HARUM WANGI KEKHILAFAHAN TURKY DINUSANTARA



Oleh: Sherly Dewi ArRida, SP.


Nusantara menjadi sebutan yang popular untuk mengambarkan wilayah Indonesia saat ini. Sebuah kawasan yang berisi ribuan pulau yang dihubungkan dengan laut dan sejak  berabad-abad silam telah menjadi jalur  perdagangan internasional. Nusantara menjadi lokasi yang strategis dan memiliki akses yang mudah dijangkau dunia luar. Oleh karena itu tidak mengherankan wilayah ini mendapat banyak pengaruh dari peradaban sekitarnya.  Dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya MC Ricklefs, di abad ke-16, wilayah-wilayah di Belanda berada di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.  Namun Revolusi Belanda atau perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an, mendorong Belanda mempunyai jalur perdagangan sendiri Maka pada 1598, Belanda melancarkan ekspedisinya untuk mencari 'Kepulauan Rempah-rempah'. Sebanyak empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman sampai di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat. Namun belum lama singgah, Belanda sudah terlibat perang dengan rakyat pribumi. De Houtman pun angkat kaki dan berlayar ke timur melalui pantai utara Jawa. Setelah mendapat berbagai penolakan di Jawa, de Houtman kembali ke negaranya dengan membawa banyak rempah-rempah. Pelayaran de Houtman sebenarnya tidak terlalu sukses. Selama dua tahun berlayar, hanya tiga kapal dan 89 awak yang kembali ke Belanda. 


Selain mereka, ada juga orang-orang Kekhilafahan Turky Usmani yang memberikan pengaruh bagi perkembangan kehidupan di Nusantara. Berbeda dengan bangsa eropa penjajah, bangsa Kekhilafahan Turky Usmani hadir dalam kehidupan Nusantara dengan sumbangsihnya bagi masyarakat di sini. Sayangnya meskipunmemiliki pengaruh yang cukup signifikan,eksistensi orang Kekhilafahan Turky Usmani, yang ketika itumenjadi Kekhilafahan Islam, tidak banyak disebut dalam sejarah Indonesia.  Meskipun dipisahkan oleh jarak geografis yang terbilang jauh, pengaruh dan kehadiran Kekhilafahan Kekhilafahan Turky Usmani juga mencapai wilayah kepulauan Nusantara.  Banyak catatan sejarah menyebutkan hubungan diplomatik, ekonomi dan militer yang terjadi di antara Kekhilafahan Turky Usmani dengan berbagai kesultanan Islam di Nusantara. Salah satu kesultanan yang paling aktif menjalin hubungan dengan Kekhilafahan Turky Usmani adalah Kesultanan Aceh. Sultan Alauddin al-Kahar membangun sistem pemerintahan Aceh Darussalam dan mengirim misi diplomatik kepada Sultan Kekhilafahan Turky Usmani, Sulaiman Agung (Kanuni Sultan Süleyman), di Istanbul untuk memperkuat agama Islam.


Kekhilafahan Turky Usmani kemudian mengirim berbagai pengrajin dan ahli persenjataan meriam ke Aceh. Sultan Alauddin juga yang pertama kali membangun benteng pertahanan dan menyerukan perlawanan terhadap Portugis di Malaka.  Catatan sejarah lainnya dari penjelajah Portugis Mendes Pinto (hidup antara 1509-1583), menyatakan antara tahun 1537-1538 terdapat kehadiran armada militer Kekhilafahan Turky Usmani Kekhilafahan Turky Usmani dari Laut Merah yang dikirimkan Sultan Sulaiman Agung untuk membantu Sultan Alauddin membangun kekuatan militer.  Dilaporkan armada tersebut terdiri dari 160 tentara Kekhilafahan Turky Usmani, Abbissinia dan Gujarat, serta 200 tentara sewaan dari Malabar telah bergabung dengan tentara Kesultanan Aceh.


