Jualan Islamophobia? Ga’ Bosan!



Yeni 

Muslimah Peduli Generasi)


Belakangan kita kembali mendengar isu radikalisme yang kembali digaungkan. BNPT, baru-baru ini merilis pernyataan ratusan pesantren yang dituding radikal. BNPT juga berencana melakukan pemetaan terhadap masjid-masjid. Lagi-lagi demi mencegah radikalisme. 


Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Bidang Hubungan antar Lembaga, M Natsir Zubaidi menganggap rencana pemetaan masjid sebagai upaya pencegahan penyebaran paham radikal, adalah hal yang naif dan mengada-ada. Dia mengatakan, selama tiga tahun terakhir masjid justru menjadi fasilitator kegiatan sosial dan penyaluran bantuan kepada masyarakat. Karena itu dia menegaskan, tidak mungkin masjid menjadi sarang teroris. Sebelumnya, Direktur Keamanan Negara Badan Intelejen dan Keamanan Polri Brigjen Umar Effendi mengatakan, Polri berencana melakukan pemetaaan masjid sebagai upaya pencegahan penyebaran paham radikal. Rencana ini, kata dia, merujuk pada masih banyaknya masjid yang berindikasi sebagai pusat penyebaran paham radikal. (republika.co.id)


Negeri kita ini memang dirundung banyak masalah. Ibu pertiwi tak habis air matanya berlinang. Bencana alam silih berganti, pandemi yang tak kunjung usai, korupsi makin menjadi-jadi. Penguasaan lahan (termasuk hutan) dan SDA yang makin brutal dikuasai dan dieksploitasi oleh segelintir pemilik modal. Begitu juga kemerosotan ekonomi yang membuat kebutuhan pokok masyarakat makin mahal. Salah satunya yang hingga kini menjadi persoalan yaitu harga minyak goreng, mirisnya negeri ini penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Utang luar negeri pun makin menumpuk hingga mencapai ribuan triliun rupiah. Di tengah berbagai permasalahan ini, Pemerintah malah mengesahkan rencana pemindahan ibukota baru ke Kalimantan dengan rencana biaya ratusan triliun rupiah dari APBN. Tentu sebagiannya dari utang dan pajak rakyat. Dan sungguh luar biasa, di tengah segudang masalah yang membelit negeri ini, yang selalu dipersoalkan adalah radikalisme. Seolah-olah permasalahan utama bangsa ini adalah radikalisme.


Yang pasti, semua ‘nyanyian radikalisme’ atau ‘jualan isu radikal-radikul’ menyasar Islam dan kaum Muslim. Atas nama perang melawan radikalisme, sebagian ajaran Islam dikriminalisasi. Contohnya ajaran Islam tentang syariah Kaffah, jihad dan khilafah.

 

Jelas, isu radikalisme di tengah keterpurukan negeri ini adalah isu politis dan tampak sangat dipaksakan. Sama sekali tidak relevan dan tidak penting dalam situasi saat ini dimana pandemi masih belum teratasi malah semakin menjadi, belum lagi merosotnya ekonomi yang semakin menyiksa rakyat.


Istilah radikalisme terkesan sengaja dibuat tidak jelas. Tujuannya tentu supaya mudah digunakan sebagai alat untuk memukul siapapun yang anti rezim. Faktanya, begitu mudahnya tokoh Islam atau kelompok Islam dicap radikal hanya gara-gara kritis terhadap rezim.


Dengan dalih untuk mencegah radikalisme, berbagai pihak kemudian mengkampanyekan moderasi agama. Moderasi agama secara garis besar adalah paham keagamaan yang moderat. Moderat adalah paham keagamaan (Islam) yang sesuai selera Barat; sesuai dengan nilai-nilai Barat yang notabene sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Sebaliknya, radikal adalah paham keagamaan (Islam) yang dilekatkan pada kelompok-kelompok Islam yang anti Barat. Mereka adalah pihak yang menolak keras sekularisme. Mereka inilah yang menghendaki penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan.


Seperti yang digambarkan Dokumen RAND Corporation 2006 bertajuk, “Building Moderate Muslim Networks” maka jelas bahwa tujuan nya adalah perang melawan Islam.


Allah SWT menegaskan:


قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ


“Sungguh telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat lagi” (QS al-Imran [3]: 118).


Sesungguhnya pergolakan antara kebenaran dan kebatilan akan terus berlangsung sampai Hari Kiamat.


Allah SWT berfirman:

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sementara Allah enggan kecuali menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir tidak menyukainya." (TQS at-Taubah [9]: 32).


Melalui ayat ini Allah SWT mengingatkan kita bahwa musuh-musuh Islam tidak pernah melewatkan satu pun kesempatan yang dapat mereka gunakan untuk menyerang Islam dan Kaum Muslim. Semuanya demi suksesnya tujuan besar mereka melenyapkan Islam hingga dari akar-akarnya.


Tentu sikap islamophobia itu tidak selayaknya muncul dari seorang Muslim. Pasalnya, sikap islamophobia itu hakikatnya adalah kebencian terhadap Islam berikut ajaran dan syiar-syiarnya. Bagaimana mungkin seorang Muslim menampakkan kebencian terhadap Islam? 


Sikap yang harus dibangun dan ditunjukkan oleh seluruh umat Islam tidak lain adalah memenuhi perintah Allah SWT dalam firman-Nya:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ


“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian” (QS al-Baqarah [2]: 208).


Ini adalah perintah dari Allah kepada semua orang Mukmin untuk mengambil dan mengamalkan semua ajaran Islam dan syariahnya, termasuk mengagungkan syiar-syiarnya. Ini berarti, setiap Mukmin harus mencintai Islam sepenuhnya sebagai wujud totalitas kecintaan kepada Allah SWT. Mengambil semua yang telah Allah tetapkan sebagai implementasi keimanan, karena iman tak cukup hanya diucapkan dan diyakini dalam hati, namun ia juga harus dibuktikan. 


Karena itu kaum Muslim tak boleh kendor. Tak boleh menjadi lemah. Tak boleh takut. Tetap harus berani. Tetap harus kuat, bahkan lebih kuat dalam melakukan perlawanan terhadap rezim anti Islam. Tentu tanpa harus melakukan aksi-aksi kekerasan. Hendaknya rasa takut kita hanya kepada Allah SWT. Bukan kepada sesama manusia. Inilah yang mendorong generasi salafush-shalih selalu lantang dan menyuarakan kebenaran dan dalam menentang para penguasa zalim. 

WalLah a’lam bi ash-shawab.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama