oleh: Endang Setyowati
Puluhan perempuan Afghanistan kembali menggelar demonstrasi menuntut pemenuhan hak-hak mereka di bidang pekerjaan dan pendidikan kepada pemerintahan Taliban, Ahad (16/1/2022). Sekelompok anggota Taliban membubarkan aksi unjuk rasa tersebut.
Demonstrasi yang diikuti sekitar 20 perempuan Afghanistan itu berlangsung di depan Universitas Kabul. Mereka meneriakkan “kesetaraan dan keadilan” seraya membentangkan spanduk bertuliskan “hak-hak perempuan dan hak asasi manusia (HAM)”.
(REPUBLIKA.CO.ID, 17/1/2022).
Dikutip dari laman web yang sama, sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, Taliban belum memenuhi janjinya terkait perlindungan dan pemenuhan hak-hak wanita Afghanistan. Hak itu mencakup pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi atau perwakilan politik. Sebaliknya, Taliban justru memperkenalkan peraturan yang mengekang aktivitas wanita. Pada Desember tahun lalu, misalnya, Taliban memutuskan bahwa perempuan yang bepergian lebih dari 72 kilometer harus ditemani anggota keluarga dekat pria.
Sejak taliban berkuasa, Afganistan telah terjun ke dalam krisis ekonomi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, di mana Bank- bank kehabisan uang tunai. Dan para pegawai negeri tidak pernah digaji selama beberapa bulan.
Sehingga banyak keluarga kehilangan pendapatannya. Pembekuan miliaran dolar aset Afghanistan oleh Amerika Serikat dan penghentian bantuan dana oleh lembaga keuangan internasional telah menyebabkan hampir runtuhnya sistem perekonomian Afghanistan yang rapuh dan telah dirusak oleh peperangan dan pendudukan selama puluhan tahun.
Diketahui bahwa ekonomi Afghanistan sudah goyah bahkan sebelum Taliban mengambil alih kendali negara tersebut pada Agustus 2021.
Ditambah lagi, Afghanistan sangat tergantung pada bantuan asing - sekitar 40 persen dari produk domestik bruto (PDB) berasal dari bantuan internasional, menurut Bank Dunia.
Tetapi sejak pengambilalihan Taliban, negara-negara Barat telah membekukan dana internasional, termasuk aset yang dapat diakses Afghanistan dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
(Liputan6.com,28/9/2021).
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan sinyal PDB negara itu bisa terkontraksi hingga 30%. IMF menyebutkan hal tersebut merupakan dampak pembekuan aliran bantuan dan dana ke negara itu yang ditetapkan oleh negara-negara Barat.
Selain IMF, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan saat ini 18 juta orang di negara Asia Tengah itu sedang terancam oleh kelaparan hebat. Sebab, saat ini bank mulai kehabisan uang, pegawai negeri belum dibayar, dan harga pangan melonjak drastis.
Tak hanya di sektor pangan, sektor kesehatan negara itu juga sudah mulai menunjukan tanda-tanda kolaps. Saat ini, faskes Afghanistan dilaporkan mulai penuh sesak diisi oleh pasien yang membutuhkan obat-obatan dan perawatan.
(CNBC Indonesia, 24/10/2021).
Begitulah kondisi Afghanistan saat ini, Dan Unicef memperkirakan 3,7 juta anak putus sekolah di Afghanistan, 60% diantaranya adalah perempuan. Berdasarkan laporan UNESCO, setelah 20 tahun pendudukan Barat, lebih dari 80% perempuan masih buta huruf.
Setelah kedudukan Taliban, perempuan di Afghanistan merasa tidak bebas dalam pergerakkannya, maka itu mereka mengadakan demonstrasi, menuntut hak-hak perempuan.
Praktik Islam yang dijalankan tidak utuh oleh rezim baru justru menjadi celah menekan Afghanistan agar lepas dari Keterikatan Islam.
Sudah seharusnya kaum perempuan Afghanistan tidak terprovokasi oleh opini Barat, dan dapat segera melepaskan diri dari intervensi Barat, yang mana di sana mengambil ide-ide mereka sebagai solusi atas permasalahan yang ada saat ini.
Padahal kita tahu, justru saat menerapkan apa yang dibawa oleh ide-ide Barat tersebut, kaum perempuan Afghanistan maupun negeri lainnya mengalami kenistaan salah satunya dengan slogan persamaan gender, kaum Barat mengekploitasi perempuan.
Kaum Muslim saat ini, harus kembali kepada ajaran Islam secara Kaffah, bukan ajaran Islam yang kaku dan bebas.
Karena hanya dengan menerapkan Islam Kaffah maka akan menyelesaikan problematika yang terjadi saat ini terhadap Muslimah.
Bukankah telah dicontohkan bagaimana Islam menjaga kemuliaan perempuan selama 13 abad lamanya. Disana perempuan dijaga kehormatannya serta dilindungi atas keselamatan dan harga dirinya.
Bagaimana dahulu dikisahkan ada seorang perempuan Arab pergi ke pasar, kemudian dia duduk di dekat tukang emas atau perak. Kemudian ada seorang Yahudi Bani Qaynuqa mendekati perempuan itu dan dengan lancang mereka ingin membuka wajahnya, namun dia menolak.
Tukang emas itu dengan sengaja mengikatkan ujung pakaian perempuan tersebut ke punggungnya, sehingga ketika perempusn itu berdiri, maka terbukalah auratnya.
Melihat pelecehan tersebut, para Yahudi itu tertawa, dan menjeritlah perempuan tersebut.
Seorang laki-laki Muslim kemudian melompat menyerang tukang emas itu, dan membunuhnya.
Kaum Yahudi yang ada di tempat itu lalu mengeroyok laki-laki Muslim tersebut dan membunuhnya.
Setelah itu, keluarga dari laki-laki Muslim itu berteriak memanggil saudara-saudanya sesama Muslim, seraya mengadukan kebiadaban Yahudi tersebut. Kaum Musliminpun geram sehingga terjadilah pertengkaran antara mereka dengan Yahudi.
Dengan kejadian tersebut, telah memaksa Rasulullah berangkat memerangi mereka.
Begitulah Islam sangat memuliakan perempuan, ketika ada tindakan pelecehan, ekploitasi, kekerasan fisik maupun seksual merupakan kejahatan serius yang harus di hukum berat.
Di dalam Islam, perempuan merupakan tanggungjawab suami, ayah, kerabat laki-laki bahkan negara. Dan di dalam Islam pula antara laki-laki dan perempuan mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah SWT, yang membedakannya adalah kadar ketaqwaannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(TQS. An-Nahl 16: 97).
Wallahu a'lam bi shawab