Pasukan tersebut kemudian dikerahkan untuk menaklukkan wilayah pedalaman Sumatera pada tahun 1539. Di samping itu catatan Mendes Pinto juga menunjukkan kembalinya armada Aceh di bawah pimpinan seorang komandan Kekhilafahan Turky Usmani, Hamid Khan, yang merupakan keponakan Pasha Kekhilafahan Turky Usmani di Kairo. (Azyumardi Azra 1994, Jajat Burhanudin 2016). Keberhasilan Kekhilafahan Turky Usmani ini tidak telepas dari pengakuan bangsa lain bahwasannya Turky dalah Khilafah Islam yang berhak memimpin dan mampu membebaskan mereka dari kelaliman orang-orang Eropa. Casale menegaskan masyarakat di sekitar SamudraHindia dari Tanduk Afrika hingga Nusantara(Indonesia) memberikan pengakuan yang serius terhadap posisi Kekhilafahan Turky Usmani sebagai Khilafah Islam. Namanya disebut-sebut dalam khutbah Jumat oleh umat Islam di kawasan tersebut.Fakta-fakta baru tentang Jejak Khilafah di Nusantara semakin menguak kepermukaan setelah banyak arsip Kekhilafahan Turky Usmani yang dipublish ke umum. Diantaranya adalah pada 2017 penerbit Hitay dari Istanbul mempublikasi sebuah buku yang berisi kumpulan arsip yang dimaksud. Buku setebal 591 halaman tersebut berjudul Turky Usmani-Indonesia: Relasi dan Korespondensi Berdasarkan Dokumen  Turky Usmani Utsmani.


Dengan terbitnya buku ini, alhasil menjadi semakin jelas tentang hubungan Kekhilafahan Turky Usmani dan Indonesia. Tidak dipungkiri fakta sejarah menunjukan Kekhilafahan memang memiliki pengaruh di Nusantara. Banyak arsip menyebutkan tentang pamor Kekhilafahan Turky Usmani yang mentereng bagi orang Nusantara serta kedudukannya sebagai Khilafah yang diharapkan hadir untuk melawan para penjajah. 


Petisi itu menyatakan Permohoanan tersebut berbunyi: Kami membawa petisi mewakili orangAceh-Jawa, yang telah berjuang melawan pasukan Belanda selama 14 tahun, dan berkeinginan untuk mendapat tempat berlindung di Kekhalifahan. Kami telah berperang dan mengorbankan nyawa serta hartanya melawan para musuh yang telah berusaha menginvansi negara mereka namun tidak berhasil karena bantuan Allah. Sayangnya, karena kami jauh dari negara maju, kami tidak mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu, kami merasa putus asa da nmemutuskan untuk mencari perlindugnan di salah satu negara maju. 


Akan tetapi, jarak di antara kami membuat hal ini mustahil. Dengan segala rasa putus asa, kami mendengar bahwa Kekaisaran Kekhilafahan Turky Usmani memiliki wazir di Mekkah dan karena kami telah terikat dengan kekhalifahan dengan agama, maka kami sangat ingin mencari perlindungan diKekhalifahan dibandingkan tinggal negara lainnya. Kami mengirim petisi ini untuk diserahkan kepada Pemerintahan Kekhilafahan Turky Usmani melalui beberapa utusan kami, yang pergi ke Mekkah untuk melaksanakan haji. Kami ingin memberitahukan Sultan Usmani tentan gkondisi kami ini. Sehingga kami menunggu bantuan Sultan untuk membantu pasukan kami memertahankan kerajaan ini hingga titik penghabisan.Kami menulis petisi ini karena kami tahu bahwa kekaisaran Kekhilafahan Turky Usmani tidak akan membiarkan negara-negara Muslim untuk untuk diserang.


Bagi orang-orang di Nusantara,Kekhilafahan Turky Usmani Usmani memiliki reputasi yang berkebalikan dengan bangsa Belanda yang menajajah. Sejauh pembacaan sejarah Indonesia memang Kekhilafahan Turky Usmani tidak pernahmemiliki kebijakan untuk menjajah. Jelaslah bahwa Kekhilafahan Turky Usmani memeiliki rasa kepedulian terhadap kondisi di Nusantara. Kekhilafahan Turky Usmani juga masih memiliki kharismatik yang kuat dimata negara eropa seperti Inggris dan Belanda sampai-sampai memanfaat posisi  diplomatiknya untuk membantusaudara-saudara mereka. Di siai lain, Kekhilafahan Turky Usmani juga memliki reputasi yang baik adalam pandangan umat Islam di Nusantara.[]

  


  











*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama