Upaya Islamophobia Berkedok Cegah Radikalisme?



Oleh: Ayu Adiba (Aktivis Dakwah Kampus)


Isu radikalisme dan terorisme baru-baru ini kembali di dengungkan. Isu ini memang sudah sejak lama di arus opinikan di tengah-tengah masyarakat, baik tingkat lokal, regional maupun global, baik di sampaikan oleh individu, kelompok atau organisasi maupun lembaga-lembaga pemerintahan. 


Di Indonesia sendiri, isu radikalisme dan terorisme  ini kembali di munculkan, melalui sebuah pernyataan yang di sampaikan langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar, dia mengatakan bahwa,  masih menemukan adanya pondok pesantren yang diduga terafiliasi dengan jaringan teroris. Jumlahnya mencapai ratusan  pondok pesantren di berbagai wilayah.  katanya dalam pemaparan di Komisi III DPR, Selasa 25 Januari 2022.(Kompas.Com). 


Selain itu, ada wacana pemetaan terhadap Masjid untuk mencegah penyebaran paham terorisme dan radikalisme yang disampaikan oleh Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri Brigjen  yakni Umar Effendi. 


Kata dia, masjid kerap disalahgunakan oleh oknum-oknum ustaz atau oknum tokoh agama. Salah satunya membangun paradigma intoleransi, kebencian, anti pemerintahan dan mempolitisasi agama. 


Jadi dua hal itu yang sedang di gaungkan hari ini, yakni wacana pemetaan mesjid  dan tuduhan terhadap pondok pesantren.yang data rill nya pun tidak jelas adanya dan tidak disampaikan terbuka  di tengah-tengah publik. 


Dari hal tersebut di atas sangat terlihat, bahwa  masyarakat  sengaja di suguhkan dengan narasi-narasi dan hujan informasi yang tidak jelas yang rawan akan melahirkan perpecahan antar individu dan juga kelompok, karena data yang di sampaikan tidak jelas. 


Terlebih narasi-narasi berbahaya dan tidak jelas itu,  yang menjadi sasaran atas tuduhannya adalah Islam, syariah dan kaum muslimin. Dan tempat-tempat yang menjadi sebuah identitas peribadatan kaum muslimin. Kejadian inipun bukan kali pertama, tapi sudah sering terjadi yang korbannya lagi-lagi adalah terhadap kaum muslimin. Dengan tuduhan serupa dari jenis kasus yang berbeda. 


Pertanyaannya. Kenapa  tuduhan radikalisme dan terorisme hanya kepada  Islam tidak pada yang lain?  Dan Kenapa sasarannya adalah Mesjid dan pondok pesantren yang notabene nya  adalah sebuah tempat dan lembaga yang kaum muslim ibadah dan menimba ilmu Islam di dalamnya. 


Jika kita telisik lebih jauh, bahwa pola yang di lakukan atas tuduhan terhadap Islam , syariah dan kaum muslimin memang sama. Yakni merupakan sebuah tuduhan usang, karena Islam adalah salah satu agama yang menjadi sasaran tuduhan dan diskriminasi, sudah sering kali di lakukann.


Bagi mereka, pondok pensantren ataupun Mesjid jika mengajarkan Islam  yang digambarkan dengan agama kekerasan yang di konotasikan dengan ajaran jihad dan perangnya, kemudian fanatisme  terhadap Islam di nilai menumbuhkan benih extrimse dan terorisme, kecintaan yang mendalam terhadap Islam yang utuh di anggap membuka peluang menjadi sosok radikal dan extrimis , simbol dan ajaran Islam seperti cadar, celana cingkrang, jihad dan khilafah maka itu bagi mereka jelas bagian daripada terorisme dan radikalisme yang sangat berbahaya dan ketakutan yang nyata bagi mereka yang harus di cegah, Padahal sejatinya itu adalah bagian daripada ajaran Islam. Dan kewajiban umat Islam untuk tau  dan mempelajari Agamanya dengan utuh. 


