Fenomena Salah Tafsir antara Ta'aruf dan Pacaran Islami

 



Oleh: Hindun Camelia

(Anggota Komunitas Ksatria Aksara Kota Bandung) 


Muslimahvoice.com - Dalam syariat Islam, proses pertama untuk menikah adalah dengan cara ta'aruf. Namun saat ini banyak yang menganggap ta'aruf adalah pacaran islami. Pemahaman ini harus kita luruskan, agar tidak menjadi salah pemahaman yang akhirnya menjadi sebuah kesalahan yang fatal akibatnya.


Dalam pengertiannya sendiri ta'aruf adalah perkenalan, atau saling mengenal yang dianjurkan dalam islam. Yang maksudnya yaitu interaksi yang dilakukan antara dua orang atau lebih dengan disertai maksud dan tujuan tertentu.


Sedangkan ta'aruf yang dikenal oleh masyarakat muslim yang ada di Indonesia adalah ta'aruf yang berhubungan dengan dunia percintaan. Proses ta’aruf tak bisa dilakukan sembarangan, karena proses selanjutnya dari ta'aruf akan melibatkan peran orang tua serta keluarga.


Adapun 3 fenomena salah tafsir tentang ta'aruf antara lain adalah :


1. Dimaknai hanya sekedar berkenalan, atau bertukar identitas antara laki-laki dan perempuan.


2. Dimaknai pacaran islami. Karena faham, bahwa pacaran di dalam islam tidak ada. Dan ketika mereka memaknai ta'aruf itu mereka bisa lebih leluasa untuk bertemu, mengobrol, dan jalan-jalan. Padahal islam melanggar khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis). Tidak memperbolehkan adanya perbincangan yang pribadi antar lawan jenis.


3. Dalam rangka menuju pernikahan, maka mereka menganggap mengobrol tentang kesenangan dan hobi merupakan salah satu upaya menjalankan ta'aruf itu sendiri.

Dari sini kita harus mengetahui, akar permasalahan yang terjadi dari salah tafsir ini adalah karena:


1. Kurangnya pemahaman tentang syariat islam dan tidak menjadikan syariat sebagai landasan kehidupan. Gaya ta'aruf sendiri hanya melihat contoh publik figur seperti artis atau selebgram.


2. Dominasi sistem kapitalisme, sekulerisme, dan liberalisme. Karena lemahnya pemahaman islam sehingga masuklah ide lain dari luar islam yang lebih dominan. Sekulerisme memandang agama hanya soal privasi. Diperparah dengan dengan kapitalisme, yang standar perbuatannya adalah landasan untung atau tidak, menghasilkan materi (profit) atau tidak, jika menghambat keuntungan maka aturan agama akan di tinggalkan. Sedangkan liberalisme, bagaimana mencontoh idola sebagai panutan untuk berbuat.


3. Salah memahami hakikat ta'aruf. Dianggap tidak ada kaitannya dengan pernikahan.


Tentunya penyimpangan seperti ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus meluruskannya. Yaitu dengan cara:


1. Mengembalikan islam sebagai standar kehidupan. Sebagai landasan dalam melakukan segala sesuatu.


2. Meningkatkan pemahaman tentang ilmu syariat, yaitu tentang islam itu sendiri dalam memahami arti sesungguhnya dari ta'aruf, khitbah dan nikah.


3. Semangat untuk terus menggali ilmu tentang syariat islam. Memperluas jangkauan untuk tetap mendapatkan ilmu dan mengkajinya, sehingga dikemudian hari kita dapat mendakwahkannya kembali.


4. Berkomitmen untuk menghilangkan dominasi sistem kapitalisme, sekulerisme, dan liberalisme. Merupakan salah satu upaya membongkar bahaya sistem tersebut di tengah masyarakat. Sehingga umat menyadari dan berkeinginan untuk meninggalkan sistem tersebut dan menggantinya dengan sistem islam.


Adapun tatacara ta'aruf yang benar dalam Islam adalah:


1. Arti ta'aruf tidak melanggar aturan agama. Memperhatikan pergaulan dalam islam (adab) dalam bergaul antara laki-laki dan perempuan. Sehingga tetap melakukan pergaulan sesuai syariat dan benar-benar memiliki niat yang baik yakni untuk menemukan cinta dengan cara islam.


2. Setelah ta'aruf dijalani, maka dianjurkan untuk menyegerakan langkah selanjutnya, jika dirasa cocok maka segera laksanakan khitbah. Jika dirasa ditemukan ketidak cocokan maka meninggalkan (menolak) dengan cara yang baik.


3. Membersihkan niat kepada Allah. Berupaya menjaga kesucian.


4. Nikah. Diniatkan sebagai satu langkah untuk memilih pasangan yang tepat.


Semoga dengan mengawali semua urusan dengan perkara yang sesuai syariat, maka keberkahan nikah akan diraih.


Maka jelas, perbedaan antara pacaran dan ta'aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Menurut islam, pacaran dianggap sebagai kesenangan yang tidak berlangsung lama dan dianggap menjadi jalan menuju perbuatan zina dan maksiat, maka harus di hindari. Sejatinya kita butuh Islam dalam segala aspek kehidupan kita untuk meluruskan berbagai hal yang menyimpang di masyarakat, Islam bukan sekedar agama namun jalan kehidupan sekaligus solusi bagi kehidupan kita di seluruh aspek. Itulah mengapa, kita memerlukan Islam kaffah, Islam yang menyeluruh yang diterapkan sempurna dalam naungan Khilafah Islam. Wallohu'alam bi ash shawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama