Oleh :Azizah Huurun'iin
Tiga belas abad sudah berlalu, sudah lama cahaya tak menyapa dunia. Semesta sepertinya telah merindu pada naungan yang hakiki. Alam yang rusak turut merintih, menyaksikan diri dikerok untuk kepentingan pribadi.
Tahun 2021 terlalu banyak kesengsaraan dilalui. Dari tahun ke tahun para pemimpin yang memijak bumi bukannya semakin sadar malah semakin terlena pada dunia yang fana.
Pandemi tak kunjung selesai, malah semakin merajalela. Bahkan virus corona sudah punya anak cucu. Mengganas, tak kenal ampun. Lonjakan positif pun selalu muncul dihari penting umat Islam. Sarana kesehatan makin minim. Rakyat diseluruh penjuru dunia harus bertarung melawan kehidupan dan virus. Bantuan pemerintah masih abal-abalan, bahkan pernah ada kasus bansos jadi sasaran korupsi.
Belum lagi banjir dan gempa yang melanda. Menggetarkan hati. Ditambah letusan erupsi semeru diakhir tahunnya menjadi penutup tahun yang mencekam.
Tahun baru, haruslah dengan semangat baru dan memperbaharui sistem yang sudah rusak.
Sudah memasuki bulan kedua masehi dan kita berada di bulan ketujuh hijriah, rajab. Menjadi bulan persiapan menuju ramadhan yang dinanti. Meraup amal sebanyak-banyaknya. Juga sebagai reminder, banyak peristiwa penting bagi kaum muslim dibulan ini.
Bulan rajab, sebagai momen perubahan untuk umat Islam, masa lalu atau masa kini. Juga untuk seluruh dunia. Karena sekarang, dunia sedang membutuhkan pertolongan dari cengkraman serigala berbulu domba.
Kapitalisme, ideologi yang sekarang mencengkram dunia. Dengan sistem tambal sulamnya. Mengangkat pemikiran bahwa dunia bisa berdiri dengan aturan manusia, agama diacuhkan bahkan dianggap tak perlu. Agama Islam sebagai kambing hitam, umat Islam dibagian Timur sana dibiarkan menderita. Memanipulasi fakta, mengatakan kalau agama digunakan dalam seluruh aspek keseharian hanya membuat sengsara. Dianggap radikal, teroris.
Sistem ini menyerang dari semua sisi, ekonomi maupun politik. Sudah mendiami bumi pertiwi sejak lama. Meruntuhkan Islam dengan seenak jidatnya, membuat sengsara satu dunia.
Sistem ini yang membuat Indonesia buram. Potret indah pemandangan, hanya sebagai kamuflase agar dipandang baik oleh negara lain. Padahal rakyatnya tak bisa merasakan suasana indah, seperti oase dipadang pasir.
Sejak dulu permasalahan utama dunia hanya satu. Keegoisan individu, yang nyaman dengan sistem rusak dan rela mengelabui generasi per generasi dengan kebobrokan. Jauh dari kata pantas. Islam, satu-satunya solusi pun dihancurkan. Remaja muslim yang harusnya jadi agen perubahan diberikan racun yang memulaskan.
Meski hanya segelintir yang sadar, seharusnya menjadi ajang untuk perubahan. Membangunkan sibga-singa umat, agar kembali menatap jalan yang belum selesai.
Cukup sudah tiga belas abad tanpa cahaya. Cukup dengan semua kegelapan ini. Seharusnya kita merasa lelah dengan topeng kesenangan dunia. Kaum muslim seharusnya semakin sadar, sudah berapa kali ramadhan dilalui tanpa naungan aturan Allah. Aturan yang menyeluruh. Ibadah, ekonomi, pendidikan bahkan politik.
Dengan aturan itu, negara Islam berdiri tegak tanpa sengsara, tanpa penghinaan. Semua berbaris rapi sesuai syariat-Nya. Non muslim pun berbahagia, damai dalam naungannya. Persaingan ekonomi dan politik teratasi, karena negara berdiri bersama umat. Bukan pengusaha.
Rajab, yang indah ini. Mari kita penuhi dengan langkah perubahan.