Hal ini merupakan sebuah tuduhan-tuduhan yang berusaha untuk menekan lajunya masifitas atas opini terhadap Islam Kaffah dengan berbagai macam propaganda berbahaya yang di alamatkan kepada kaum muslimin.  Sejak setelah persitiwa 09/11 di AS pada saat itu, yang darisanalah Awal mula ide dan program perang melawan terorisme bermula. 


Setelah peristiwa tersebut, banyak kemudian Negara di dunia mengasosiasikan Islam dengan Terorisme. Hal itu di ikuti dengan adanya organisasi-organisasi teror yang memakai identitas Islam untuk menakut-nakuti umat Islam dari agamanya. Dan untuk menjauhkan umat Islam dari syariah dan dari  pemahaman Islam yang benar. 


Dan jika kita melihat kedua hal wacana dan tuduhan terhadap tempat ibadah  mesjid dan juga pesantren di atas,   maka jelas ini adalah bagian dari upaya derivatif  dari program global, yang sasarannya  untuk membentuk kaum muslim yang islamophobia  atau anti terhadap Agamanya, syariah dan simbol-simbol keislamannya.


Dan upaya ini adalah upaya sistematis.Narasi ini berusaha untuk terus-menerus masif di gaungkan  dan bahkan menjadi jualan yang sangat laris, oleh partai-partai sayap kanan, dimainkan  oleh media dan di motori oleh politisi. 


Dampak dari upaya ini, akan memunculkan   stigmtiasasi negatif atas Mesjid dan pondok pesantren dan juga syariah Islam di  tengah pemikiran kaum muslimin, akan ada paradigma atau pandangan bahwa Mesjid adalah markas yang akan melahirkan pelaku teror yang berpaham terorisme dan pemahaman radikalisme, kemudian akan banyak lahir  generasi muslim yang takut akan agamanya sendiri. Atau istilah kerennya Islamophobia. Kaum muslimin akan pelan-pelan berusaha untuk  di jauhkan dari Islam yang benar, dan menanamkan sikap, bahwa Islam adalah sumber teror. 


Sehingga dari sanalah umat islam akan di alihkan dan di arahkan pada sebuah paradigma Islam yang sesuai dengan tujuan dan keinginan mereka. Sehingga sadar atau tidak sadar,  mesikipun Indonesia  adalah sebuah Negara dengan jumlah penduduk mayoritas muslim  terbesar. Tapi pada faktanya. Aturan terlihat adalah aturan yang bernafaskan Islamophobia dan hal itu terus menerus di opinikan. 


Inilah gambaran sistem yang ada di di negara Indonesia, yang belum bisa menangani kedaulatan Agama. Mereka berusaha melemparkan narasi yang menyesatkan kaum muslim dengan dibuat fobia dengan simbol dan ajaran Agama Islam Nya. 


Ini  adalah sebuah fenomena yang berkembang, akibat  karena  makin bobroknya sistem kapitalisme. Ideologi kapitalisme adalah ideologi yang berbeda 180 derajat dengan Islam sebagai ideologi. Barat serta para pembenci Islam pada hari-hari ini, mereka sangat menyadari, bahwa ada pertumbuhan yang tidak bisa mereka elakkan, yakni akan kebangkitan Islam, mereka meyakini, dan sangat khwatir peradaban Islam akan segera bangkit, karena mereka tidak mampu menyembunyikan boroknya sistem kapitalisme. Maka kekhwatiran ini kemudian  mereka tunjukan dengan terus memelihara Islamopobia dan ide-ide berbahaya lainnya dan terus menerus dikembangkan. 


Maka solusi satu-satunya, kita tidak boleh adopsi ide ide buruk yang lahir dari ideologi kapitalisme ini. Dan  untuk menyembuhkan ketidakwarasan rezim dan para pemangku kebijakan, dan memperbaiki kondisi yang semakin kronnis ini, kita tidak boleh hanya mendakwahkan Islam sebagai penenang diri , dengan perbanyak sholat, zikir, beramal Soleh, namun mengambil Islam sebagai sebuah sistem kehidupan dan problem solver yang  akan di terapkan secara praktis dalam sebuah institusi khilafah.


Wallahu alam bishowab

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama