Ketika Kemuliaan Orang Tua Disandingkan dengan Materi

 


Oleh: Binti Masruroh (Praktisi Pendidikan)


Saat ini sering kita mendengar ada berita seorang anak yang membuang orang tuanya yang sudah lanjut usia, atau menitipkannya di panti jompo dengan alasan ekonomi. Seperti yang silansir pada salah satu laman berita, seorang laki-laki lanjut usia (lansia) berusia 80 tahun akhirnya tewas di Kecamanatan Maukara, Kota Banda Aceh. Menurut Misra Yana, Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial Dinsos Aceh yang datang ke lokasi kejadian mendapati laki-laki tua itu masih sanggung berkomunikasi meski sangat kepayahan. Dia mengaku dibuang oleh anak-anaknya ke lokasi itu sehari sebelumnya. Misra Yana yang sekaligus Pengurus Forum Pengurangan Reresiko Bencana bermaksud segera melakukan koordinasi untuk mengevakuasi lansia tersebut agar mendapat perawatan. Dinsos Banda Aceh pun mengerahkan mobil rescue untuk melakukan evakuasi. Namun ketika mobil dan tim evakuasi tiba di tempat kejadian lansia itu sudah meninggal (SerambiNews.com, 4/3/20).


Demikian juga ada seorang ibu yang dibuang anaknya viral di facebook. Ibu tersebut diminta membeli barang kemudian ditinggal oleh putrinya. Ibu tersebut menunggu-nunggu putrinya sampai larut malam ternyata tak datang menjemput (Tribunnews.com, 21/10/19).


Seorang ibu bernama Trimah berusia 65 tahun dititipkan di panti jompo oleh anak-anaknya karena tidak mampu membiayai dan mengurus orang tuanya. Ibu itu berharap anak-anaknya masih sayang dan masih mau menengoknya (Viva.co.id, 31/10/21).


Fenomena di atas merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme sekuler. Sekulerisme merupakan paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Hanya ibadah mahdhoh saja yang diatur oleh agama. Sementara aspek kehidupan yang lain seperti aspek sosial, ekonomi, politik, sangsai dan lainnya tidak diatur oleh agama. Sehingga dalam masalah ini aturan dibuat oleh manusia yang memiliki sifat lemah dan terbatas. Akibat paham ini orang akan memiliki keimanan yang sangat lemah tidak takut untuk berbuat dosa atau kemaksiatan. Sistem kapitalisme menjadikan standar perbuatan berdasarkan manfaat. Maka sesuatu yang menghasilkan manfaat akan terus dilakukan mesti bertentangan dengan ajaran agama atau merugikan orang lain. Sebaliknya sesuatu yang dirasa tidak mendatangkan manfaat akan ditinggalkan. Sehingga mengurus orang tua yang sudah lanjut usia menurut pandangan sistem ini tentu sesuatu yang sangat memberatkan karena orang tua sudah tidak bisa mendatangkan manfaat secara materi, tapi justru memerlukan materi, waktu, tenaga untuk mengurusi dan memenuhi kebutuhannya. Tidak heran kalau kemudian didapati di era sekarang para lansia yang dibuang atau dititipkan di panti jompo.


Kondisi ini sangat bertentangan dengan sistem Islam. Islam memerintahkan supaya seorang memiliki sikap kasih sayang kepada orang tuanya, memuliakan dan menghormati mereka atau birrul wa lidain. Anak tidak boleh berkata-kata kasar kepada mereka. Bahkan berkata “ah” saja kepada orang tua dilarang. Sebagaimana firman Allah dalam yang artinya: 


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (TQS. Al Isro’: 23)


Islam menjadikan dosa kepada orang tua merupakan dosa besar setelah syirik sebagaimana hadis yang diriwayatkan Bukhari yang artinya, “Dari Abu Bakar, Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya “Maukah aku memberitahumu tentang dosa terbesar?” Mereka menjawab “Ya Rasulullah” Kemudian Rasulullah bersabda “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” (HR. Bukhori).


Sistem Islam menjadikan Allah SWT sebagai pembuat aturan dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga aturan hidup dalam Islam bersifat sempurna karena dibuat oleh Zat yang Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Islam menjadikan standar perbuatan manusia adalah hukum-hukum syara’ yang terdapat pada Al Qur’an dan Hadist, atau keridhoan Alah SWT bukan berasakan manfaat. Allah menjadikan merawat orang tua terlebih yang sudah berusia lanjut merupakan perbuatan yang sangat mulia yang akan diganjar surga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: 


“Sungguh rugi, sungguh rugi, sungguh rugi. (Rasul) ditanya, “Siapa orang itu, ya Rasulullah?”  Beliau menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua orangtuanya sudah tua salah satu atau kedua-duanya, tapi ia tidak masuk surga” (HR. Muslim, no. 4627). 


Islam juga mensyaratkan keridhaan Allah teletak pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan  orang tua.  Rasulullah SAW bersabda “Ridha Allah bergantung pada keridhaan orangtua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orangtua” (HR. Ibnu Hibban dan al-Hakim).


Sistem Pendidikan Islam yang diterapkan negara akan mencetak orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat, yang menjadikan standar perbutannya adalah hukum-hukum Islam. Membentuk anak-anak yang memiliki kasih sayang dan cinta pada orang tuanya.


Melalui penerapan sistem ekonomi Islam negara menjamin kesejahteraan semua warga negara. Negara menjamin semua laki-laki memiliki pekerjaan yang hasilnya cukup untuk membiayai seluruh tanggungannya. Termasuk tanggungan terhadap orang tuanya yang sudah berusia lanjut. Ketika tidak ada anak yang mampu menanggungnya maka kebutuhan orang tua yang sudah berusia lanjut akan ditanggung oleh negara dari harta Baitul Mal. 


Dengan menerapkan Sistem Islam yaitu Khilafah Islamiyah, maka akan tercipta kehidupan yang mulia. Tidak akan ada anak yang menelantarkan atau membuang orang tuanya seperti fenomena yang terjadi saat ini. Allah pun akan ridha, keberkahan pun akan dilimpahkan dari langit dan bumi. Allah SWT berfirman dalam QS. AL A’rof ayat 96 yang artinya 


“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” ( TQS Al A’rof : 96 )


Wallahu a’lam bi ash-showab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama