatidirinya. Hidup ini darimana, untuk apa, dan hendak kemana tidaklah diketahui. Kecuali sebatas hidup ini dari Tuhan untuk mencari materi.
Alhasil, wajar kalau tawuran marak terjadi, karena kalau kita identifikasi dari sistem pendidikan pun berasaskan pada sekularisme.

Dengan demikian, kita perlu evaluasi dimana harus ada kerjasama sienergis  diantara :
Pertama, pendidikan dalam keluarga yakni berangkat dari keimanan kepada Allah bertujuan untuk mencetak  generasi yang bertaqwa yakni melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Kedua, pendidikan dilingkungan yang terwujud dengan adanya kontrol masyarakat dalam rangka menuju ketaqwaan.
Ketiga, pendidikan disekolah seiring dengan upaya membentuk ketaqwaan, maka asas dari kurikulum pendidikannya  aqidah Islam.

Dengan berlandaskan ketaqwaan individu, adanya kontrol masyarakat, dan tegaknya sistem Islam tersebut maka tawuran antar pelajar tidak akan marak terjadi. Dengan begitu  tawuran antar pelajar tak akan marak terjadi, tatkala kita mau mengoreksi pendidikan generasi saat ini. Wallahu a'lam bi-ashowab.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama