Isu Terorisme, Antara Ulama VS KKB Di Papua

 



Oleh: Erna Ummu Azizah


Sedih, setiap kali ada kasus terorisme pasti ujung-ujungnya Islam yang dituduh dan disalahkan. Terlebih jika berujung pada pembubaran kelompok dakwah, bahkan penangkapan aktivis muslim dan para ulama. Ya Rabb.. sesak rasanya dada ini.


Padahal kita tahu, Islam adalah agama mayoritas penduduk di negeri ini. Bukan hanya karena kesempurnaannya dalam mengatur masalah agama dan dunia. Juga karena ajarannya yang indah dan sesuai fitrah telah menjadikan Islam banyak dianut oleh manusia di seluruh dunia.


Namun, sungguh ironis jika setiap kali mencuat isu teroris, maka Islam yang dituduh dengan sadis. Disebut ajarannya radikal-lah, ajaran setan-lah, pemecah belah, ekstrim, fanatik, dan sebagainya. Membuat kaum muslim terpojok, saling mencurigai, bahkan takut dan anti terhadap ajaran agamanya sendiri. Astaghfirullah..


Terbaru, kasus penangkapan tiga orang yang diduga terlibat aksi teroris di Bekasi, Jawa Barat. Salah satu dari mereka adalah Ahmad Zain An-Najah, anggota pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat oleh Densus 88, hingga menyeret lembaga tersebut untuk segera dibubarkan. (Republika, 21/11/2021)


Tentu kita sebagai muslim tak boleh diam. Jangan biarkan hal ini menjadi kesempatan bagi pihak-pihak yang ingin memberangus suara kritis ulama dalam menyuarakan kebenaran, juga membela ajaran Islam dan mengoreksi kebijakan penguasa jika ada kezaliman.


Beda perlakuan, terhadap teroris KKB di Papua, Jenderal TNI Dudung Abdurachman justru meminta agar mereka dirangkul dengan hati yang suci dan tulus. Padahal, sepanjang 2021, tercatat KKB tak berhenti membuat onar. Mereka menyerang aparat TNI-Polri, warga, bahkan hingga tenaga kesehatan. Mereka juga merusak fasilitas umum dan sosial. Kekejian KKB juga membuat masyarakat Papua ketakutan hingga sempat mengosongkan kampung dan mengungsi ke kantor TNI dan Polri. (Detiknews, 26/11/2021)


Di sistem kapitalis sekuler seperti saat ini sangat meniscayakan manusia menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan. Harta dan tahta jadi incaran. Kepuasan dunia jadi tujuan. Maka, tak heran jika aturan agama dijauhkan, karena dianggap penghalang.


Mereka yang kritis dalam mengoreksi pun akan disingkirkan. Dan kita ketahui bahwa Islam agama yang sangat mengedepankan amar ma'ruf nahi mungkar. Bahkan aktivitas mengoreksi kebijakan penguasa yang zalim merupakan jihad yang paling utama.


Wajarlah jika para pemuja dunia akan kebakaran jenggot jika syariat Islam kembali tegak sebagai aturan kehidupan. Karena mereka tak bisa lagi menipu rakyat, menuruti syahwat, dan bebas bermaksiat. Lain hal jika sesuatu itu dianggap tidak membahayakan kepentingan mereka. Maka, sekelas teroris KKB akan dibiarkan melenggang, tak peduli meski membahayakan.


Ibarat memutar lagu lama, di tengah maraknya kasus korupsi, pelegalan seks bebas, dan menggunungnya utang negara. Mencuatlah kembali isu terorisme, seakan menutupi 'raport merah' penguasa dalam mengurus rakyatnya.


Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin tentu sangat mengharamkan aksi teroris. Selain karena zalim, juga merupakan dosa besar. Maka, sungguh fitnah keji jika ajaran Islam selalu dikaitkan dengan terorisme.


Sikap kita sebagai seorang muslim dalam menyikapi isu teror seperti saat ini, hendaknya tetap kritis dan berani membongkar kebenaran di balik isu yang terus berulang. Juga, mendesak pemerintah untuk memberangus jaringan teroris secara transparan hingga ke akarnya.


Jangan sampai Islam dan kaum muslim terlebih para ulama selalu dijadikan pihak tertuduh dan sasaran fitnah. Sedangkan teroris sesungguhnya seperti kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua, yang jelas-jelas begitu panjang 'catatan dosanya' justru dirangkul bak saudara tercinta. Wallahu a'lam.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama