Pilih Lonjakan Positif Atau "Negatif"?

 



Muslimahvoice.com - Bulan ke 9 dari kalender Hijriah selalu dinanti. Kehadirannya mengembirakan. Kepergiannya selalu ditunggu kembalinya. Inilah bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Bulan istimewa bagi orang-orang beriman.


Ramadhan dijadikan waktu melonjaknya berbagai hal. Ada peningkatan yang positif ada juga yang "negatif" - seharusnya tidak terjadi-. Adapun peningkatan yang positif diantaranya;


Pertama, keimanan kaum muslimin pada naik. Iman di bulan ini auto naik. Muraqabah -merasa diawasi Allah SWT- meningkat. Kehadiran para malaikat pencatat amal dirasakan betul kehadirannya. Keyakinan akan adanya hisab, surga, dan neraka juga pada naik. Sehingga bulan ini, orang pada takut bermaksiat, takut meninggalkan perintah Allah SWT. Inilah indikasi iman yang naik. Yakni diikuti naiknya ketaatan kepada Allah SWT. 


Kedua, naiknya kuantitas pahala yang dibagi-bagikan Allah SWT. Misalnya, bila dihari-hari biasa membaca Al Quran perhuruf dikenaii 10 kebaikan maka di syahrul mubarak ini bisa naik hingga ratusan lipat. Semua amal shalih berlipat-lipat pahalanya. Obral luar biasa!


Ketiga, naiknya solidaritas kepada sesama. Bukan rahasia lagi, bahwa bulan dibukanya pintu-pintu surga ini menjadikan orang berlomba dalam berbagi. Dari berbagi takjil, berbagi harta, berbagi parcel, berbagi konten keislaman, berbagi hadiah hingga berbagi dalam menyimak tadarus al Quran. MasyaAllah, Ramadhan moment fenomenal.


Keempat, naiknya jumlah jamaah di masjid, mushola dan surau. Bila di luar Ramadhan satu shaf saja kadang tidak penuh, Ramadhan bisa mengubahnya. Jamaah sholat lima waktu bisa meningkat jumlah shaf sholatnya. Terlebih sholat isya' dan terawih, berduyun-duyun masyarakat mendatangi masjid. Magnet Ramadhan menarik qalbu orang beriman untuk sujud di rumah Allah SWT.


Kelima, naiknya syiar Islam. Rating acara keislaman baik di televisi maupun di masyarakat meningkat. Televisi berlomba mengubah konten sinetron menjadi sinetron religi, menambah jadwal tayang acara keislaman. Dakwah Islam semarak baik online maupun offline. Peningkatan acara keislaman inipun linear dengan meningkatnya semangat kaum muslimin untuk mengkaji Islam di bulan diturunkanya Al Quran ini.


Adapun lonjakan di syahrus syiam yang negatif tanda kutip, seharusnya tidak meningkat, namun tidak dapat dihindari peningkatannya adalah sebagai berikut;


Pertama, naiknya anggaran konsumsi. Menu Ramadhan biasanya disajikan spesial. Hari-hari biasanya, mungkin hanya nasi, sayur dan lauk, disyahrul syiam bisa bertambah dengan adanya menu khusus ifthar semisal kurma atau juga aneka kolak. Adapun lauk di bulan Ramadhan juga ditingkatkan variasinya. Seolah sudah auto bila Ramadhan para ibu berusaha menyajikan makanan spesial. Maka wajar jika kurva anggaran konsumsi naik.


Kedua, naiknya harga berbagai kebutuhan. Untuk yang satu ini publik sudah hafal. Hingga seolah tidak afdhol bila Ramadhan tidak ada kenaikan harga barang-barang.  Ramadhan tahun ini, kenaikan harga kebutuhan dapur sudah dimulai beberapa bulan sebelum Ramadhan. Dari naiknya harga cabai, bawang, hingga minyak. 


Ketiga, naiknya varian pasar dadakan. Bila dihari biasa, pasar itu beroperasi pagi hingga siang hari, beda di bulan suci ini. Bermunculan pasar di sore hari. Dimana mayoritas menjual olahan makanan yang siap makan. Ada pasar Ramadhan di alun-alun kota, di jalan raya, kadang juga mobil disulap jadi warung.


Keempat, naiknya jam tidur. Memanfaatkan puasa untuk tiduran. Itulah pilihan aktivitas sebagian orang untuk menanti beduk magrib di tabuh. Betul, tidur lebih baik dari pada melakukan yang makruh apalagi haram. Tapi, jika ada aktivitas yang sunnah ataupun wajib, mengapa kita tidak memilihnya?


Kelima, naiknya order petasan dan kembang api. Petasan walau sudah menelan korban, faktanya tiap Ramadhan order komoditi satu ini bukannya turun. Tetap saja banyak yang minat untuk menyalakan petasan. Padahal, sesuatu yang mubah bila menimbulkan kemudharatan menjadi terlarang untuk dilakukan. 


Inilah beberapa hal yang mengalami lonjakan signifikan di bulan Ramadhan. Bukan Ramadhan yang salah, tapi bagaimana orang beriman mensikapi hadirnya bulan mulia ini. Dan bagaimana pula sistem kehidupan saat ini -Kapitalisme- yang memanfaatkan moment Ramadhan.Akhirnya, pilih lonjakan positif atau "negatif"? Pilih tetap dalam sistem kapitalisme ataukah Islam? Biarkan iman kita yang menjawabnya. Wallahua'lam bis showwab.


Penulis:

Puji Astutik (Pelaku Dakwah Literasi)


*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama