Doa Lintas Agama: Pluralisme Bertopeng



Oleh : Ummu Dzakiyah (Aktivis peduli umat)


Innalillahi Wa inna ilaihi rojiun sesak dada terasa melihat fenomena semakin jauhnya umat dari aqidahnya terlihat dalam Kegiatan Doa Lintas Agama dan Ngaji Budaya di gelaran 1000 Sajen dan Dupa yang diadakan di depan Balai Kota Malang, Sabtu malam (22/1/2022). Kegiatan yang digelar pertama kali ini dapat menghadirkan ratusan komunitas dari berbagai kalangan budaya dan agama se Jawa Timur.(Timesindonesia.co.id)


Tidak hanya itu, tersebar juga melalui Whatsapp terkait nama-nama donatur, berikut besarnya sumbangan uang, maupun barang seperti sesajen, dupa dan kelengkapannya untuk meramaikan acara ini. Selama acara berlangsung pun digelar spanduk berbunyi ‘Melestarikan budaya nusantara dan menjaga toleransi’. Kegiatan tersebut ternyata memiliki rangkaian panjang dalam kurun waktu satu tahun ini. 


Perlu diketahui, sebelum kegiatan besar doa bersama lintas agama 1000 sajen dan dupa, sudah digelar kegiatan ngaji budaya atau ngaji embongan di putaran keenam. Rencananya, untuk kegiatan besar ini nantinya bakal digelar satu tahun sekali dan kegiatan ngaji embongan bisa dilakukan dalam waktu satu bulan dua kali.


Sungguh miris ketika kita mengetahui adanya acara semacam ini dan ada sebagian kaum muslimin yang terlibat di dalamnya. Jelas, ini merujuk pada kesesatan yang nyata. Ngaji budaya yang sudah melibatkan sajen dan dupa, serta doa bersama lintas agama jelas termasuk toleransi yang kebablasan. Ini sudah masuk ke dalam ranah akidah, ranah keyakinan. 


tidakkah kita tahu bahwa bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak mentah-mentah tawaran kafir Quraisy untuk bertukar tuhan. Lantas menjadi asbabun nuzul turunnya wahyu Allah subhanahu wata’ala yakni QS. Al-Kafirun, dengan ayat yang senantiasa berulang-ulang kita dengar, “lakum diinukum  waliyadiin”. Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.


Kita tidak boleh mencampuradukkan ajaran agama sebagaimana konsekuensi syahadat kita, bahwa tidak ada ilah, sesembahan yang wajib disembah selain Allah subhanahu wata’ala dan jalan menyembahnya adalah dengan beribadah sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keimanan dan kekufuran adalah jalan yang berbeda dan tidak akan pernah ada titik yang mempertemukan keduanya. Jalan iman menuju surga dan jalan kekafiran menuju ke neraka.


Tentu tidak kita pungkiri bahwa keberagaman di sebuah masyarakat merupakan keniscayaan. Bukan hanya karakter mereka, melainkan juga asal-usul serta agama yang dianutnya. Namun demikian Pluralisme agama yang menyatakan semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga itu bertentangan dengan Islam dan Muslim haram mengikuti paham itu. Dalam masalah akidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif.


Acara Doa lintas agama seperti ini adalah bentuk lain dari pluralisme yang bertopeng mengatasnamakan budaya leluhur, keberagaman dan lain sebagainya. Acara seperti ini muncul karena paham kebebasan yang diadopsi oleh sistem kapitalisme liberal demokrasi. jargon kebebasan beragama, kebebasan berpendapat,Kebebasan berkepemilikan, dan kebebasan berperilaku adalah empat pilar kebebasan yang dijunjung tinggi dalam sistem ini. Maka ini yang menjadi media sempurna bagi pertumbuhan moderasi beragama. zeronya penjagaan negara dalam akidah kaum muslimin, yang sekali lagi sangat miris, hal-hal terlaknat semacam ini justru terjadi di negeri mayoritas muslim.


Maka ini menjadi tugas besar kita, menjelaskan kesesatan yang terjadi dalam acara-acara semacam ini sebelum kita semua diazab oleh Allah sebagaimana umat- umat terdahulu.  Mari bersama-sama mengajak umat kembali kepada kebenaran Islam dan menyerahkan ketundukan serta penyembahan totalitas kepada Allah subhanahu wata’ala semata, bukan lainnya. dan tidak akan sempurna penerapan Islam tanpa adanya naungan Daulah yang menerapkan sistem tersebut yaitu daulah Islamiyah. Wallahu A'lam bisshowab.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama