Oleh Asma Ramadhani (Siswi SMAIT Al Amri)
Dikutip dari BANJARMASINPOST.CO.ID, pebisnis maskapai penerbangan mendapatkan sinyal dari pemerintah akan mengizinkan maskapai mengangkut penumpang dengan kapasitas penuh atau 100 persen. Pertimbangan yang wajib bagi penumpang dengan pemberlakuan syarat tes polymerase chain reaction (PCR).
Sedangkan, batasan tarif tertinggi untuk pemeriksaan RT-PCR termasuk pengambilan swab adalah Rp.900 ribu. Batasan tarif tersebut berlaku untuk masyarakat yang melakukan pemeriksaan RT-PCR atas permintaan sendiri/mandiri. Seperti yang tercantum pada blog kementerian kesehatan, sehatnegeriku.kemkes.go.id
Meskipun terkesan menggiurkan bagi para pebisnis maskapai penerbangan, namun kebijakan ini menimbulkan kesulitan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pasalnya kecurigaan tentang bisnis dengan alibi untuk kesehatan ini sangat menonjol, mewajibkan PCR dengan harga yang relatif tinggi akan menyusahkan masyarakat yang memiliki kepentingan di daerah tertentu.
Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Aceh Taqwaddin Husin mengkritik kebijakan wajib tes PCR (Polymerase Chain Reaction) kepada calon penumpang pesawat udara. Aturan ini dinilai memberatkan masyarakat.
“Kebijakan ini menyusahkan dan memberatkan rakyat, apalagi bagi orang daerah yang perlu ke Ibu Kota provinsi atau ke Ibu Kota negara Jakarta,” kata Taqwaddin Husin di Meulaboh seperti dilansir dari Antara, Minggu 24 Oktober 2021.
Jelas kebijakan ini tidak berlandas pada alasan kesehatan, karena yang diwajibkan hanya untuk penumpang pesawat terbang. Tak dapat dipungkiri, jika dikatakan bahwa para pebisnis maskapai dan penyedia jasa PCR sedang berlomba-lomba dalam menarik keuntungan yang sangat besar saat ini.
Miris ketika menyadari para aktor ekonomi kapitalis hanya mementingkan diri mereka sendiri. Tak peduli nasib keselamatan rakyat.
Semua dibuat menjadi barang dagangan, sekalipun itu fasilitas kesehatan dan keamanan. Ujung-ujungnya berada di arena lomba lari untuk mencapai keuntungan terbesar.
Sistem bobrok dengan kebijakan yang perlahan membunuh rakyat hanya ada di dalam kehidupan yang tidak sesuai hukum ilahi. Kapitalisme adalah buah pemikiran yang menjadikan materi (uang) sebagai tujuan utama, menepikan hubungan manusia sebagai hamba Allah dan terlebih menerapkan aturan yang dibuat oleh manusia yang serba terbatas.
Sehingga, jalan satu-satunya untuk keluar dari lorong kegelapan ini adalah dengan mengambil lentera Islam dan mengikuti kemana cahaya Islam membawa kepada hakekat kehidupan dunia yang sesungguhnya.[]