Terorisme Jadi Gorengan Lagi

 



Endah Sulistiowati 

Dir. Muslimah Voice


Muslimahvoice.com - Berturut-turut berita terorisme memenuhi laman utama portal-portal berita baik tv nasional, online maupun cetak. Sepertinya berita teroris ini masih dianggap bisa menaikkan rating pemirsa dan pembaca. Bahkan di daerah-daerah seperti di Nganjuk dan Tulungagung jaringan teroris ini terus berada di laman utama. 


Sebut saja dari kompas.com, sebanyak dua terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Jatim di Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Tulungagung, Selasa (30/3/2021), sedang menyiapkan rencana untuk meledakkan bom di wilayah Jatim.


Namun yang paling tidak bisa diterima, seringkali terduga sudah kehilangan nyawa ketika ditangkap atau bahasa gaulnya extra judicial killing. Sebagaimana yang terjadi di Mabes Polri pelaku pun langsung ditembak mati. Sehingga semua opini selalu dari satu pihak saja, yaitu Polisi. 


Sehingga dari tahun ke tahun terorisme ini menjadi semacam agenda, yang bisa damainkan jika ada kepentingan. Mau dimainkan ke arah mana, itu tergantung sutradara dan skenario yang dibuat. 


Masyarakat pun semakin hari, menjadi semakin cerdas, sehingga tidak mudah untuk digiring dalam satu opini tertentu sebelum mendapatkan kepastian berita. 


Dari sedikit uraian diatas ada beberapa hal yang menjadi kesimpulan penulis atas setiap kasus terorisme, yaitu: 


Pertama, musim teroris. Kalau dirasa-rasa, teroris ini seperti musim saja, ada musim hujan, musim kemarau, musim buah, saat ini ada lagi musim teroris. Satu daerah ada serangan terorisme, maka daerah-daerah lain pun akan ada pula kasus-kasus yang menjurus pada terorisme.


Kedua, dan inilah disebut framing. Semua diarahkan pada satu frame yaitu radikalisme, dan yang dimaksud radikal adalah Islam. Karena, narasi radikalisme selalu dibumbui dengan atribut Islam seperti berkerudung, bercadar, jihad, gerakan Islam, simbol bendera Islam, dan ujungnya selalu digunakan untuk mendeskreditkan umat Islam.


Ketiga, pola dan narasi. Semua parade terorisme selalu memiliki pola dan narasi yang sama, dari cerita sebelumnya hingga cerita saat ini, dan cerita yang akan ada selanjutnya. Kita ingat hal itu dimulai dari narasi Global War On Terorism yang digembar-gemborkan oleh Amerika sejak peristiwa 911. War On Terorism yang bermetamorfosis menjadi War On Radicalsm hakekatnya adalah War On Islam.


Dari sini kita akan semakin paham, ada diposisi mana umat Islam. Sehingga tidak ada kata istirahat dalam perjuangan, apalagi sampai pensiun dini. Karena perjuangan ini belum pada ujungnya. Narasi, proganda, mendiskreditan, semua menuju pada muara yang sama, yaitu menghalangi tegaknya Islam. Wallahu'alam.[]




*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama