Oleh : Nahida Ilma
Muslimahvoice.com - Seorang guru di Batley Grammar School, di West Yorkshire, Inggris, diduga menampilkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya. Ia memakai kartun yang dipublikasikan majalah Charlie Hebdo. Hal ini membuat marah warga muslim di sana. Puluhan warga yang emosional berunjuk rasa pada Kamis dan Jumat kemarin di depan sekolah. Mereka mendesak guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad itu dipecat. (Tempo.com, 28 Maret 2021)
Menurut surat sekolah kepada orang tua, karikatur diperlihatkan pada Senin (22/3) lalu. Menanggapi ini, Kepala Sekolah Gary Kibble mengatakan, sekolah dengan tegas meminta maaf karena menggunakan gambar yang sama sekali tidak pantas dalam pelajaran agama.
"Seorang anggota staf juga telah menyampaikan permintaan maaf yang paling tulus. Kami segera menghentikan pengajaran pada bagian ini dan kami sedang meninjau bagaimana kami melangkah maju dengan dukungan dari semua komunitas di sekolah kami,” kata Kibble, dilansir Sky News, Jumat (26/3). (republika.co.id, 26/03/2021)
Penghinaan terhadap Rasulullah saw. dengan memvisualisasikan wajah beliau kembali terjadi. Menjadikan hal tersebut sebagai salah satu bahan ajar di sekolah. Kali ini terjadi pada saat proses pembelajaran di salah satu sekolah di Inggris.
Tahun lalu peristiwa yang sama juga terjadi dan menjadikan Samuel Paty, guru sejarah sekolah menengah di pinggiran Paris mendapatkan hukuman mati. Namun, walaupun begitu Presiden Prancis cenderung membela apa yang dilakukan oleh Paty dan tentu saja hal ini mengundang kecaman dari masyarakat muslim dunia.
Sekulerisme yang melahirkan liberalisme memelihara kebebasan berekspresi yang dijadikan dalih oleh oknum-oknum yang menghinakan Rasulullah saw. Toleransi atas kasus-kasus seperti ini justru menunjukkan inkonsistensi sistem sekulerisme karena disisi lain banyak umat Islam yang tidak diberikan kebebasan dalam beragama. Masyarakat sekuler dengan terang benderang menumbuh suburkan islamofobia hingga memprovokasi muslim untuk melakukan tindak kekerasan.
Sungguh kaum muslim harus memahami bahwa opini terkait islamopobia yang dengan sengaja dihembuskan oleh Barat adalah wujud kebencian yang nyata dari mereka. Usaha keras mereka dalam menghembuskan opini ini juga menjadi interpretasi ketakutan mereka akan kebangkitan Islam. Semakin besar usaha mereka, maka semakin besar pula ketakutan mereka yang mereka pendam.
Upaya-upaya yang bertujuan untuk menghinakan Islam atau Rasulullah saw. sehingga orang lain memiliki stigma negatif atau bahkan takut dengan Islam sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Kasus penghinaan terhadap beliau sering dilakukan oleh orang-orang kafir. Menyebarkan berbagai berita buruk dan bohong tentang Rasulullah supaya orang lain juga membenci beliau sering dilakukan.
Islamofobia bukanlah menjadi hal baru. Kini islamofobia layaknya penyakit kronis menahun yang tidak kunjung sembuh. Yang nyeri kronisnya juga memiliki peluang untuk kambuh di setiap waktu. Ketika ketakutan masyarakat sekuler membengkak, maka segala upaya untuk menghalangi kebangkitan Islam akan dilakukan. Termasuk menghembuskan dengan masif isu terkait islamofobia.
Dalam sejarah kekuasaan Islam, pemerintahan Islam mendakwahi rakyatnya untuk masuk Islam dengan cara damai. Mengajak masyarakat untuk berfikir mengenai hakikat kehidupan, makna dan tujuan hidup, serta kehidupan yang ada setelah datangnya kematian. Dengan proses berfikir tersebut, menjadikan mereka paham bahwa Islam lah satu-satunya yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan akal dan fitrah mereka. Warga negara yang tidak beragama islam juga diberlakukan sama dengan warga negara yang beragama Islam kecuali terkait hal-hal khusus yang sudah diatur oleh Allah. Karena status mereka sama, yaitu sebagai warga daulah Islam. Salah satu hal khusus tersebut adalah terkiat aturan administrasi yang akan berbeda antara warga negara muslim dan non muslim. Contohnya adanya kewajiban membayar jizyah yaitu semacam pajak bagi warga non muslim dalam wilayah daulah Islam.[]