BUMN(G): Badan Usaha Milik Nenek Gue

 


Ajeng Najwa, S.IP.

Pemerhati Sosial Politik.


Muslimahvoice.com - "Bismillah Komisaris" merupakan tagar yang sempat ramai di jagad sosial media beberapa hari lalu. Gerakan tersebut mencuat di Twitter setelah Abdi Negara Nurdin atau Abdee Slank ditunjuk sebagai Komisaris PT Telkom Indonesia (Persero). Abdee Slank diketahui merupakan pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Netizen tampaknya ingin menyindir pemerintah dengan memuji-muji kinerja pemerintah, lalu berdoa agar diangkat menjadi komisaris juga. 


Pengangkatan itu dilakukan melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang juga sempat menjabat sebagai Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019 lalu. Tagar tersebut ramai sebagai sindiran terhadap rezim Jokowi, khususnya kementerian BUMN. Pasalnya, pengangkatan Abdee sebagai komisaris PT Telkom dinilai tidak berdasarkan kompetensi dan skill, namun hanya berdasarkan balas budi. Karena Abdee sempat menyatakan dirinya sebagai pendukung Jokowi di Pliplres 2019. Komentar tersebut dilayangkan oleh Anwar Abbas, Wakil Ketua Bidang Ekonomi Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia berkata "Akhir-akhir ini yang banyak terabaikan di mana yang didudukkan untuk menjadi pimpinan dari BUMN tersebut terutama untuk posisi-posisi sebagai komisaris adalah orang-orang yang dinilai oleh banyak pihak tidak kompeten dan tidak mumpuni,"(kompas.com 29/5/21). Ia melanjutkan "Penunjukannya terkesan lebih banyak bernuansa sebagai balas budi karena yang bersangkutan telah berkontribusi di dalam pilpres dan atau pemilu yang baru lalu,".


Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN juga beranggapan yang senada "Saat menghadapi Telkom, Telkom sekarang umpamanya, kita harus melihat apakah tantangan Telkom sekarang, tantangan Telkom sekarang kita tahu persis bahwa sekarang banyak jalur-jalur gratis, yang bisa mematikan Telkom. Apakah pantas seorang ahli gitaris apakah main gitar menyelesaikan itu? Dibutuhkan ahli betul-betul ahli IT yang bisa bahwa Telkom bisa selamat," katanya seperti dikutip dalam detik.finance 30/5/21.


Tak hanya Abdee Slank, beberapa bulan yang lalu juga sempat ramai di jagad media sosial terkait pengangkatan Said Aqil Siradj sebagai komisaris PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Ketua Umum PBNU yang dengan bangga menyatakan dukungannya dan warga NU untuk Jokowi dalam Pilpres 2019 lalu itu ditunjuk untuk menduduki kursi Komisaris oleh Erick Thohir.

Fenomena 'berbagi kue' di tubuh BUMN sangat kental dengan hubungan berazaskan manfaat - mudharat saja.  Kondisi ini semestinya memantik daya kritis kita semua. Bahwa rezim demokrasi saat ini mengemban ideologi kapitalisme, yang jelas hanya memfasilitasi pihak-pihak yang berkepentingan secara politik dan finansial. Siapa yang mendukung, dialah yang untung. Dan siapa yang melawan, dia yang terbuang.


Bagaimana Pandangan Menurut Islam?


Menurut Islam, telah jelas dan masyhur kita dengar hadits Nabi SAW:

"Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR Bukhari).


Rasulullah SAW telah mencontohkan saat memimpin masyarakat di Madinah, beliau memiliki wali di berbagai daerah. Kemudian, dalam penyerahan urusan daerah (wali) beliau selalu mencari mana yang terbaik untuk urusan daerah tersebut. Standarisasi yang jelas juga diterapkan pada seluruh staf beliau untuk senantiasa terpaut degan Al Qur'an, As Sunnah, dan ketakutan pada Allah. Tercatat sebuah hadits, Beliau saw. pernah bertanya kepada Mu’adz bin Jabal al-Khazraji saat mengutusnya ke Yaman, “Dengan apa engkau akan menjalankan pemerintahan?” Dia menjawab, “Dengan Kitab Allah.” Beliau bertanya lagi, “Jika engkau tidak menemukannya?” Dia menjawab, “Dengan Sunah Rasulullah.”


Beliau bertanya lagi, “Jika engkau tidak menemukannya?” Dia menjawab, “Saya akan berijtihad dengan pikiran saya.” Selanjutnya beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pemahaman kepada utusan Rasulullah terhadap yang Allah dan Rasul-Nya cintai.” (Muslimahnews.com 5/6/21)


Bahkan dikisahkan pula, Rasulullah SAW pernah mencopot jabatan Mu'adz bin Jabal saat belia dilapori penduduk Yaman akan panjangnya bacaan Qur'an Mu'adz, sampai ada yang memisahkan diri dari jamaah shalat. Rasul menegur Mu'adz sekaligus mencopot jabatannya dengan berkata "Apakah engkau hendak membuat fitnah wahai Mu'adz? Jika kau mengimami orang-orang shalat, bacalah Asy- Syams, Ad-Dhuha, Al-Lail, dan al- a'laa" (HR. Muslim).


Rasulullah SAW melimpahkan tugas kepada para wali berikut dengan pesan untuk mengurus berbagai kewajiban berkenaan dengan harta, memerintahkannya untuk selalu menggembirakan masyarakat dengan Islam, mengajarkan al-Quran kepada mereka, memahamkan mereka tentang agama dan berpesan kepada para stafnya supaya bersikap lemah lembut kepada warga masyarakat dalam kebenaran, serta bersikap tegas dalam kezaliman. Karena aqidah yang lurus telah tertanam pada diri para sahabat Nabi, sehingga penunjukkan menduduki jabatan bukanlah berdasarkan balas budi semata.


Kesimpulan


Berdasarkan fakta dan penjelasan di atas, layaklah kita pahami bahwa apa yag terjadi saat ini daam tubuh rezim adalah bentuk kesengajaan untuk menyia-nyiakan jabatan. Jabatan yang seharusnya dipanggul oleh orang yang berkompeten dan ahli di bidangnya. 


Sebagaimana hadits masyhur yang kita kenal tadi, maka kehancuran negeri ini benar-benar sudah dekat, apabila urusan ummat dilimpahkan pada yag bukan ahlinya. Hanya Islam, yang mampu menyejahterakan ummat dengan standar pengelolaan yang benar.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama