Ta'aruf

 



Endah Sulistiowati

Dir. Muslimah Voice


Menjadi orang yang dituakan ternyata banyak suka dukanya. Suka, karena bisa banyak membantu banyak orang. Duka, jika ada yang minta dicarikan jodoh ternyata tidak klik ketika sudah separuh jalan. Patah hati, rasanya seperti kita yang lagi proses mau nikah. 


***


Hhhhh... Aku selalu illfeel bila baca CV yang mencantumkan fisik calon yang diinginkannya. Calon istri yang diinginkan: 


1. Rambut tidak kriting 

2. Tidak pakai kaca mata

3. Tinggi +/- 160cm, cantik dan berkulit bersih

4. Lancar baca Qur'an dan diutamakan bisa berbahasa Arab. 

6. Hafalan Qur'an, minimal juz 30


"Ust, kayak nya saya nggak masuk kriteria dia nih"


Ungkap seorang akhwat sambil mengembalikan CV ikhwan tersebut. 


"Nggak mau nyoba dulu?" Tanyaku. 


"Maaf Ust, lagian saya berkaca mata, dan kulit saya gelap" Ujar si akhwat murung. 


"Ya udah gpp, InsyaAllah kita usaha lagi ya, sambil terus memantaskan diri" Kuelus punggung akhwat tersebut, dia sudah kuanggap seperti adik sendiri. 


***


"Bi, masak sih, nih ikhwan bikin CV kayak gini, coba baca deh kriteria akhwatnya!" 


Kusodorkan CV yang dua hari lalu diberikan Abi padaku, hmmm salahku juga sih nggak teliti baca CV nya, biasanya aku nggak seceroboh gini. 


"Mi, biasanya ikhwan itu kalau nyari kriteria istri yang begini dan begitu, sebenarnya dia itu menunjukkan kekurangan dia sendiri" 


Ujar suamiku setelah baca CV ikhwan tersebut secara seksama. 


***


"Miii, Abi minta tolong!" 


"Ada apa?"


Segera kusamperin pangeranku tercinta. 


"Ini bantu gosokin Comel, besok ada yang mau lihat, ada yang mau beli." Ucapnya sumringah. 


"Kalau harga yang Abi tawarkan Ok, bisa buat umrah bertiga sama Cia." 


"Aamiin!!"


Jadi semangat mandiin Comel. Kugosok pelan punggung comel, ada ide konyol diotak ku. 


***


"Assalamu'alaikum... " Terdengar suara tamu dari luar. 


"Itu si Ikhwan kali Mi, udah datang." 


Abi bergegas keluar. Kuintip dari tirai ruang tamu, beneran si Ikhwan yang datang. Segera kusuguhkan kue dan minuman. 


"Mi, coba telpon akhwatnya, biar segera datang!"


"Ada kok dibelakang."


"Masak sih?"


"Iya ada dibelakang, diminum Mas teh nya!" 

Kupersilahkan si Ikhwan untuk menikmati hidanganku. 

Setelah 15 menit kami berbincang,  berbasa-basi secukupnya, kuajak suamiku dan ikhwan tersebut kebelakang. 


"Mi, nggak akhwatnya aja yang disuruh kedepan?"


Suamiku protes, tahulah ya belakang rumah kami jauh dari kesan rapi. 


"Nggak apa, ayo!"


Ajak ku semangat. 


***


"Nah Mas Ikhwan, ini kenalkan, dia Comel, rambutnya tidak kriting, mata pun clink tidak berkacamata." 


Aku geli melihat ekspresi dua laki-laki, guru dan murid itu. 


"Comel juga tinggi, kulitnya juga bersih lho! Cuma dia belum bisa baca Qur'an dan tidak fasih berbahasa Arab."


Ucapku gemas, si Ikhwan pun kelimpungan nggak karuan. 


"Comel, Comel, kenalkan ini Mas Ikhwan pingin kenal sama kamu!"


Comel merasa punggungnya dielus pun menoleh, sambil memamerkan senyum terindahnya. Tak lupa lenguhan khasnya. 


"Emmmmooooh"


"Astagfirullah!!!"


Suamiku dan si ikhwan kompak beristighfar. Aku pun tersenyum geli. Ini adalah pelajaran berharga untuk si ikhwan. 


***


Para ikhwan dan akhwat jomblo fii sabilillah (jofisa) yang dirahmati Allah, yakinlah bahwa laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, dan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik pula. Saat ini ketika jodoh belum jua datang, Allah masih memberikan kesempatan untuk kalian memantaskan diri sehingga bisa mendapatkan jodoh yang terbaik. Jangan pernah menzonasi siapa jodoh kalian, karena jodoh adalah rahasia Allah. Bismillah!!!   


#Nubar

#NulisBareng 

#Level4

#BerkreasiLewatAksara

#MenulisMengabadikanKebaikan

#Week2

#Tanggal12

#RNB19

#RumahMediaGrup

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama